Campusnesia.co.id - Desa Bandungan, 18 Agustus 2024 – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro berhasil menciptakan inovasi yang patut diapresiasi. Dalam program KKN mereka, mahasiswa berhasil mengubah limbah kotoran sapi menjadi produk yang bermanfaat, yaitu eco-briket.
Eco-briket, bahan bakar alternatif yang terbuat dari biomassa padat seperti kotoran hewan, memiliki potensi besar untuk menggantikan penggunaan bahan bakar fosil. Selain ramah lingkungan, eco-briket juga dapat meningkatkan nilai ekonomis limbah organik yang selama ini dianggap sebagai sampah.
Eco-briket, arang yang terbuat dari bahan organik seperti kotoran sapi, telah terbukti menjadi alternatif bahan bakar ramah lingkungan. Proses pembuatan eco-briket ini melibatkan beberapa tahapan, mulai dari pengumpulan kotoran sapi,pengeringan, pencampuran dengan bahan perekat alami, hingga pencetakan menjadi bentuk briket.
Desa Bandungan, Kecamatan Jatinom merupakan daerah dengan populasi peternak sapi yang cukup tinggi. Limbah kotoran sapi yang dihasilkan seringkali menjadi masalah karena sulit dikelola dan berpotensi mencemari lingkungan. Melihat permasalahan ini,mahasiswa KKN berinisiatif untuk mencari solusi yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomis bagi masyarakat.
"Limbah kotoran sapi selama ini menjadi tantangan tersendiri bagi warga desa. Kami berharap dengan adanya inovasi eco-briket ini, masalah limbah dapat teratasi dan sekaligus memberikan nilai tambah bagi masyarakat," ujar Muhammad Irfani, selaku Koordinator Desa.
Pelaksanaan program kerja ini dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2024, dan dihadiri oleh 20 peserta dari 9 RT di Desa Bandungan. Rangkaian kegiatan yang dilakukan diantaranya edukasi mengenai bahaya limbah peternakan, demonstransi pembuatan eco-briket, serta penjelasan terkait kesempatan bisnis dari produk eco-briket.
Proses pembuatan eco-briket dari kotoran sapi dimulai dengan pengumpulan dan pengeringan kotoran. Setelah kering,kotoran kemudian dicampur dengan bahan pengikat seperti tepung tapioka dan air, dengan perbandingan 1:3. Kemudian dibentuk menjadi briket. Untuk menambah nilai jual, briket-briket tersebut kemudian dikemas dalam kemasan yang menarik dan informatif. Kemasan ini ditujukan sebagai media untuk membantu pemasaran dan nilai jual dari Bandungan Eco-Briket dan didampingi oleh salah satu mahasiswa KKN, yaitu Quinn Dib Florenza, mahasiswa Administrasi Bisnis Universitas Diponegoro.
Eco-Briket di masukkan ke dalam kemasan berukuran 16x20 cm yang dapat memuat 5 packs produk. Kemasan tersebut dibuat semenarik mungkin dan dilengkapi dengan informasi mengenai bahan pembuatan dan manfaat produk ini. Tidak hanya itu, bahan packaging yang digunakan oleh mahasiswa KKN Undip merupakan bahan berkualitas premium. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan potensi penjualan Eco-Briket
Keberhasilan produk eco-briket membuka peluang bisnis yang sangat menjanjikan. Selain memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan bakar alternatif, Eco-Briket juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat Desa Bandungan.
Respon masyarakat terhadap produk eco-briket sangat positif. Banyak warga desa yang tertarik untuk menggunakan eco-briket sebagai bahan bakar untuk memasak. Beberapa di antara mereka bahkan telah mencoba memproduksi eco-briket secara mandiri dengan bimbingan mahasiswa KKN.
“Arang dari kotoran sapi ini sebuah inovasi yang sangat bagus untuk menjawab permasalahan desa kami. Ditambah produk ini sangat menjanjikan untuk dijadikan ladang bisnis ” ujar Pak Susino, salah seorang warga Desa Bandungan.
Mahasiswa KKN berharap inovasi ini dapat terus dikembangkan dan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk mengelola limbah organik menjadi produk yang bernilai ekonomis. Quinn Dib Florenza mengungkapkan, “Kami sangat senang melihat antusiasme masyarakat terhadap produk eco-briket. Semoga inovasi ini dapat memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat dan lingkungan, serta menjadi lapangan wirausaha yang semakin dikembangkan di masa mendatang”.
Keberhasilan program KKN ini menjadi titik awal bagi pengembangan usaha eco-briket di Desa Bandungan, Kecamatan Jatinom. Ke depan,perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas produk, memperluas jaringan pemasaran, dan mendapatkan sertifikasi produk.
Editor:
Achmad Munandar
Achmad Munandar