Ngomongin Apa Itu Student Loan, Manfaat dan Sisi Negatifnya



Campusnesia.co.id - Semarang 29 Mei 2024. Setelah ramai dikritik dan ditolak oleh masyarakat, kebijakan kenaikan UKT tahun 2024 yang sangat tinggi di seluruh Indonesia resmi dibatalkan oleh Menristekdikti Nadiem Makarim setelah bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara pada Senin 27 Mei 2024.

Setidaknya ada dua hal yang perlu digaris bawahi, pertama pembatalan kenaikan UKT untuk mahasiswa baru 2024 kemungkinan tahun depan akan naik. Kedua, kenaikan UKT yang tinggi ini sebenarnya sudah dimulai dari beberapa tahun yang lalu dan puncaknya adalah tahun 2024 ini yang tidak tanggung-tanggung bahkan ada yang naik sebesar 500 persen.

Tetap saja biaya pendidikan untuk jenjang perguruan tinggi terutama negeri sudah semakin mahal, banyak yang tidak lagi terjangkau oleh masyarakat terutama kelas menengah yang pas-pasan, tidak tercover beasiswa KIP Kuliah yang mensyaratkan kurang mampu secara ekonomi yang terbebani dengan pendapatan yang pas-pasan untuk semua kebutuhan hidup.

Di tengah isu mahalnya UKT dan protes dari berbagai kalangan terutama mahasiswa, beberapa kampus bahkan negeri menawarkan solusi yang justru bakal jadi masalah baru dikemudian hari yaitu pinjaman pendidikan atau student loan.

Beberapa kampus bekerja sama dengan fintech atau pinjol khusus pendidikan dengan bunga yang sangata tinggi. Alih-alih berusaha menurunkan tarif UKT untuk mahasiswa yang keberatan, kampus justry menyodorkan  solusi pinjol pendidikan, iya sih pihsak kampus akan menerima cash lunas dari pinjol dan mahasiswa yang akan terbebani cicilan pinjaman dengan bunga yang mencekik dan potensi gagal bayar, familiar? iya mirip sistem pembiayaan kredit kendaraan kerjasama antara dealer dan finance.

Mungkin ada diantara sobat pembaca yang belum paham tentang apa itu Student Loan, lewat postingan kali ini yuk mari kita coba bahas.


Apa itu Studen Loan atau pinjaman pendidikan?

Mengutip Cambridge Dictionary, pinjaman pendidikan adalah perjanjian di mana mahasiswa atau universitas dapat meminjam uang dari bank demi membiayai kuliahnya.

Mahasiswa peminjam kemudian harus membayar kembali uang tersebut setelah selesai berkuliah dan mulai bekerja.

Dalam makalah berjudul Pembiayaan Pendidikan Tinggi di Indonesia: Menilai Fisibilitas Sistem Pinjaman Berbasis Potensi Pendapatan yang diterbitkan oleh Smeru Institute, disebutkan bahwa ada dua jenis sistem pinjaman pendidikan.

Jenis yang pertama adalah pinjaman hipotek yang jangka waktu pembayarannya sudah ditentukan. Pinjaman jenis ini biasanya menyebabkan beban pembayaran yang tinggi, terutama bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Risikonya bisa berupa gagal bayar.

Ini adalah jenis pinjaman yang sering digunakan, di antaranya di Amerika Serikat, Kanada, Filipina, dan Thailand.

Sedangkan tipe yang kedua adalah sistem pinjaman berbasis pendapatan. Artinya, peminjam dapat membayar kembali pinjamannya setelah penghasilannya mencapai ambang batas tertentu.

Dalam tipe kedua ini, jangka waktu pelunasannya tidak ditentukan di awal. Skema semacam ini diterapkan di beberapa negara seperti Australia, Swedia, Inggris, dan Jerman.


Munculnya wacana student loan di Indonesia

Akses terhadap pendidikan tinggi di Indonesia memang masih timpang. Survei Sosiekonomi Nasional (Susenas) 2023 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa hanya 10,15% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas yang mengenyam pendidikan tinggi.

Sejauh ini, pemerintah memiliki sejumlah skema beasiswa untuk mengurangi ketimpangan tersebut. Salah satunya adalah beasiswa Bidik Misi yang ditujukan kepada siswa tidak mampu.

Berdasarkan data pemerintah, sekitar 73.000 siswa menerima beasiswa dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi; Kementerian Agama; serta LPDP per Mei 2023.

Namun, data menunjukkan ketimpangan akses masih terjadi.

