Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri allia. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri allia. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

Makalah PKN "Peran Keluarga Dalam Membangun Demokrasi Yang Beradab"

0
 
Sumber gambar: gettyimages/Skynesher



Campusnesia.co.id - Makalah Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia (PKN) berjudul "Peran Keluarga Dalam Membangun Demokrasi Yang Beradab" berikut ini ditulis oleh Allia Ana Lestari mahasiswi angkatan 2023 Jurusan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Terbuka. Jika ingin mengutip wajib mencantumkan nama penulis.


PERAN KELUARGA DALAM MEMBANGUN DEMOKRASI YANG BERADAB

 

BAB I
PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

          Demokrasi, merupakan sebuah bentuk pemerintahan yang memberikan kekuasaan kepada rakyatnya, dan tidak hanya menciptakan kebijakan publik tetapi juga mencerminkan karakter dan nilai-nilai masyarakat. Untuk mencapai demokrasi yang beradab, diperlukan kontribusi dari berbagai sektor, dan salah satunya adalah keluarga. Keluarga diibaratkan sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk fondasi demokrasi yang sehat dan berkelanjutan. Pentingnya peran keluarga dalam membangun demokrasi yang beradab tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena keluarga merupakan tempat pertama di mana nilai-nilai, norma, dan etika diajarkan kepada generasi muda.

 

          Melalui interaksi sehari-hari, anggota keluarga tidak hanya mengajarkan konsep dasar demokrasi, seperti partisipasi aktif dan penghargaan terhadap kebebasan individu, tetapi juga membentuk karakter yang akan membantu masyarakat tumbuh sebagai warga negara yang bertanggung jawab dan disiplin. Pendidikan demokrasi di dalam keluarga tidak hanya terbatas pada pengetahuan formal tentang sistem pemerintahan, tetapi juga mencakup pembelajaran praktis melalui diskusi, pemecahan masalah bersama, dan memberikan contoh nyata melalui perilaku sehari-hari. Selain itu, sikap terbuka terhadap perbedaan pendapat penerimaan terhadap kebebasan individu, dan keadilan menjadi prinsip-prinsip yang ditanamkan dalam suasana keluarga yang demokratis.

         Dalam perspektif keluarga, peran orang tua sebagai pemimpin tidak hanya bersifat otoriter tetapi juga sebagai fasilitator untuk mengembangkan pemikiran kritis dan independen pada anak-anak mereka. Dengan memberikan ruang untuk berbagi ekspresi pendapat, mendengarkan dengan penuh pengertian, dan memberikan tanggung jawab yang semakin tanggung jawab, maka orang tua berarti telah mempersiapkan anak-anak mereka untuk terlibat secara aktif dalam proses demokrasi. Selain itu, keluarga juga menjadi tempat dimana nilai-nilai keadaban, toleransi, dan rasa tanggung jawab sosial dapat ditanamkan. Demokrasi yang berada tidak hanya mencakup hak kepada individu saja, tetapi juga mencakup kewajiban terhadap masyarakat.

        Dengan membiasakan praktik-praktik kecil seperti gotong royong, membantu sesama dan menghormati hak-hak orang lain, maka keluarga telah turut berkontribusi dalam membentuk warga negara yang peduli dan bertanggung jawab

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

A. Konsep Keluarga

         Pengertian keluarga menjadi landasan yang penting dalam memahami peran keluarga dalam membangun demokrasi yang beradab. Menurut M.I. Soelaemen, seperti yang dikutip Yusuf  (2009), Ia mengemukakan bahwa keluarga memiliki dua makna dari sudut pandang sosiologi. Pertama, keluarga dalam arti luas mencakup semua pihak yang memiliki hubungan darah atau keturunan. Kedua, dalam arti sempit, yang berarti keluarga hanya terbatas pada orang tua dan anak. Maciver menambahkan lima ciri khas keluarga, yang mencakup hubungan berpasangan kedua jenis, perkawinan atau bentuk ikatan lainnya, pengakuan keturunan, kehidupan ekonomi bersama, dan kehidupan rumah tangga.

        Keluarga dianggap sebagai lembaga sosial yang telah berkembang secara resmi dalam semua masyarakat. Konsep ini menunjukkan bahwa keluarga bukan hanya sekedar unit biologis, tetapi juga memiliki dimensi sosial dan ekonomis yang menyatu dalam kehidupan masyarakat. Selain itu keluarga juga menjadi lembaga utama dalam membentuk struktur sosial dan memainkan peran sentral dalam mengajarkan nilai-nilai dan tanggung jawab sosial.

 

B.     Peran Keluarga

          Peran keluarga menjadi kunci dalam membentuk karakter dan sikap anggota masyarakat terhadap demokrasi. Menurut Covey seperti yang dikutip dalam Yusuf (2009), mengidentifikasikan bahwa ada empat prinsip peran keluarga yaitu; Modeling, Mentoring, Organizing dan Teaching.

         Modeling mencerminkan pentingnya orang tua sebagai contoh bagi anak-anak mereka. Selain itu, orang tua juga menjadi model pertama dan terdepan dalam membentuk sikap proaktif, sikap respek, dan kasih sayang pada anak-anak.

        Kemudian mentoring, mentoring menekankan pentingnya hubungan dan investasi emosional dalam memberikan perlindungan kepada orang lain.

        Selanjutnya ada organizing, organizing bertujuan untuk menyoroti keluarga sebagai suatu unit yang memerlukan kerjasama dalam menyelesaikan tugas-tugas dan memenuhi kebutuhan keluarga.

        Yang terakhir adalah teaching, teaching menunjukkan peran bahwa orang tua sebagai guru yang mengajarkan hukum-hukum kehidupan dan nilai-nilai penting lainnya.

 

C.     Konsep Sosialisasi Politik

      Sosialisasi politik merupakan proses utama dalam membentuk sikap dan orientasi politik individu. Proses ini mencakup pengenalan sistem politik, tanggapan individu terhadap gejala politik, dan partisipasi serta tanggung jawab dalam kehidupan politik. Sosialisasi politik ini dipengaruhi oleh lingkungan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan interaksi individu dengan pengalaman hidupnya masing-masing. Kemudian keluarga, sekolah, teman sebaya, media massa, dan organisasi masyarakat menjadi agen sosialisasi politik yang memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku politik individu.

 

D.     Agen Sosialisasi Politik

      Keluarga menjadi Agen sosialisasi politik yang paling pertama dan utama. Karena lingkungan keluarga memberikan dasar bagi individu untuk memahami nilai-nilai politik. Meskipun, dalam konteks sosialisasi politik di Indonesia, kendala ekonomi sering membuat keluarga lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar, yang menyebabkan kurangnya perhatian terhadap kehidupan politik. Selain keluarga agen sosialisasi politik juga melibatkan sekolah, teman sebaya, media massa, dan organisasi masyarakat. Proses sosialisasi politik di Indonesia seringkali menghadapi tantangan apatis terhadap kehidupan politik, terutama di kalangan keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah.

