PERAN
KELUARGA DALAM MEMBANGUN DEMOKRASI YANG BERADAB
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Demokrasi, merupakan
sebuah bentuk pemerintahan yang memberikan kekuasaan kepada rakyatnya, dan tidak
hanya menciptakan kebijakan publik tetapi juga mencerminkan karakter dan
nilai-nilai masyarakat. Untuk mencapai demokrasi yang beradab, diperlukan
kontribusi dari berbagai sektor, dan salah satunya adalah keluarga. Keluarga
diibaratkan sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki peran
yang sangat penting dalam membentuk fondasi demokrasi yang sehat dan
berkelanjutan. Pentingnya peran keluarga dalam membangun demokrasi yang beradab
tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena keluarga merupakan tempat pertama di
mana nilai-nilai, norma, dan etika diajarkan kepada generasi muda.
Melalui interaksi sehari-hari, anggota
keluarga tidak hanya mengajarkan konsep dasar demokrasi, seperti partisipasi
aktif dan penghargaan terhadap kebebasan individu, tetapi juga membentuk
karakter yang akan membantu masyarakat tumbuh sebagai warga negara yang
bertanggung jawab dan disiplin. Pendidikan demokrasi di dalam keluarga tidak
hanya terbatas pada pengetahuan formal tentang sistem pemerintahan, tetapi juga
mencakup pembelajaran praktis melalui diskusi, pemecahan masalah bersama, dan
memberikan contoh nyata melalui perilaku sehari-hari. Selain itu, sikap terbuka
terhadap perbedaan pendapat penerimaan terhadap kebebasan individu, dan
keadilan menjadi prinsip-prinsip yang ditanamkan dalam suasana keluarga yang
demokratis.
Dalam perspektif keluarga, peran orang
tua sebagai pemimpin tidak hanya bersifat otoriter tetapi juga sebagai
fasilitator untuk mengembangkan pemikiran kritis dan independen pada anak-anak
mereka. Dengan memberikan ruang untuk berbagi ekspresi pendapat, mendengarkan
dengan penuh pengertian, dan memberikan tanggung jawab yang semakin tanggung
jawab, maka orang tua berarti telah mempersiapkan anak-anak mereka untuk
terlibat secara aktif dalam proses demokrasi. Selain itu, keluarga juga menjadi
tempat dimana nilai-nilai keadaban, toleransi, dan rasa tanggung jawab sosial
dapat ditanamkan. Demokrasi yang berada tidak hanya mencakup hak kepada
individu saja, tetapi juga mencakup kewajiban terhadap masyarakat.
Dengan membiasakan praktik-praktik
kecil seperti gotong royong, membantu sesama dan menghormati hak-hak orang lain,
maka keluarga telah turut berkontribusi dalam membentuk warga negara yang
peduli dan bertanggung jawab
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep
Keluarga
Pengertian keluarga menjadi
landasan yang penting dalam memahami peran keluarga dalam membangun demokrasi
yang beradab. Menurut M.I. Soelaemen, seperti yang dikutip Yusuf (2009), Ia mengemukakan bahwa keluarga
memiliki dua makna dari sudut pandang sosiologi. Pertama, keluarga dalam arti
luas mencakup semua pihak yang memiliki hubungan darah atau keturunan. Kedua,
dalam arti sempit, yang berarti keluarga hanya terbatas pada orang tua dan anak.
Maciver menambahkan lima ciri khas keluarga, yang mencakup hubungan berpasangan
kedua jenis, perkawinan atau bentuk ikatan lainnya, pengakuan keturunan, kehidupan
ekonomi bersama, dan kehidupan rumah tangga.
Keluarga dianggap sebagai lembaga
sosial yang telah berkembang secara resmi dalam semua masyarakat. Konsep ini
menunjukkan bahwa keluarga bukan hanya sekedar unit biologis, tetapi juga
memiliki dimensi sosial dan ekonomis yang menyatu dalam kehidupan masyarakat.
Selain itu keluarga juga menjadi lembaga utama dalam membentuk struktur sosial
dan memainkan peran sentral dalam mengajarkan nilai-nilai dan tanggung jawab
sosial.
B. Peran
Keluarga
Peran keluarga menjadi kunci dalam
membentuk karakter dan sikap anggota masyarakat terhadap demokrasi. Menurut
Covey seperti yang dikutip dalam Yusuf (2009), mengidentifikasikan bahwa ada
empat prinsip peran keluarga yaitu; Modeling, Mentoring, Organizing dan Teaching.