Akan tetapi, itu bukan satu-satunya persoalan yang muncul. Berkaca dari kasus di Institut Teknologi Bandung (ITB), ada siswa yang bisa mengakses pendidikan tinggi, namun kesulitan membayar uang kuliah yang dirasa mahal.

Salah satunya imbas komersialisasi perguruan tinggi usai disahkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.

Liputan jurnalisme data Kompas pada 2022 juga mengungkap bahwa kenaikan biaya pendidikan tidak sebanding dengan peningkatan penghasilan masyarakat.

Berdasarkan laporan BBC News Indonesia, mahasiswa yang menunggak pembayaran uang kuliah mengaku "dipaksa cuti" oleh kebijakan yang memberatkan. ITB lalu menawarkan opsi pembayaran melalui pinjaman online yang menuai kritik.

Pengamat dari Insitute for Development of Economics and Science (Indef) Nailul Huda mengatakan opsi pembayaran melalui pinjol memiliki risiko gagal bayar yang tinggi karena harus dibayar saat itu juga.

"Terutama apabila tidak ada kesanggupan dari orang tua untuk melakukan pembayaran cicilan," kata dia.

Sementara program-program bantuan pendidikan seperti beasiswa Bidik Misi, Kartu Indonesia Pintar Kuliah, dan beasiswa lainnya biasanya mensyaratkan penerimanya harus terdaftar di keluarga miskin.

"Bagaimana dengan orang yang tidak masuk ke program keluarga miskin namun tidak mampu juga untuk membiayai kuliah. Ya bisa menerapkan student loan dengan bunga 0%," kata Nailul.


Praktik student loan di negara lain


Di Inggris, pinjaman pendidikan berlaku dengan skema pendapatan minimum. Artinya, si peminjam tidak perlu membayar hingga pendapatannya mencapai minimal pendapatan yang ditetapkan.

Ketika sudah mendapat pendapatan minimal itu, maka biaya yang dibayarkan biasanya sebesar 9% dari pendapatan.

Berdasarkan peraturan terbaru di Inggris, jangka waktu pembayaran pinjaman mencapai 40 tahun. Apabila melebihi jangka itu, maka utangnya akan diputihkan berapa pun jumlahnya.

Studen Loan di Wales dan Skotlandia, jangka waktunya adalah 30 tahun, dan di Irlandia Utara selama 25 tahun.

Namun pada praktiknya, ada pula yang akhirnya merasa keberatan dengan beban utang yang mereka tanggung.

Salah satunya adalah Vonnie Sandlan, yang mengambil pinjaman mahasiswa untuk membiayai kuliah dan biaya hidupnya.

Sandlan yang telah berusia 41 tahun, masih harus menanggung utang dari pinjaman pendidikannya sebesar £35,000 (sekitar Rp700 juta).

“Saya mendapat gaji yang layak, namun saya masih belum membayar cukup uang untuk mengurangi utang pinjaman mahasiswa saya,” kata dia.

“Saya merasa tidak akan mampu melunasinya sebelum saya pensiun. Begitulah kenyataannya.”

Vonie juga membayar cicilan rumah dengan bunga 3,69%. Sedangkan bunga dari pinjaman mahasiswanya adalah 6,25%. Menurutnya bunga sebesar itu terasa “benar-benar konyol”.

“Bayangan bahwa saya masih akan melunasinya pada usia 60 tahun sungguh membuat khawatir,” kata dia.

Sementara itu, utangnya baru bisa diputihkan pada usia 65 tahun atau 30 tahun sejak dia memenuhi syarat untuk menyicil berdasarkan peraturan di Skotlandia.

Di Amerika Serikat, pinjaman pendidikan juga merupakan hal yang lumrah. Tingginya biaya kuliah di AS membuat sekitar 70% mahasiswa di negara tersebut lulus dengan bantuan pinjaman pendidikan.

Pemerintah AS menawarkan sejumlah skema pengembalian pinjaman. Salah satunya, debitur dapat membayar cicilan berdasarkan pendapatan mereka selama 20 hingga 25 tahun.

Namun mudahnya akses pinjaman pendidikan ternyata membuat banyak orang Amerika terlilit oleh utang.

Sebanyak 43 juta orang Amerika menanggung utang biaya pendidikan dengan total beban utang mencapai lebih dari $1,7 triliun. Pada banyak kasus, debitur harus menanggung tagihan bulanan selama berpuluh-puluh tahun setelah menamatkan pendidikan mereka.

Pada 2023, pemerintahan Joe Biden telah memutihkan utang dari pinjaman pendidikan sebesar US$39 miliar dari 804.000 peminjam yang telah menyicil selama lebih dari 20 tahun.

