Campusnesia.co.id - Baru-baru ini dunia twitter atau x diramaikan dengan banyaknya keluhan prilaku para mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah yang hedon dan dirasa salah sasaran disaat yang bersamaan banyak mahasiswa yang mengeluhkan mahalnya biaya pendidikan UKT dan biaya hidup.
Sebagai informasi, KIP Kuliah, atau Kartu Indonesia Pintar Kuliah, adalah program bantuan pendidikan dari pemerintah kepada lulusan SMA/sederajat yang memiliki potensi akademik baik tetapi berasal dari keluarga kurang mampu. Bantuan ini berlaku bagi mereka yang lolos melalui jalur SNBP, SNBT, dan Ujian Mandiri di perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta.
KIP Kuliah memberikan beasiswa selama 8 semester untuk program D4 dan S1, serta 6 semester untuk D3. Besarnya bantuan biaya pendidikan yang diberikan dari pemerintah adalah Rp 2,4 juta per semester.
Tujuan utama dari program ini adalah untuk memungkinkan mahasiswa kurang mampu melanjutkan pendidikan tinggi, dengan tujuan untuk meningkatkan potensi ekonomi dan mobilitas sosial.
Jika mahasiswa KIP Kuliah melebihi durasi studi yang telah ditetapkan, maka beasiswa akan dihentikan.
Kehadiran beasiswa KIP Kuliah sangat membantu bagi siswa dari kalangan kurang mampu untuk bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi karena mengcover biaya pendidikan/UKT hingga lulus dan mendapatkan uang saku. Walau harus diakui juga bahwa uang saku yang diberikan masih sangat kurang jika dibandingkan dengan kebutuhan mahasiswa untuk tempat tinggal, kost, makan dan minum serta kebutuhan kuliah lain seperti tugas dan kebutuhan print.
Maka banyak ditemukan mahasiswa penerima beasiswa KIP Kuliah biasanya masih dibantu keluarga atau struggling dengan bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari selama masa studi.
Ngomongin Kelakuan Para Penerima KIPK Yang Hedon
Belakangan ramai di sosial media, perilaku kurang terpuji dari para penerima beasiswa KIP Kuliah yang dianggap berlebihan atau hedon. Misalnya gadget yang terbilang mewah seperti iPhone, kendaraan, makan dan minum di cafe, jalan-jalan, konser dan masih banyak yang lainnya.
Tentu kami tidak mengeneralisasi, bahwa banyak penerima KIP Kuliah yang mampu mendapatkan hal-hal mewah di atas atas jerih payahnya misalnya dari bekerja paruh waktu atau buka usaha namun tidak jarang hal ini terjadi karena dianggap penerima KIP Kuliah tidak tepat sasaran, harusnya mampu secara finansial namun tetap lolos sebagai penerima.
Kesenjangan ekonomi yang terjadi di lapangan ini real, kelas menengah yang pas-pasan sangat terbebani dengan UKT yang mahal, harus hidup secara prihatin agar bisa kuliah sementara ada penerima KIP Kuliah dengan gaya hidup mewah.
Akar Masalah Beasiswa Tidak Tepat Sasaran
Beberapa hal berikut menurut saya bisa jadi penyebab kenapa banyak beasiswa KIP Kuliah yang dirasa salah sasaran misalnya kuota yang besar sekali, tidak jarang bahkan kuotanya masih tersedia banyak meski masa pedafataran menjelang penutupan.
Kuota besar dilanjutkan dengan proses seleksi yang kurang ketat. Selalu ada saja oknum yang mencoba memanfaatkan celah administrasi dengan memalsukan surat keterangan tidak mampu, foto rumah dan slip gaji orang tua misalnya.
Sayangnya banyak yang lolos dan tidak diimbangi dengan proses verifikasi hingga home visit atau survei langsung. Sebagai pembanding saya pernah membantu proses seleksi Beastudi Etos dari Dompet Dhuafa proses seleksinya sangat ketat, dari administrasi, tes tulis, tes wawancara hingga kunjungan rumah untuk memastikan penerima beasiswa benar-benar layak dan tidak salah sasaran.
Memang untuk KIP Kuliah ini banyak yang lanjutan dari KIP Sekolah sayangnya mungkin tidak ada update data lapangan sehingga keluarga yang sudah membaik keadaan ekonominya masih masuk golongan layak menerima dan sebaliknya yang seharusnya layak mendapatkan justru tidak masuk data. Hal ini sering kita jumpai pada kasus data bansos dan PKH.
Secara etik, harusnya penerima KIP Kuliah juga bisa membawa diri, sadar bahwa kuliah atas biaya pemerintah mestinya bisa menjaga perasaan diantaranya rekan-rekannya dengan menahan diri untuk hdup berlebihan selama masa studi, orang jawa menyebutnya "prihatin" setidaknya hingga lulus dan dapat kerja. Selain bagian dari menempa diri juga saling bertenggang rasa.
Integritas, andai setiap penerima KIP Kuliah menanamkan itegritas mestinya heboh tentang hidup hedon ini tidak perlu terjadi. Jika dirasa dalam proses studi sudah mampu secara finansial dengan sadar diri mengajukan pengunduran diri dari program sehingga bisa dilalokasinya untuk yang benar-benar membutuhkan.
Demikian postingan kami kali ini tentang Ngomongin Kelakuan Para Penerima KIPK Yang Hedon dan Akar Masalah Beasiswa Tidak Tepat Sasaran, semoga bermanfaat sampai jumpa.
Penulis
Nandar
Nandar