Modeling mencerminkan pentingnya orang
tua sebagai contoh bagi anak-anak mereka. Selain itu, orang tua juga menjadi
model pertama dan terdepan dalam membentuk sikap proaktif, sikap respek, dan
kasih sayang pada anak-anak.
Kemudian mentoring, mentoring
menekankan pentingnya hubungan dan investasi emosional dalam memberikan
perlindungan kepada orang lain.
Selanjutnya ada organizing, organizing
bertujuan untuk menyoroti keluarga sebagai suatu unit yang memerlukan kerjasama
dalam menyelesaikan tugas-tugas dan memenuhi kebutuhan keluarga.
Yang terakhir adalah teaching, teaching
menunjukkan peran bahwa orang tua sebagai guru yang mengajarkan hukum-hukum
kehidupan dan nilai-nilai penting lainnya.
C. Konsep Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik merupakan proses
utama dalam membentuk sikap dan orientasi politik individu. Proses ini mencakup
pengenalan sistem politik, tanggapan individu terhadap gejala politik, dan
partisipasi serta tanggung jawab dalam kehidupan politik. Sosialisasi politik
ini dipengaruhi oleh lingkungan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan interaksi
individu dengan pengalaman hidupnya masing-masing. Kemudian keluarga, sekolah,
teman sebaya, media massa, dan organisasi masyarakat menjadi agen sosialisasi
politik yang memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku politik
individu.
D. Agen Sosialisasi Politik
Keluarga menjadi Agen sosialisasi
politik yang paling pertama dan utama. Karena lingkungan keluarga memberikan
dasar bagi individu untuk memahami nilai-nilai politik. Meskipun, dalam konteks
sosialisasi politik di Indonesia, kendala ekonomi sering membuat keluarga lebih
fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar, yang menyebabkan kurangnya perhatian
terhadap kehidupan politik. Selain keluarga agen sosialisasi politik juga
melibatkan sekolah, teman sebaya, media massa, dan organisasi masyarakat. Proses
sosialisasi politik di Indonesia seringkali menghadapi tantangan apatis
terhadap kehidupan politik, terutama di kalangan keluarga dengan kondisi sosial
ekonomi yang rendah.
E. Implikasi Terhadap Pembangunan Demokrasi yang Beradab
Peran keluarga dalam sosialisasi
politik menjadi faktor kunci yang terpenting dalam membangun demokrasi yang
beradab. Karena keluarga membentuk landasan karakter dan sikap individu
terhadap kehidupan politik. Maka dari itu dalam upaya memperkuat demokrasi
perlu adanya strategi untuk meningkatkan peran keluarga sebagai agen
sosialisasi politik. Upaya penguatan pendidikan politik dalam lingkungan
keluarga, peningkatan peran sekolah, dan penggunaan media massa yang tepat
sebagai sarana pendidikan politik dapat menjadi langkah-langkah yang konkret
untuk membangun demokrasi yang beradab. Oleh karena itu penting untuk
memberikan perhatian kepada keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah,
dan Pemerintah perlu mengembangkan program-program pendidikan politik yang
lebih baik serta harus dirancang dengan mempertimbangkan konteks tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
Peran keluarga dalam membentuk
karakter anak sangat dibutuhkan, karena untuk membentuk masyarakat
kewarganegaraan yang demokratis dan beradab. Oang tua menjadi agen sosialisasi
yang paling utama sehingga memiliki tanggung jawab yang paling besar dalam
mendidik anak-anaknya agar menjadi individu yang mandiri demokratis dan
memiliki nilai-nilai kewarganegaraan yang tinggi.
Berikut ini
adalah beberapa peran orang tua dalam membentuk masyarakat kewarganegaraan yang
fokus pada otonomi demokrasi toleransi pluralisme dan keadilan sosial :
A. Peran
Orang Tua dalam Membangun Otonomi
Otonomi dalam konteks ini merujuk
pada kemandirian dan kemampuan anak untuk melakukan transaksi sosial dan
politik. Orang tua Dianggap menjadi peran yang paling penting dalam membentuk
otonomi anak, karena dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar
mandiri seperti menyelesaikan pekerjaan, rumah mengelola tugas sekolah dengan
baik, dan mengambil keputusan kecil dalam sehari-harinya. Dengan memberikan
tanggung jawab kepada anak sejak dini, maka orang tua berarti sudah dapat
membentuk karakter yang mandiri yang menjadi dasar dari masyarakat kewargaan
yang berkembang.
B. Peran
Orang Tua dalam Membangun Demokrasi
Demokrasi
membutuhkan partisipasi aktif dari semua anggota masyarakat. Namun, karena
banyaknya keluarga keputusan biasanya cenderung diambil secara pribadi oleh
orang tua. Untuk membangun masyarakat kewargaan yang demokratis, penting untuk
digarisbawahi bagi orang tua untuk memberikan kesempatan kepada anak-anaknya
untuk menyampaikan pendapat mereka, dan menghargai opini mereka, serta selalu
terlibat dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Hal ini dapat membantu
membentuk karakter demokratis pada anak-anak sehingga akan membawa dampak yang
positif bagi masyarakat sekitar.
C. Peran Orang Tua dalam Membangun Toleransi dan
Pluralisme
Toleransi
dan pluralisme merupakan aspek penting dalam masyarakat kewargaan yang beradab.
Sehingga peran orang tua dalam konteks ini adalah, mengajarkan anak-anaknya
untuk saling menghargai perbedaan baik itu perbedaan, agama, suku dan ras. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan contoh dan mendidik anak-anak
tentang pentingnya saling menghormati, dengan begitu orang tua berarti sudah membantu
membentuk karakter toleran dan mengajarkan menghargai keberagaman pada anak-anak,
sehingga jika sudah sampai pada gilirannya nanti, maka mereka sudah bisa untuk
menciptakan masyarakat yang harmonis.
D. Peran Orang Tua dalam Membangun Keadilan Sosial
Keadilan
sosial adalah konsep bahwa hak dan kewajiban harus dibagi secara adil dan
proporsional. Oleh kareangkat, orang tua
perlu memberikan contoh keadilan dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anaknya,
yaitu seperti memperlakukan semua anaknya dengan adil tanpa membedakan anak
kandung dan anak angkat. Tetapi, penting juga untuk memastikan bahwa konsep
keadilan yang ditanamkan harus lebih dari sekedar pembagian yang sama rata, melainkan
menciptakan pemahaman bahwa keadilan sejatinya memperhitungkan kebutuhan dan
kapasitas individu.
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
1. Peran
keluarga, khususnya orang tua sangat menentukan dalam pembentukan masyarakat
kewarganegaraan yang demokratis dan beradab.
2. Melalui
pendidikan otonomi, demokrasi, toleransi, pluralisme, dan keadilan sosial orang
tua dapat membentuk karakter anak-anak, sehingga dapat membawa dampak positif
pada masyarakat di masa depan nanti.
3. Jika
orang tua dapat memahami dan menjalankan peran mereka secara efektif, maka
orang tua dapat menjadi pilar utama dalam membangun demokrasi yang beradab.
4. Orang
tua, merupakan agen utama dalam pembentukan karakter anak yang memiliki
tanggung jawab besar dalam mengajarkan nilai-nilai kewargaan yang esensial.
5. Pentingnya mendidik anak-anak untuk menjadi individu yang mandiri, demokratis, dan menghargai perbedaan akan membawa dampak yang positif dalam jangka panjang pada perkembangan masyarakat di masa depan nanti.
B. Saran
1. Setiap
orang tua harus meningkatkan kesadaran mereka masing-masing akan pentingnya
peran mereka dalam membentuk generasi muda, yang tidak hanya harus cerdas
secara intelektual saja, tetapi juga harus memiliki kepekaan terhadap
nilai-nilai kewargaan.
2. Perlu
ditingkatkan lagi kolaborasi antara pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat
agar dapat menjadi semakin kuat, kompak dan berkembang.
3. Harus
selalu memastikan keberhasilan pembentukan karakter yang berdaya tahan dan
berlandaskan pada prinsip-prinsip demokrasi yang benar.
Daftar Pustaka
Yusuf, M. (2009). Pendidikan dan Demokrasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Maran, P. P. (2007). Sosiologi Politik. Jakarta: Erlangga.
Sunarto. (2004). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
uryatna. (2011). Terpaan Media Iklan Politik Terhadap Perilaku Pemilih
Pemula Universitas Djuanda Bogor. Jurnal Pemilu & Demokrasi, 2(1), 112-132.
Setiajid. (2011). Orientasi Politik yang Mempengaruhi Pemilih Pemula
dalam Menggunakan Hak Pilihnya pada Pemilihan Walikota Semarang Tahun 2010.
Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, 19(1), 23-37.
Jurnal Edueksos Volume VI No 2, Desember 2017.
Modul BMP MKDU4111