 

E.      Implikasi Terhadap Pembangunan Demokrasi yang Beradab

     Peran keluarga dalam sosialisasi politik menjadi faktor kunci yang terpenting dalam membangun demokrasi yang beradab. Karena keluarga membentuk landasan karakter dan sikap individu terhadap kehidupan politik. Maka dari itu dalam upaya memperkuat demokrasi perlu adanya strategi untuk meningkatkan peran keluarga sebagai agen sosialisasi politik. Upaya penguatan pendidikan politik dalam lingkungan keluarga, peningkatan peran sekolah, dan penggunaan media massa yang tepat sebagai sarana pendidikan politik dapat menjadi langkah-langkah yang konkret untuk membangun demokrasi yang beradab. Oleh karena itu penting untuk memberikan perhatian kepada keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah, dan Pemerintah perlu mengembangkan program-program pendidikan politik yang lebih baik serta harus dirancang dengan mempertimbangkan konteks tersebut.

 

 

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

           Peran keluarga dalam membentuk karakter anak sangat dibutuhkan, karena untuk membentuk masyarakat kewarganegaraan yang demokratis dan beradab. Oang tua menjadi agen sosialisasi yang paling utama sehingga memiliki tanggung jawab yang paling besar dalam mendidik anak-anaknya agar menjadi individu yang mandiri demokratis dan memiliki nilai-nilai kewarganegaraan yang tinggi.

Berikut ini adalah beberapa peran orang tua dalam membentuk masyarakat kewarganegaraan yang fokus pada otonomi demokrasi toleransi pluralisme dan keadilan sosial :

A. Peran Orang Tua dalam Membangun Otonomi

         Otonomi dalam konteks ini merujuk pada kemandirian dan kemampuan anak untuk melakukan transaksi sosial dan politik. Orang tua Dianggap menjadi peran yang paling penting dalam membentuk otonomi anak, karena dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar mandiri seperti menyelesaikan pekerjaan, rumah mengelola tugas sekolah dengan baik, dan mengambil keputusan kecil dalam sehari-harinya. Dengan memberikan tanggung jawab kepada anak sejak dini, maka orang tua berarti sudah dapat membentuk karakter yang mandiri yang menjadi dasar dari masyarakat kewargaan yang berkembang.

B. Peran Orang Tua dalam Membangun Demokrasi

         Demokrasi membutuhkan partisipasi aktif dari semua anggota masyarakat. Namun, karena banyaknya keluarga keputusan biasanya cenderung diambil secara pribadi oleh orang tua. Untuk membangun masyarakat kewargaan yang demokratis, penting untuk digarisbawahi bagi orang tua untuk memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk menyampaikan pendapat mereka, dan menghargai opini mereka, serta selalu terlibat dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Hal ini dapat membantu membentuk karakter demokratis pada anak-anak sehingga akan membawa dampak yang positif bagi masyarakat sekitar.

 

C. Peran Orang Tua dalam Membangun Toleransi dan Pluralisme

 

         Toleransi dan pluralisme merupakan aspek penting dalam masyarakat kewargaan yang beradab. Sehingga peran orang tua dalam konteks ini adalah, mengajarkan anak-anaknya untuk saling menghargai perbedaan baik itu perbedaan, agama, suku dan ras. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan contoh dan mendidik anak-anak tentang pentingnya saling menghormati, dengan begitu orang tua berarti sudah membantu membentuk karakter toleran dan mengajarkan menghargai keberagaman pada anak-anak, sehingga jika sudah sampai pada gilirannya nanti, maka mereka sudah bisa untuk menciptakan masyarakat yang harmonis.

 

D. Peran Orang Tua dalam Membangun Keadilan Sosial

 

         Keadilan sosial adalah konsep bahwa hak dan kewajiban harus dibagi secara adil dan proporsional. Oleh kareangkat,  orang tua perlu memberikan contoh keadilan dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anaknya, yaitu seperti memperlakukan semua anaknya dengan adil tanpa membedakan anak kandung dan anak angkat. Tetapi, penting juga untuk memastikan bahwa konsep keadilan yang ditanamkan harus lebih dari sekedar pembagian yang sama rata, melainkan menciptakan pemahaman bahwa keadilan sejatinya memperhitungkan kebutuhan dan kapasitas individu.

 

 

      

BAB IV

PENUTUP

 

A Kesimpulan

 

1.      Peran keluarga, khususnya orang tua sangat menentukan dalam pembentukan masyarakat kewarganegaraan yang demokratis dan beradab.

2.      Melalui pendidikan otonomi, demokrasi, toleransi, pluralisme, dan keadilan sosial orang tua dapat membentuk karakter anak-anak, sehingga dapat membawa dampak positif pada masyarakat di masa depan nanti.

3.      Jika orang tua dapat memahami dan menjalankan peran mereka secara efektif, maka orang tua dapat menjadi pilar utama dalam membangun demokrasi yang beradab.

4.      Orang tua, merupakan agen utama dalam pembentukan karakter anak yang memiliki tanggung jawab besar dalam mengajarkan nilai-nilai kewargaan yang esensial.

5.      Pentingnya mendidik anak-anak untuk menjadi individu yang mandiri, demokratis, dan menghargai perbedaan akan membawa dampak yang positif dalam jangka panjang pada perkembangan masyarakat di masa depan nanti.

 

B. Saran

 

1.      Setiap orang tua harus meningkatkan kesadaran mereka masing-masing akan pentingnya peran mereka dalam membentuk generasi muda, yang tidak hanya harus cerdas secara intelektual saja, tetapi juga harus memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai kewargaan.

2.      Perlu ditingkatkan lagi kolaborasi antara pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat agar dapat menjadi semakin kuat, kompak dan berkembang.

3.      Harus selalu memastikan keberhasilan pembentukan karakter yang berdaya tahan dan berlandaskan pada prinsip-prinsip demokrasi yang benar.

 

 

Daftar Pustaka

 

Yusuf, M. (2009). Pendidikan dan Demokrasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Maran, P. P. (2007). Sosiologi Politik. Jakarta: Erlangga.

Sunarto. (2004). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bandung: PT Remaja             Rosdakarya.

uryatna. (2011). Terpaan Media Iklan Politik Terhadap Perilaku Pemilih Pemula Universitas Djuanda Bogor. Jurnal Pemilu & Demokrasi, 2(1), 112-132.

Setiajid. (2011). Orientasi Politik yang Mempengaruhi Pemilih Pemula dalam Menggunakan Hak Pilihnya pada Pemilihan Walikota Semarang Tahun 2010. Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, 19(1), 23-37.

Jurnal Edueksos Volume VI No 2, Desember 2017.

Modul BMP MKDU4111

 



====
Ditulis oleh: 
Allia Ana Lestari 
Mahasiswi angkatan 2023 
Jurusan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Terbuka

*Jika ingin mengutip wajib mencantumkan nama penulis.

Makalah PKN "Kontribusi Media Sosial Dalam Memperkuat Integrasi Nasional"

0

Sumber gambar: gettyimages/Teera Konakan


Campusnesia.co.id - Makalah Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia (PKN) berjudul "Kontribusi Media Sosial Dalam Memperkuat Integarsi Nasional" berikut ini ditulis oleh Allia Ana Lestari mahasiswi angkatan 2023 Jurusan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Terbuka. Jika ingin mengutip wajib mencantumkan nama penulis.




KONTRIBUSI MEDIA SOSIAL DALAM MEMPERKUAT INTEGARSI NASIONAL

  

BAB I
PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

          Pada era digital di zaman sekarang ini, media sosial telah menjadi salah satu elemen penting dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Berkembangnya media sosial ini tidak hanya memberikan dampak pada individu secara pribadi, melainkan juga berpengaruh pada level sosial, politik, dan budaya dalam suatu negara.   

         Dengan adanya media sosial dapat menyebabkan dampak negatif bagi kehidupan bersosialisasi bermasyarakat jika penggunaannya berlebihan, karena hal tersebut dapat menyebabkan interaksi secara langsung atau interaksi dengan satu orang dengan orang lainnya lebih cenderung menurun. Selain itu juga, dapat menyebabkan kesalahpahaman akan informasi yang dapat menimbulkan konflik dan perpecahan. Namun di sisi lain, media sosial juga mempunyai sisi positif yaitu penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat, tepat, dan akurat.

          Namun, sejalan dengan penggunaan media sosial yang semakin luas terdapat beberapa isu yang muncul terkait dengan pengaruhnya terhadap nasionalisme dan integrasi bangsa. Maka dari itu, penting untuk memahami bagaimana kontribusi media sosial dapat memperkuat integrasi nasional sambil mempertimbangkan dampak negatif yang mungkin terjadi akibat penggunaan yang kurang bijak.

  

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

A. Pengertian Integrasi Nasional dan Media Sosial

         Integrasi Nasional adalah proses mempersatukan beragam kelompok masyarakat dalam suatu negara menjadi satu kesatuan yang solid. Hal ini mencakup kesamaan dalam budaya, nilai-nilai dan rasa memiliki terhadap negara.

       Kemudian, Dalam memahami peran media sosial dalam integrasi nasional, maka perlu dicermati terlebih dahulu berbagai definisi media sosial yang diajukan oleh para ahli, yaitu :

      Menurut McGraw Hill Dictionary, media sosial adalah sarana yang memfasilitasi interaksi dan pertukaran informasi dalam sebuah jaringan virtual. Dalam definisi ini menunjukkan pentingnya media sosial sebagai alat untuk mempererat koneksi dan interaksi antar individu.

      Kemudian, Menurut B.K. Lewis menegaskan bahwa media sosial melibatkan teknologi digital yang memungkinkan dari berbagai pihak untuk saling berhubungan, berinteraksi,dan berbagi pesan. Pengaruh media sosial terhadap integrasi nasional juga dapat dilihat melalui kerangka kerja honeycomb yang memperlihatkan beberapa fungsi utama media sosial, termasuk identitas, percakapan, berbagi, kehadiran, hubungan, reputasi, dan kelompok. Selain itu, kerangka kerja ini menggambarkan bagaimana media sosial tidak hanya memfasilitasi interaksi sosial tetapi juga memperkuat pengertian diri, relasi, dan keanggotaan dalam komunitas.

      Internet mulai memasuki Indonesia pada awal tahun 1990-an. Semakin berkembangnya zaman penggunaan media sosial telah menjadi semakin umum dilakukan kalangan masyarakat. Kemunculan berbagai platform media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram telah membuka peluang besar untuk memperkuat hubungan dan saling pengertian diantara beragam kelompok masyarakat di Indonesia. Pengaruh media sosial terhadap integrasi nasional tampak melalui beberapa dampak yang telah dibuktikan.

       Dampak positifnya antara lain yaitu memudahkan komunikasi antar individu dari berbagai daerah dan latar belakang budaya yang berbeda-beda, memperluas pergaulan, dan mempercepat penyebaran informasi penting. Namun ada juga dampak negatifnya seperti penurunan interaksi tatap muka, kecanduan internet, masalah privasi yang perlu diperhatikan karena mudah tersebar, dan pengaruh buruk lainnya dari media sosial.

 

B.     Pengaruh Para Influencer di Media Sosial

      Menurut rizkiyah dan Dewi (2021), pengaruh yang diberikan oleh para influencer di media sosial memiliki peran yang signifikan dalam membentuk pola pikir dan perilaku pengikutnya. Teori Erikson juga mengungkapkan bahwa individu remaja membutuhkan panutan dalam menemukan identitas dirinya sendiri. Namun, pengaruh yang diberikan tidak selalu positif, terutama jika konten yang disebarkan tidak sesuai dengan nilai-nilai nasionalisme dan integrasi bangsa.

 

C.    Pengaruh Pluralisme Nilai dan Norma Sosial

      Media sosial juga memainkan peran penting dalam memperkenalkan nilai dan norma sosial yang beragam macamnya. Dengan kemajuan teknologi yang saat ini dimiliki, akses terhadap budaya luar semakin mudah, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi rasa nasionalisme dan integrasi bangsa. Hal ini terutama terlihat dari pergeseran preferensi menonton televisi tradisional atau mendengarkan radio beralih ke platform seperti YouTube yang menawarkan tayangan internasional yang lebih menarik.

 

D.    Perilaku dan sikap masyarakat dalam menanggapi isu konten media sosial

      Di era modern seperti ini, banyak isu kontroversial yang muncul di media sosial terutama terkait dengan nasionalisme dan integrasi bangsa. Konten yang disebarkan oleh tokoh-tokoh di media sosial memiliki pengaruh besar terhadap pola pikir dan sikap masyarakat. Maka dari itu dihimbau untuk selalu memperhatikan dan menyaring konten-konten antara yang negatif dan yang positif. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat nasionalisme dan integrasi bangsa di tengah masyarakat, terutama jika konten yang disebarkan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh negara.

 

 

 

 

BAB III

PEMBAHASAN

 

A. Dampak Positif dan Negatif Pengaruh Media Sosial pada Nasionalisme dan Integrasi      Bangsa

     Pengaruh media sosial yang diikuti oleh masyarakat dapat memberikan dampak yang kompleks. Di satu sisi, media sosial dapat menjadi alat yang efektif dalam memperkuat rasa kebangsaan dan integrasi budaya melalui berbagai informasi, pengenalan sejarah, dan promosi produk lokal.

Berikut adalah beberapa kontribusi utama dari media sosial terhadap penguatan integrasi nasional.

1. Penghubung Antarwilayah

    Media sosial memungkinkan individu dari berbagai wilayah di Indonesia untuk berhubung satu sama lain. Hal ini dapat memperkuat hubungan antar warga negara dari berbagai latar belakang budaya, agama, dan suku yang berbeda.

2. Menyebarkan Informasi Secara Cepat

    Dengan media sosial, informasi mengenai berbagai aspek kehidupan di seluruh Indonesia dapat disebarkan secara cepat. Hal tersebut memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang isu-isu nasional dan regional.

3. Mengenalkan Budaya Daerah

    Melalui media sosial, masyarakat dapat berbagi informasi mengenai kekayaan budaya dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan budaya luar negeri. Hal tersebut membantu memperkuat rasa kebanggaan akan keberagaman budaya dan tradisi di Indonesia yang sangat bermacam-macam.

4. Kolaborasi dan Kegiatan Bersama

    Media sosial juga memfasilitasi kolaborasi antara kelompok masyarakat dari berbagai daerah untuk mengadakan kegiatan bersama atau musyawarah bersama untuk mempererat tali silaturahmi. Hal ini dapat memperkuat solidaritas dan kerjasama diantara berbagai komunitas di Indonesia untuk mencapai kepentingan bersama.

5. Pengungkapan Perspektif yang Beragam

    Media sosial memberikan peraturan bagi masyarakat untuk menyampaikan perspektif, pendapat, dan aspirasi mereka. Hal ini memungkinkan setiap individu untuk selalu terlibat dalam dialog yang memperkaya pemahaman akan keberagaman pandangan dalam konteks kehidupan nasional.

6. Menguatkan Kesadaran akan Isu Sosial

    Media sosial juga memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran akan isu-isu sosial dan politik di Indonesia. Hal tersebut dapat memperkuat partisipasi yang aktif masyarakat dalam mendiskusikan isu-isu penting yang mempengaruhi kehidupan nasional.

7. Pemasyarakatan Nilai-nilai Kebangsaan

    Media sosial dapat digunakan untuk memasyarakatkan nilai-nilai kebangsaan seperti semangat gotong royong, persatuan, dan toleransi. Hal tersebut dapat membantu memperkuat kesadaran akan pentingnya memelihara persatuan dan kesatuan di tengah keragaman masyarakat Indonesia yang luas dan banyak.

8. Promosi Keberagaman Budaya

    Melalui konten yang disebarkan di media sosial keberagaman budaya Indonesia dapat dipromosikan secara positif. Hal ini membantu masyarakat untuk menghargai dan menghormati keberagaman budaya sebagai bagian integral dari identitas nasional. Dengan demikian, kontribusi media sosial dalam memperkuat Integrasi Nasional tidak dapat diabaikan. Penggunaan yang tepat dari media sosial dapat menjadi sarana yang efektif untuk memperkuat kesadaran akan persatuan, keberagaman, dan kebangsaan di tengah masyarakat Indonesia. Namun, di sisi lain penyebaran konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai nasionalisme dapat mempengaruhi sikap masyarakat secara negatif, sehingga dapat merusak kerukunan antar warga, dan menurunkan rasa cinta terhadap bangsa sendiri.

 

B. Upaya Mengatasi Pengaruh Media Sosial yang Negatif

     Untuk mengatasi pengaruh negatif media sosial terhadap nasionalisme dan integrasi bangsa, perlu adanya upaya kolaboratif antara pemerintah, influencer, dan masyarakat. Pelibatan influencer memiliki pengaruh yang kuat terhadap media sosial dalam memperkenalkan budaya dan sejarah lokal yang dapat membantu memperkuat rasa kebangsaan. Kemudian, mengadakan acara yang positif dan edukatif melalui platform media sosial, serta dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya mempertahankan nilai-nilai nasionalisme.

     Selain itu, sebuah riset pada tahun 2017 mengungkapkan bahwa sekitar 210 juta orang di seluruh dunia menderita kecanduan internet dan media sosial. Tentu hal ini Bisa bertambah seiring perkembangan teknologi dan media sosial yang kini makin pesat. Apabila sudah kecanduan, Banyak orang akan terjebak dan hanya fokus pada dunia media sosial. Pola ini bisa mengganggu kesehatan karena berpotensi mengganggu waktu tidur, interaksi langsung, bahkan gangguan mental.

     Menurut laman itstimetologoff.com dan forbes, berikut beberapa tips agar tidak kecanduan media sosial, yaitu sebagai berikut :

1. Pahami Alasan Penggunaan Media Sosial

    Sebelum membuka media sosial, lebih baik pastikan terlebih dahulu apa alasannya. Apakah untuk mencari informasi menarik, hiburan, kebutuhan pekerjaan, komunikasi dengan teman jauh, atau hanya sekedar melihat kehidupan orang lain. Hal tersebut sangat penting untuk diketahui agar tidak membuang-buang waktu untuk hal yang tidak diperlukan. Dan gunakanlah media sosial untuk menunjang kehidupan seperti pendidikan, pekerjaan, atau memperluas jaringan pertemanan.

2. Matikan Notifikasi Media Sosial

    Notifikasi media sosial sengaja diciptakan untuk memberikan kabar terbaru agar seseorang bisa merespon cepat dan memegang gadget kembali. Maka dari itu, jika ingin terhindar dari kecanduan media sosial, menonaktifkan notifikasi media sosial merupakan salah satu solusinya.

3. Hindari Kebiasaan Memegang Gadget Sebelum Tidur

   

 

 

 

 

 

 

C. Pentingnya Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat

     Pendidikan dan kesadaran masyarakat memainkan peran yang penting dalam menghadapi pengaruh negatif di media sosial. Generasi milenial saat ini perlu diberikan pemahaman yang kuat tentang pentingnya menghargai dan mempertahankan budaya nasional, sambil tetap terbuka terhadap pengaruh positif dari budaya internasional. Masyarakat juga perlu diajarkan untuk memilih konten yang bermanfaat dan mendukung integrasi nasional, dan tidak lupa di ingatkan untuk menolak konten yang merusak kesatuan dan persatuan bangsa. Dengan adanya pemanfaatan media sosial secara bijak, kesadaran akan pentingnya integrasi nasional dapat ditingkatkan dan menjadi lebih baik lagi. Penting bagi masyarakat terutama generasi milenial atau generasi muda untuk selalu memahami nilai-nilai nasionalisme dan menghargai keberagaman budaya Indonesia. Dengan memperkuat integrasi nasional melalui media sosial, Indonesia dapat mewujudkan masyarakat yang inklusif, harmonis, dan kuat dalam mempertahankan persatuan dan kebhinekaan.

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

A Kesimpulan

1.      Dalam konteks kontribusi media sosial terhadap integrasi nasional dapat disimpulkan bahwa media sosial memiliki potensi yang besar dalam membantu memperkuat identitas nasional dan kesatuan dalam masyarakat.

2.      Melalui pendidikan, kolaborasi antar pemangku kepentingan, dan kesadaran masyarakat yang kuat, kita dapat mengatasi pengaruh negatif sosial dan memanfaatkannya sebagai alat yang efektif untuk memperkuat integrasi nasional.

3.      Generasi muda dapat tumbuh sebagai warga negara yang menghargai dan mencintai bangsa serta memupuk rasa persatuan yang kuat antar sesama.

 

B. Saran

1.      Untuk memastikan kontribusi media sosial yang positif terhadap integrasi nasional, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga swadaya, masyarakat, dan masyarakat umum.

2.      Dengan dilakukannya pengembangan program pendidikan dan kesadaran yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif media sosial, dapat mempromosikan penggunaan yang bertanggung jawab dan membina hubungan yang positif antar individu.

3.      Harus berani memerangi penyebaran informasi palsu dan konten provokatif yang dapat merusak integrasi nasional.

4.      Dan sementara itu kita sebagai warga negara yang baik wajib untuk mendorong penerapan regulasi yang sesuai untuk mengelola penggunaan media sosial demi keamanan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Rizqiyah, A., & Dewi, K. (2021). "Pengaruh Media Sosial dan Konstruksi Identitas Diri pada             Remaja". Jurnal Psikologi, 28(1).

Iskandar, B. A. (2019). "Dampak Globalisasi terhadap Kebudayaan Nasional Indonesia". Jurnal  Kebudayaan, 12(2).

Santoso, I. (2018). "Peran Generasi Muda dalam Mempertahankan Kebudayaan Nasional". Jakarta: Penerbit Pustaka.

Widodo, A. (2020). "Media Sosial dan Nasionalisme: Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan". Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 17(2).

Nugroho, H. (2017). "Mengenal Digital Literacy: Strategi Adaptasi Masyarakat terhadap Media Sosial". Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Asyari, Daniar, and Dinie Anggraeni Dewi. 2021. "Peran Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Generasi Milenial Dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Di Era Globalisasi." Jurnal Pendidikan dan Konseling.

Affan, M Husin, and Hafidh Maksum. 2016. "Membangun Kembali Sikap Nasionalisme Bangsa Indonesia Dalam Menangkal Budaya Asing Di Era Globalisasi." Jurnal Pesona Dasar.

 




====
Ditulis oleh: 
Allia Ana Lestari 
Mahasiswi angkatan 2023 
Jurusan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Terbuka

*Jika ingin mengutip wajib mencantumkan nama penulis.

Makalah PKN "Peran Generasi Muda Dalam Memperkuat Ketahanan Nasional"

0
 

Sumber gambar: iStock/Adhi Hermawan


Campusnesia.co.id - Makalah Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia (PKN) berjudul "Peran Generasi Muda Dalam Memperkuat Ketahanan Nasional" berikut ini ditulis oleh Allia Ana Lestari mahasiswi angkatan 2023 Jurusan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Terbuka. Jika ingin mengutip wajib mencantumkan nama penulis.


PERAN GENERASI MUDA DALAM MEMPERKUAT KETAHANAN NASIONAL

BAB I
PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang  

Pada jaman sekarang pemuda merupakan generasi harapan bangsa. Maju tidaknya suatu bangsa bisa dilihat dari pemudanya sehingga pemuda mempunyai tuntutan supaya berkualitas dan cerdas. Semakin banyaknya pemuda yang berkualitas dan cerdas akan menjadi investasi besar bagi perkembangan dan kemajuan bangsa. Harapan akan bangkitnya bangsa Indonesia akan mulai terbuka lebar jika para pemudanya mau bergerak serentak membangun bangsa tanpa ada tekanan dan ancaman dari pemerintah, justru pemerintah harusnya mendukung dan memfasilitasi para pmuda yang ingin menjadi pejuang bangsa (Ulfa, 2021).

Berbagai cara bisa dilakukan oleh siapapun, baik dari kalangan pemerintah, swasta ataupun individu pribadi untuk menjadikan para pemuda bangsa ini menjadi kunci kemajuan suatu bangsa. Sebagai kunci kemajuan suatu bangsa pemuda harus dapat menjadi seorang pemimpin atau berjiwa pemimpin. Dalam buku John C. Maxwell dikatakan bahwa seorang pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang berada pada level tengah sehingga dia melakukan proses kepemimpinan ke atas, ke samping dan ke bawah. Kalau pandangan Maxwell ini diterapkan pada jiwa pemuda Indonesia, maka akan tercipta pemimpin-pemimpin yang hebat untuk masa depan bangsa Indonesia (Maxwell, 1995).

Salah satu langkah sederhana yang dapat dimulai oleh para pemuda untuk menjadi harapan bangsa adalah dengan membudayakan membaca. Dengan membaca, setiap pemuda akan semakin terasah pemikirannya sehingga akan meningkatkan kemampuan dalam bidang yang ditekuni. Misalnya, seorang pemuda yang suka politik bisa mulai dengan membaca sistem dan sejarah perpolitikan Indonesia. Pemuda yang menyukai bidang hukum dapat membaca dan membahas buku tentang hukum positif di Indonesia, begitu pula dengan yang lainnya. Kemampuan pemuda masa kini akan menjadi penentu Indonesia tiga puluh tahun mendatang.

Pemuda juga perlu diajak untuk tidak memikirkan dirinya sendiri. Seperti apa yang dijelaskan dalam buku Maxwell bahwa pemimpin itu dia bisa memimpin atau mempengaruhi ke atas, ke samping dan ke atas. Ini artinya sebagai seorang pemimpin, pemuda harus peduli pada lingkungan sekitarnya atau minimal bisa mengenal dengan baik orang-orang di sekitarnya. Banyaknya persoalan yang membutuhkan sumbangsih pemuda, terlebih pada persoalan sosial-politik, menjadi pemuda memiliki peran penting bagi suatu bangsa. Pemuda yang hebat dan potensial menjadi investasi besar bagi ketahanan nasional suatu bangsa. Ketahanan nasional itu sendiri. Wan Usman menjelaskan ketahanan nasional adalah aspek dinamis suatu bangsa, meliputi semua aspek kehidupan untuk tetap jaya di tengah keteraturan dan perubahan yang selalu ada (Usman, 2003).

Konsep Ketahanan Nasional suatu bangsa dilatarbelakangi oleh kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga ia mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya meskipun mengalami berbagai gangguan, hambatan dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar. Ketahanan (kemajuan) suatu bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna keteraturan (regular) dan stabilitas yang di dalamnya terkandung potensi untuk terjadinya perubahan (the stability idea of changes). Jika dikaitkan antara konsep ketahanan nasional Wan Usman dengan kepemudaan, maka pemuda ini mengandung potensi yang besar untuk perubahan, dalam artian perubahan yang mengarahkan bangsa ke masa depan yang lebih baik. Dalam bahasa mahasiswanya, pemuda merupakan agent of change.

Sebagai agent of change, mahasiswa atau pemuda harus mengambil peran dalam memajukan bangsa dan meningkatkan ketahanan nasional. Banyak hal bisa dilakukan sebagai wujud kontribusi. Salah satu hal pokok yang terkait dengan hal itu adalah tentang pandangan politik. Politik sangat mempengaruhi berjalannya kebijakan-kebijakan publik. Dalam lingkup yang lebih kecil, bagaimana supaya para pemuda menjadi penggerak perubahan ke arah yang lebih baik bagi sesama pemuda lainnya. Perkembangan zaman telah sama-sama kita saksikan, ribuan pemuda terlena dalam kemudahan, membuat sebagian menyukai proses instant tanpa memperdulikan pembelajaran yang didapatkan dari suatu peristiwa hidup.

 

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini yaitu

1.      Apa tujuan dan fungsi ketahanan nasional?

2.      Bagaimana peran pemuda dalam mempertahankan ketahanan nasional?

 

C.    Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah dijelaskan, tujuan dari makalah ini adalah

1.      Untuk mengetahui tujuan dan fungsi ketahanan nasional

2.      Untuk mengetahui peran pemuda dalam mempertahankan ketahanan nasional.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Konsep Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional (national resilience) adalah konsep tentang kemampuan bangsa untuk mempertahankan kedaulatan dan kesatuannya dalam menghadapi ancaman baik dari luar maupun dari dalam serta mengusahakan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup warga negaranya. Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa dalam mengembangkan kekuatan nasional untuk menghadapi berbagai tantangan zaman, hambatan, serta gangguan demi persatuan dan kelangsungan suatu bangsa menuju kejayaan bangsa dan negara.

Ketahanan nasional memiliki pengertian dan cakupan yang luas. Namun pada intinya, gagasan pokok ketahanan nasional adalah bahwa suatu bangsa atau negara hanya akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila negara atau bangsa itu memiliki ketahanan nasional. Di Indonesia, istilah ketahanan nasional diperkenalkan oleh Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhanas RI) sekitar tahun 1960-an. Seorang ahli GPH S. Suryomataraman mengutarakan beberapa rupa ketahanan nasional, yakni:

a.       Ketahanan nasional sebagai konsepsi atau doktrin.

b.      Ketahanan nasional sebagai kondisi.

c.       Ketahanan nasional sebagai strategi, cara atau pendekatan.

Pengertian pertama, ketahanan nasional sebagai konsepsi merupakan upaya menanggulangi segala ancaman baik bersifat kultural maupun material, dari dalam maupun dari luar. Dalam konteks Indonesia, konsep ketahanan nasional dirumuskan berdasarkan ajaran Asta Gatra. Asta Gatra merupakan gabungan dari Tri Gatra (tiga aspek ilmiah) dan Panca Gatra (lima aspek sosial). Tri Gatra terdiri dari aspek geografi, kekayaan alam, dan kependudukan. Sedangkan Panca Gatra terdiri dari ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan dan keamanan.Pengertian kedua, yakni ketahanan nasional sebagai kondisi merupakan analisis keadaan nasional dari masa ke masa. Sebagai kondisi, ketahanan nasional bersifat dinamis yang dapat meningkat maupun menurun dari tahun ke tahun. Analisis kondisi ketahanan nasional dilakukan berdasarkan faktor-faktor Tri Gatra dan Panca Gatra dalam Asta Gatra.

Sedangkan pengertian ketiga, ketahanan nasional sebagai strategi, yakni berkaitan dengan pertanyaan tentang apa sebab dan bagaimana Indonesia bisa terus bertahan dan berkembang walaupun menghadapi banyak ancaman dan bahaya. Dalam pengertian ini, ketahanan nasional merupakan cara atau pendekatan dengan menggunakan ajaran Asta Gatra yang memasukkan segala aspek alamiah dan sosial untuk dibaca dalam usaha menanggulangi ancaman yang ada (Lasiyo et al., 2023).

Wan Usman mengemukakan secara konseptual, ketahanan nasional suatu bangsa dilatarbelakangi oleh:

1.      Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga ia mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya;

2.      Kekuatan apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara sehingga ia selalu mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun mengalami berbagai gangguan, hambatan dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar;

3.      Ketahanan atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna keteraturan (regular) dan stabilitas, yang di dalamnya terkandung potensi untuk terjadinya perubahan (the stability idea of changes). Berdasarkan konsep pengertiannya maka yang dimaksud dengan ketahanan adalah suatu kekuatan yang membuat suatu bangsa dan negara dapat bertahan, kuat menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Konsekuensinya suatu ketahanan harus disertai dengan keuletan, yaitu suatu usaha secara terus-menerus secara giat dan berkemauan keras menggunakan segala kemampuan dan kecakapan untuk mencapai tujuan dan cita-cita nasional (Usman, 2003).

 

B.     Pengertian Pemuda

Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki pengertian yang beragam. Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. World Health Organization menyebut sebagai ‘young people’ dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahu disebut ‘adolescenea’ atau remaja. International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai kelompok pemuda (Masdiana, 2008).

Pemuda adalah warga negara Indonesia yang berusia enam belas sampai tiga puluh tahun yang memasuki periode penting perkembangan. Pemuda merupakan kekuatan moral, kontrol sosial dan agen perubahan sebagai perwujudan dari fungsi, peran, karakteristik dan kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional. Peran aktif pemuda sebagai kekuatan moral dapat diwujudkan dengan menumbuh kembangkan aspek etik dan moralitas dalam bertindak pada dimensi kehidupan. Pemuda sebagai kontrol sosial diwujudkan dengan memperkuat wawasan kebangsaan dan membangkitkan kesadaran atas tanggung jawab, hak dan kewajiban sebagai warga negara. Peran aktif pemuda sebagai agen perubahan diwujudkan dengan mengembangkan pendidikan, sumber daya ekonomi, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan kepemimpinan dan kepeloporan pemuda (Undang-Undang Tentang Kepemudaan, 2009).

BAB III
PEMBAHASAN


A.    Tujuan dan Fungsi Ketahanan Nasional

Srijanti, dkk (2009) menjelaskan tujuan, fungsi, dan sifat dari ketahanan nasional sebagai berikut:

1.      Tujuan Ketahanan Nasional Ketahanan nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintahan, seperti tegaknya hukum dan ketertiban, terwujudnya kesejahteran dan kemakmuran, terselenggaranya pertahanan dan keamanan, terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial, serta terdapatnya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasi diri.

2.      Fungsi Ketahanan Nasional Ketahanan nasional mempunyai fungsi sebagai berikut:

a.       Daya tangkal, dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan, ketahanan nasional Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa, dan negara Indonesia dalam aspek: ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

b.      Pengarah bagi pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan sehingga tercapai kesejahteraan rakyat.

c.       Pengarah dalam menyatukan pola pikir, pola tindak, dan cara kerja intersektor, antarsektor, dan multidisipliner. Cara kerja ini selanjutnya diterjemahkan dalam RJP yang dibuat oleh pemerintah yang memuat kebijakan dan strategi pembangunan dalam setiap sektor untuk mencapai tujuan nasional mewujudkan masyarakat adil dan makmur (Srijanti dkk., 2009).

Adapun menurut Sari fungsi ketahanan nasional, antara lain:

a.       Mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayah negara.

b.      Menjamin keutuhan dan kesatuan bangsa.

c.       Melindungi dan memelihara kepentingan nasional.

d.      Menjaga stabilitas politik, ekonomi, dan sosial.

e.       Mendorong pembangunan nasional secara berkelanjutan.

f.       Menjamin keamanan dan kesejahteraan rakyat.

g.      Memperkuat citra dan reputasi negara di dunia internasional (Sari, 2023).

Selain tujuan dan fungsi ketahanna nasional, ada juga sifat Ketahanan Nasional, yaitu sebagai berikut:

a.  Manunggal Memiliki sifat integratif yang diartikan terwujud kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan selaras seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. 

b. Mawas Kedalam Ketahanan Nasional terutama diarahkan kepada diri bangsa dan negara itu sendiri, karena Ketahanan Nasional bertujuan mewujudkan hakekat dan sifat nasionalnya sendiri dengan kemandirian sehingga memberikan dampak keluar yang memiliki unsur daya saing.  Hal ini tidak berarti bahwa ketahanan nasional menganut isolasi atau nasionalisme sempit. 

c.  Kewibawaan Ketahanan Nasional, yang bersifat manunggal, mewujudkan kewibawaan nasional yang akan diperhitungkan oleh pihak lain sehingga merupakan daya tangkal (deterrent) dalam artian makin tinggi tingkat kewibawaan, makin besar daya tangkal tersebut. 

d.   Dinamis Ketahanan Nasional suatu negara tidak tetap melainkan dapat meningkat dan menurun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara itu sendiri. 

e. Menitikberatkan Konsultasi dan Saling Menghargai Ketahanan Nasional tidak mendahulukan sikap adu kekuasaan dan adu kekuatan karena akan bertumpu pada kekuatan fisik. Ketahanan Nasional tidak mengutamakan kekuatan fisik tetapi memanfaatkan daya dan kekuatan lain, seperti kekuatan moral yang ada pada suatu bangsa (Sari, 2023).

 

B.     Peran Pemuda dalam Mempertahankan Ketahanan Nasional

Pemuda adalah masa di mana manusia sedang berada di dalam puncak potensinya. Berbagai potensi yang dimiliki pemuda adalah: Pertama, Potensi Spiritual. Pemuda sejati, ketika meyakini sesuatu, akan memberi sesuatu apapun yang dimiliki dan disanggupinya secara ikhlas tanpa mengharapkan pamrih apapun. Kedua, Potensi Intelektual. Daya analisis yang kuat didukung dengan spesialisasi keilmuan yang dipelajari menjadikan kekritisan pemuda berbasis Intelektual. Ketiga, Potensi Emosional. Keberanian, semangat, dan kemauan keras yang dimilikinya senantiasa menggelora serta mampu menular ke dalam jiwa bangsanya. Keempat, Potensi Fisikal. Secara fisik pemuda berada dalam puncak kekuatan (Fitriani, 2012).

Masdian, dkk. Menjelaskan mengenai konsep pemuda, ketahanan nasional, dan peran pemuda dalam ketahanan nasional. Dijelaskan bahwa makna pemuda memiliki arti yang beragam. Secara harfiah, diartikan bahwa youth yang diterjemahkan sebagai pemuda adalah individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil (Masdiana, 2008). Sementara itu istilah kaum muda pertama kali diperkenalkan oleh Abdul Rivai pada tahun 1905 di majalah Bintang Hindia No. 14. Kaum muda oleh Rivai didefinisikan sebagai seluruh rakyat Hindia (muda atau tua) yang tidak lagi bersedia mengikuti aturan kuno. Sebaliknya, mereka berkehendak untuk memuliakan harga diri melalui pengetahuan dan ilmu. Sejak itulah istilah kaum muda digunakan secara luas dalam liputan media dan wacana publik oleh kaum muda terdidik. Istilah kaum muda dijadikan kode eksistensial sebuah entitas kolektif yang berbagi titik kebersamaan dalam ambisi untuk memperbarui masyarakat Hindia melalui jalur kemajuan.

Bila melihat pada sejarah perjalanan bangsa Indonesia, kiprah kaum muda selalu mengikuti setiap tapak-tapak penting sejarah. Pemuda selalu menjadi kekuatan utama dalam proses modernisasi dan perubahan. Dan biasanya pula pemuda jenis ini adalah para pemuda yang terdidik. Mereka mempunyai kelebihan dalam pemikiran ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan logikanya dan kebersihannya dari noda orde masanya. Angkatan 1908, Angkatan 1928, Angkatan 1945, Angkatan 1966, Angkatan 1974 dan Angkatan 1998 adalah sebutan bagi para pemuda di jamannya yang melakukan pembaharuan. Angkatan 1908 dan Angkatan 1928 merupakan angkatan pemuda yang melakukan pencerahan kepada rakyat atas penindasan kolonialisme. Angkatan 1908 mendapat inspirasi dari asiatic reveil (kebangkitan bangsa-bangsa Asia) akibat kemenangan Jepang terhadap Rusia pada tahun 1904-1905, sehingga mulai tumbuh kesadaran sebagai bangsa (Ulfa, 2021).

Berdasarkan semua proses tersebut, dapat diartikan bahwa pemuda atau kaum muda itu memiliki peran yang besar bagi suatu bangsa terutama terkait ketahanan nasional karena pemuda atau kaum muda itu mempunyai peran yang cukup besar dalam aspek kemasyarakatan. Pemuda atau kaum muda yang menjadi agent of change ini juga banyak yang turun secara langsung ke dalam lingkungan masyarakat. Mereka mempelajari, mendalami dan berusaha memperjuangkan nasib rakyat yang tertindas. Hal ini juga berkaitan erat dengan daya tahan bangsa karena sudah mencakup banyak elemen sosial atau kemasyarakatan. Ketahanan Nasional merupakan suatu konsep di dalam pengaturan dan penyelenggaraan dan keamanan yang mencakup segenap kehidupan bangsa yang dinamakan Astagatra, yang meliputi aspek alamiah (Trigatra) dan aspek sosial (Pancagatra). Trigatra meliputi posisi dan lokasi geografi negara, keadaan dan kekayaan alam, dan keadaan dan kemampuan penduduk. Pancagatra merupakan aspek sosial kemasyarakatan terdiri dari ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan. Antara gatra yang satu dengan yang lain terdapat hubungan yang bersifat timbal balik dengan hubungan yang erat yang saling interdependensi, demikian juga antara Trigatra dan Pancagatra. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa segenap aspek tersebut merupakan suatu keseluruhan yang serasi (Masdiana, 2008).