Elizabeth Hadzic, yang bekerja sebagai seorang terapis, merasa bahwa penghasilannya tidak memungkinkan untuk melunasi pinjaman pendidikan tersebut.

Oleh sebab itu, dia meminta pemerintah memutihkan utangnya sebesar lebih dari US$100.000 (sekitar Rp1,5 miliar) pada tahun lalu.

Setiap bulan, dia harus membayar tagihan sebesar lebih dari US$1.400 (sekitar Rp21,8 juta) dan penghasilannya tidak mencukupi mengingat masih ada pengeluaran lainnya.

“Saya mengira saya akan mampu melunasinya, tapi pekerjaan saya ternyata tidak menghasilkan uang sebesar itu,” kata perempuan berusia 50 tahun ini.


Manfaat dan Dampak Negatif Student Loan

Kita awali dengan membahas manfaat studen loan:

1. Akses terhadap pendidikan tinggi
Dengan adanya pinjaman pendidikan memungkian semua kalangan untuk menjangkau akses terhadap pendidikan di perguruan tinggi yang selama ini punya tembok penghalang bernama biaya pendidikan yang mahal.


2. Investasi untuk diri sendiri di masa depan
Dengan mengeyam pendidikan di perguruan tinggi akan memperbesar peluang mendapatkan kehidupan, masa depan dan pekerjaan yang lebih baik. Tidak bisa dipungkiri mayoritas pekerjaan dengan gaji yang layak dan terbilang lebih banyak yang mensyarakatkan pendaftarnya memiliki ijazah sarjana. Dengan demikian diharapkan mampu memperbaiki kondisi ekonomi dan kesejahtteraan masyarakat.


3. Fleksibilitas Keuangan
Dengan mengambil pinjaman pendidikan, setidaknya selama proses belajar mahasiswa punya waktu untuk hanya fokus pada pendidikan dan tidak terbagi konsentrasi dengan melakukan pekerjaan sampingan atau full time untuk biaya kuliah misalnya.


Namun demikian, ada pula dampak negatifnya dari penerapan studen loan yang bahkan di negara maju seperti Amerika juga masih mengalaminya, apa saja kemungkinan dampak negatif tersebut, misalnya seperti di bawah ini:


1. Bunga yang tinggi
Hal yang tidak bisa dihindari dari pinjaman pendidikan adalah besaran bunga yang tinggi, dalam kasus viral di ITB beberapa waktu yang lalu, untuk pinjaman UKT 12,5 juta mahasiswa harus membayar hingga 15 juta dengan bunga dan biaya administrasi lainnya tentu saja ini sangat memberatkan.


2. Beban keuangan yang berlarut-larut
Sebut saja misal praktiknya pinjaman dibayar setelah mahasiswa lulus dan memperoleh pekerjaan, pinjaman pendidikan selama kuliah yang besar bakal jadi beban keuangan dalam jangka panjang karena harus tertib menyisihkan sebagian besar gaji yang diperoleh untuk membayar pinjaman yang pernah diambil.


3. Potensi Stress
Bagaimanapun tanggungan hutang dan kewajiban membayar cicilan tiap bulan akan menambah beban pikiran dan psikologi yang akan berdampak pada stress. Jika sudah stress maka akan mempernagaruhi banyak hal dari emosi sehari-hari hingga masalah kesehatan.


4. Resiko jadi pengganguran dan tidak berpenghasilan
Bagaimanapun kerasnya usaha dalam memperoleh pekerjaan atau memulai usaha yang sukses pasti ada kemungkinan ditolak atau gagal. Resiko tidak mampu menghasilkan uang ini akan menambah dampak negatif mengambil pinjaman pendidikan. Bagaimana mungkin bisa mencicil jika tidak punya pekerjaan atau bisnis yang menghasilkan.


Sebagai penutup di tengah pro dan kontra seerta manfaat dan postensi dampak negatif dari pelaksanaan studen loan atau pinjaman pendidikan ada baiknya sobat berfikir berkali-kali sebelum memutuskan untuk mengambil peluang ini.

Mungkin sebagai alternatif solusi bisa mencari kampus dan perguruan tinggi yang terjangkau seperti Universitas Terbuka misalnya atau kampus di daerah, bisa juga dengan rajin mencari informasi beasiswa yang bisa jadi sarana dalam uapaya tetap kuliah di perguruan tinggi.

Demikian tadi postingan kita kali ini tentang Ngomongin Apa Itu Student Loan, Manfaat dan Sisi Negatifnya, semoga bermanfaat sampai jumpa.



Penulis
Nandar

Sumber: 


===
Baca juga:

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon