Campusnesia.co.id - Khoirul Adib, Saat ini dia tercatat sebagai mahasiswa semester 5 pada Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang dan aktif sebagai koordinator tim program pada Perkumpulan Griya Peradaban. Adib ini kuliah di jurusan Teknologi Informasi yang lolos seleksi MOSMA Kemenag dan dapat beasiswa kuliah di Amerika.
MORA Overseas Student Mobility Awards (MOSMA) merupakan salah satu program implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar di perguruan tinggi luar negeri selama 6 bulan. Melalui program ini, mahasiswa mendapatkan kredit yang dapat dikonversi ke dalam SKS (Satuan Kredit Semester) di kampus asal.
Khoirul Adib, anak muda asal Tuban yang dipenuhi prestasi gemilang. Puluhan gelar ia dapatkan bersama timnya, baik di level nasional maupun internasional. Tiap harinya, Adib sebagai marbot masjid di wilayah kampusnya serta mengajari anak-anak mengaji usai jama’ah shalat maghrib.
Setiap kebaikan yang ditanam, tentu akan bertumbuh kebaikan lainnya. Takdir baik pun menghampiri, melalui program MOSMA. MOSMA menjadi bagian dari implementasi program Beasiswa Indonesia Bangkit. Adib merasa ini menjadi peluang baginya untuk merengkuh asa. Semua proses dilengkapi untuk memastikan dia bisa mendaftar.
"Saya tertarik untuk mempelajari dan mendaftar. Lika-liku perjalanannya saya lalui untuk bisa ikut mendaftar program tersebut," kata Adib.
"Ini bukan semata tentang mimpi saya, tapi juga harapan orang tua," sambungnya.
Pendaftaran MOSMA dibuka dari 15 Juni - 5 Juli 2023. Total ada 451 pendaftar, memacu Khoirul untuk bersiap menyongsong persaingan. Dari hasil seleksi administrasi, terpilih 192 peserta yang masuk tahap seleksi. Dan, nama Khoirul Adib tercantum dalam pengumumannya. Adib tergabung dalam kelompok S1 beserta 106 peserta lainnya. Ada 78 peserta untuk jenjang S2, dan 7 mahasiswa untuk jenjang S3.
Jelasnya, ini merupakan hadiah yang akan dipersembahkan untuk ibunda tercinta yang beberap waktu lalu telah menghadap keharibaan Allah Swt. Adib terpaksa tidak bisa menyaksikan pemakaman ibunda tercinta karena posisinya masih mengikuti lomba dan meraih juara dua di korea Selatan.
"Namun saya tetap kuat dan harus meneruskan perjuangan ibu, agar bisa menjadi orang bermanfaat untuk semua orang," tekadnya.
Adib mengenang, bahwa dia sebenarnya juga mendapat tawaran untuk diterima kuliah satu semester di Columbia University, salah satu Ivy League Universities di Amerika Serikat (salah satu universitas top di AS). Tapi tidak sempat menindaklanjuti pendaftaran, karena sampai penutupan, dia harus merawat ibunya yang sakit keras kala itu.
"Batal masuk Columbia University, saya alhamdulillah diterima di Rochester Institute of Technology, salah satu universitas bergengsi juga di AS," ucapnya penuh syukur.
Pendiri perkumpulan griya peradaban, Ma’as Shobirin sangat bahagia mendengar kabar salah satu pegiatnya memperoleh beasiswa di Amerika.
"Rasa bahagia tentu saya rasakan. Adib saya amanahi sebagai koordinator tim program di perkumpulan griya peradaban beberapa bulan lalu. Semoga Adib akan terus memperoleh kebaikan berikutnya melalui program ini,” tegasnya.
Penulis
Alfiana