Peran pemuda dalam ketahanan nasional ini sangat penting. Pemuda sebagai bagian dari potensi pembangunan harus berdaya agar mampu berkiprah dalam menghadapi tantangan global. Jumlah pemuda yang mencapai 80 juta orang merupakan potensi yang sangat besar. Keberdayaan pemuda sebagai upaya peningkatan kualitas sumber daya pemuda dilakukan melalui dorongan, bimbingan, kesempatan, pendidikan, pelatihan dan panduan sehingga mempunyai kesempatan untuk tumbuh sehat, dinamis, maju, mandiri, berjiwa wirausaha, tangguh, unggul, berdaya saing, demokratis, dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Selain itu sebagai generasi harapan bangsa, pemuda itu diharapkan mampu memahami konsep Wawasan Nusantara. Dalam konteks Indonesia Wawasan Nusantara merupakan wawasan nasional Indonesia yang dikembangkan dan dirumuskan dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan nasional dengan mempertimbangkan pandangan geopolitik Indonesia, sejarah perjuangan dan kondisi sosial budaya bangsa. Bagi Indonesia, Wawasan Nusantara merupakan pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menuju perwujudan Indonesia sebagai satu kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya, dan satu kesatuan pertahanan keamanan.

Pemuda, sebagai bagian dari bangsa, harus mampu memahami wawasan ini, sehingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, peran pemuda tetap sebagai garda depan pembangunan. Dengan memahami konsep tersebut maka pemuda harapan bangsa itu dapat mengetahui lebih mendalam peran pemuda dalam ketahanan nasional. Bahwa untuk memajukan bangsa itu butuh pemuda-pemuda yang berkualitas dan memahami konsep-konsep dalam suatu bangsa sehingga akan lebih menjiwai dan menjalankan perannya dengan baik.

Hal lain yang berpengaruh besar bagi pemuda adalah rasa nasionalisme. Nasionalisme merupakan salah satu unsure dalam pembinaan kebangsaan atau nation-building. Dalam proses pembinaan kebangsaan semua anggota masyarakat bangsa dibentuk agar berwawasan kebangsaan serta berpola tatalaku secara khas yang mencerminkan budaya mauun ideologi. Proses pembinaan kebangsaan memang unik bagi tiap bangsa (Amal dkk., 1999). Bagi Indonesia yang terdiri dari masyarakat yang plural dan heterogen akan lebih mengedepankan wawasan kebangsaan yang unsur-unsurnya adalah rasa kebangsaan, faham kebangsaan dan semangat kebangsaan atau nasionalisme. Rasa kebangsaan merupakan perekat paling dasar dari setiap anggota masyarakat bangsa yang karena sejarah dan budayanya memiliki dorongan untuk menjadi satu dan bersatu tanpa pamrih di dalam satu wadah Negara bangsa (nation-state). Sedangkan faham kebangsaan ini lebih bernuansa intelektual. Dalam implementasinya faham kebangsaan Indonesia disublimasikan dalam bentuk Wawasan Nusantara yang mengamanatkan kesatuan di berbagai bidang.

Dari berbagai penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa peran pemuda atau kaum muda dalam ketahanan nasional itu penting. Dengan pemahaman pada konsep-konsep dan semangat yang tinggi dalam setiap pejuangan, pemuda merupakan agent of change bagi suatu bangsa. Pembawaan pemuda yang berpikir kritis dan jauh memandang ke masa depan menjadi modal dalam menjalankan kontribusinya bagi kemajuan suatu bangsa demi terwujudnya ketahanan nasional.

BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Ketahanan nasional memiliki fungsi, tujuan dan sifat. Adapun fungsinya secara umum yaitu sebagai daya tangkal, menjaga stabilitas politik, dan memperkuat citra negara. Tujuan ketahanan secara umum adalah terciptanya ketahanan dan keamanan nasional. Sedangkan sifat ketahanan nasional meliputi Manunggal, Konsultasi, Kewibawaan, Dinamis dan Mawas.

2.      Peran pemuda dalam memperkuat ketahanan nasional yaitu pemuda harus memahami wawasan nusantara, sehingga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air. Selain itu pemuda juga harus mendapatkan pendidikan dan pelatihan sebaik-baiknya karena pemuda merupakan agent of change. Dengan begitu pemuda mempunyai kesempatan untuk tumbuh sehat, dinamis, maju,  tangguh, berdaya saing, demokratis, dan bertanggung jawab.

B.     Saran

1.      Pemerintah secara konsisten menjabarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan ke dalam prioritas program pembangunan nasional di bidang peningkatan kualitas sumber daya manusia generasi muda.

2.      Berkaitan dengan organisasi kepemudaan harus dipertahankan dan perlu juga adanya semacam grup diskusi yang khusus membahas Ketahanan Nasional dan Kepemudaan.

3.      Pengadaan Program Pelatihan Ketahanan Nasional Untuk Pemuda (Tannasda) Republik Indonesia di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota cukup bagus untuk menumbuhkan kesadaran para pemuda akan kedudukan dan peranannya dalam rangka memantapkan ketahanan nasional.

DAFTAR PUSTAKA 

Amal, Ichlasul, & Armaidy. (1999). Keterbukaan Informasi dan Ketahanan Nasional. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fitriani, A. A. (2012). Kedudukan Dan Peranan Pemuda Dalam Rangka Memantapkan Ketahanan Nasional Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan Dikaitkan Dengan Tanggung Jawab Warga Negara Dalam Mempertahankan Negara. In Skripsi. Fakultas Hukum, Universitas Pakuan, Bogor.

Lasiyo, Wekandaru, R., & Hastangka. (2023). Pendidikan Kewarganegaraan. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Masdiana, E. (2008). Peran Generasi Muda dalam Ketahanan Nasional. Jakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Maxwell, J. C. (1995). Mengembangkan Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda. Jakarta: Binapura Aksara.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 2009 tentang Kepemudaan, (2009).

Sari, A. M. (2023). Ketahanan Nasional: Pengertian, Fungsi dan Asasnya. Fakultas HUKUM UMSU.

Srijanti, Purwanto, & Pranomo, W. (2009). Etika Membangun Masyarakat Islam Modern. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ulfa, F. (2021). Peran Pemuda Dalam Ketahanan Nasional. Academia.

Usman, W. (2003). Daya Tahan Bangsa. Jakarta: PKN UI.

 



====
Ditulis oleh: 
Allia Ana Lestari 
Mahasiswi angkatan 2023 
Jurusan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Terbuka

*Jika ingin mengutip wajib mencantumkan nama penulis.