Mahasiswi KKN UNDIP Membantu Mengoptimalkan Fasilitas Umum Kelurahan Mayangan Melalui Pemetaan RT

0
 


Campusnesia.co.idPekalongan - Kelurahan Mayangan termasuk ke dalam salah satu kelurahan yang berada pada Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Kelurahan Mayangan merupakan kawasan padat penduduk dengan berbagai fasilitas umum seperti kantor kelurahan, tempat ibadah, sekolah, toilet umum, hotel, lapangan, serta puskesmas. Hingga saat ini, Kelurahan Mayangan belum memiliki peta lengkap yang mencakup seluruh RT dan fasilitas umumnya. Peta wilayah yang ada di kantor kelurahan terakhir kali diperbarui pada tahun 2017, sehingga perlu dilakukan pembaharuan untuk memasukkan informasi terkini mengenai peta RT dan fasilitas umum yang ada di wilayah tersebut.

Kondisi tersebut menjadikan pemetaan yang akurat dan menyeluruh sangat penting untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap informasi dan kolaborasi antar perangkat kelurahan dengan pemerintah. Selain mempermudah penduduk setempat untuk menemukan layanan publik, peta yang akurat akan mendukung perencanaan pembangunan dan pengelolaan wilayah yang lebih efektif di masa mendatang. 

Pemetaan yang akurat dan menyeluruh ini diperoleh melalui kombinasi survei lapangan yang cermat serta koordinasi intensif antara Syafira Ramadani selaku mahasiswi KKN TIM II Undip (Universitas Diponegoro) dengan perangkat kelurahan untuk mengidentifikasi berbagai fasilitas umum yang ada. Proses ini memastikan bahwa setiap fasilitas dan posisi geografisnya dicatat dengan akurat. Setelah data tersebut terkumpul, langkah selanjutnya yaitu digitasi peta atau proses mengonversi data geografis dari bentuk analog ke dalam bentuk digital.

Digitasi peta merupakan bagian dari kegiatan pemetaan yang bertujuan untuk membuat peta wilayah yang lebih akurat dan mudah diakses. Penandaan atau penggambaran ulang batas wilayah, sungai, jalan, serta fasilitas umum lainnya pada peta dilakukan dengan menggunakan data lapangan yang telah dikumpulkan sebelumnya. 

 
Sebagai hasil dari program kerja pemetaan ini, Syafira Ramadani telah menyerahkan dua bentuk luaran kepada perangkat Kelurahan Mayangan pada hari Senin (12/8/24). Luaran tersebut mencakup soft file peta yang diberikan secara digital untuk memudahkan akses dan pembaruan data, serta hard file berupa banner yang diserahkan langsung kepada Bapak Rizqon, selaku Lurah Kelurahan Mayangan dengan penuh antusias. Dengan harapan, peta tersebut akan berguna sebagai acuan dalam perencanaan pembangunan dan pengelolaan wilayah di masa mendatang. 



Editor:
Achmad Munandar

Level Up Kreativitasmu dengan Ecobrick! Sampah Jadi Duit? Bisa Aja!

0
 

Campusnesia.co.id - Pekalongan (12/08/2024) - Permasalahan sampah di Desa Kedungjaran yang tak kunjung usai menjadi ancaman nyata bagi masyarakat Desa Kedungjaran. Tumpukan sampah di sisi jalan hingga sumbatan di area irigasi persawahan desa banyak ditemui di lingkungan Desa Kedungjaran. Berbagai permasalahan tersebut disebabkan oleh kebiasaan masyarakat desa dalam pengelolaan sampah yang kurang baik terlebih lagi tidak adanya peran aktif dari pemerintah desa seperti pengaktifan TPS3R maupun Bank Sampah yang sudah berdiri sebelumnya menjadi pemicu timbulnya penumpukan sampah dalam lingkungan desa. Oleh Karena itu Mahasiswa Tim II KKN Universitas Diponegoro 2024, melakukan pengkajian dan edukasi penerapan inovasi pembuatan Ecobrick sebagai solusi dari permasalahan sampah di Desa Kedungjaran.

Acara yang diinisiasi oleh para mahasiswa KKN Universitas Diponegoro ini bertujuan untuk memberikan contoh sederhana pada masyarakat desa mengenai mudahnya mengelola sampah di tingkat rumah tangga. Para mahasiswa KKN berharap agar penerapan inovasi Ecobrick sebagai plang desa dapat menjadi motivasi warga dalam mengelola sampah dengan lebih bertanggungjawab dan tidak menyebabkan kerusakan tambahan bagi lingkungan. Hal tersebut, ditujukan agar permasalahan sampah di Desa Kedungjaran dapat teratasi dan mengurangi intensitas pembakaran sampah yang biasa dilakukan oleh warga desa.

 


Mahasiswa KKN tim II Undip, menekankan bahwa pengelolaan sampah yang baik bukanlah hal yang sulit dicapai, serta sampah yang tidak bernilai dapat menjadi suatu barang yang memiliki nilai seni dan ekonomi. Rangkaian plang desa dari Ecobrick dipasang di balai desa sebagai contoh nyata pemanfaatan Ecobrick selepas dilakukan edukasi pada warga desa mengenai pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.

Kegiatan rangkaian penyuluhan ini dilakukan dengan mengedukasikan pada masyarakat mengenai bagaimana pembuatan Ecobrick serta dilakukan pemasangan plang desa yang terbuat dari Ecobrick sebagai bahan acuan masyarakat desa mengenai bagaimana Ecobrick dapat dimanfaatkan sebagai barang yang memiliki nilai ekonomi.

Yuk kelola sampah dengan kreatif, dengan Ecobrick yang inovatif!!



Oleh : 
Mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro 
Desa Kedungjaran, Kec Sragi, Kab Pekalongan

Edito r:
Achmad Munandar

Keajaiban dari Limbah Kayu: Mahasiswi KKN Undip Populerkan UMKM Naira Karya di Desa Purworejo

0

Gambar 1. Wawancara etnografi dengan Pak Dunawar 

Campusnesia.co.id - Purworejo, Pekalongan - Desa Purworejo, yang terletak di kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan, kini memiliki sebuah kebanggaan dalam bentuk UMKM limbah kayu yang bernama Naira Karya. Khalisa Alya Syahira, seorang mahasiswi dari Universitas Diponegoro (Undip), telah menjalankan program kerja monodisiplin yang inovatif dalam rangkaian KKN Tim 2 2024. Karyanya berupa etnovideografi yang mengangkat kisah inspiratif Pak Dunawar, pemilik Naira Karya, sebuah usaha kerajinan dari limbah kayu.

Khalisa, yang sedang menempuh pendidikan di jurusan antropologi sosial, telah memanfaatkan ilmu dan kemampuannya dalam penelitian etnografi untuk membuat video dokumenter mengenai perjuangan Pak Dunawar. Etnovideografi ini tidak hanya menampilkan perjalanan usaha Naira Karya dari awal hingga mencapai kesuksesan, tetapi juga mempromosikan kearifan lokal yang ada di Desa Purworejo.

Naira Karya bermula dari pemanfaatan limbah kayu yang dilakukan secara kecil-kecilan oleh Pak Dunawar. Berkat kerja keras dan kreativitasnya, usaha ini telah berkembang menjadi penjualan furniture dan perabotan rumah yang kini dikenal di berbagai kota di luar Pekalongan. Meski telah mencapai kesuksesan yang cukup besar, cakupan pasar Naira Karya masih kurang dikenal secara luas, terutama dalam bentuk digital dan media.

“Etnovideografi ini merupakan bentuk apresiasi saya terhadap kearifan lokal yang ada di Purworejo. Saya ingin masyarakat luas mengetahui bahwa dari desa kecil ini, ada sebuah usaha yang sangat potensial dan patut mendapat apresiasi,” ujar Khalisa dalam wawancaranya. Melalui video etnografi ini, Khalisa berharap Naira Karya dapat lebih dikenal dan dihargai, baik oleh masyarakat dalam desa maupun luar desa.

Metode yang digunakan Khalisa dalam pembuatan etnovideografi ini adalah penelitian etnografi, di mana ia terjun langsung untuk menggali kisah dan informasi mendalam mengenai Naira Karya. Proses ini tidak hanya memperkaya pengetahuannya sebagai mahasiswa antropologi, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi perkembangan UMKM di desa tersebut. “Saya ingin hasil karya saya ini bisa menjadi contoh bagaimana ilmu antropologi dapat diaplikasikan secara nyata untuk membantu masyarakat,” tambah Khalisa.

 
Gambar 2. Pengambilan video etnografi Naira Karya

Pak Dunawar dan tim Naira Karya merasa sangat terbantu dengan adanya etnovideografi ini. Mereka mengakui bahwa branding digital dan media promosi merupakan salah satu kelemahan yang mereka hadapi. “Kami sangat berterima kasih kepada Khalisa. Berkat etnovideografi ini, usaha kami bisa lebih dikenal dan diakui,” kata Pak Dunawar. Ia juga berharap video ini dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk menghargai dan mendukung usaha lokal seperti Naira Karya. 

Dengan etnovideografi ini, Khalisa tidak hanya membantu mempromosikan Naira Karya tetapi juga memperkenalkan potensi desa Purworejo kepada dunia luar. “Saya berharap, dengan adanya video ini, Purworejo dapat dikenal sebagai desa yang memiliki kearifan lokal yang kuat dan usaha kreatif yang patut dibanggakan,” ujar Khalisa. 

Selain itu, etnovideografi ini juga diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk menggunakan ilmu yang mereka pelajari di kampus dalam proyek-proyek yang bermanfaat bagi masyarakat. Khalisa menekankan pentingnya pelestarian kearifan lokal melalui pendekatan ilmiah dan modernisasi. “Pelestarian budaya dan kearifan lokal adalah tanggung jawab kita bersama. Melalui proyek ini, saya ingin menunjukkan bahwa setiap langkah kecil kita bisa memberikan dampak besar,” Ucap Khalisa.

Pembuatan etnovideografi ini membuktikan bahwa teknologi dan media digital dapat menjadi alat yang efektif dalam mempromosikan kearifan lokal dan usaha kreatif. Karya Khalisa Alya Syahira ini diharapkan dapat terus memotivasi generasi muda untuk mencintai dan melestarikan kebudayaan serta kearifan lokal di lingkungan mereka masing-masing. Dengan demikian, warisan budaya yang berharga ini tidak akan terlupakan dan terus hidup di tengah perkembangan zaman.



Editor:
Achmad Munandar

Menghidupkan Budaya: Mahasiswa KKN Undip Menciptakan Arsip Kebudayaan Desa Purworejo

0
 
Gambar 1. Serah terima booklet kepada Kepala Desa


Campusnesia.co.idPurworejo, Pekalongan – Desa Purworejo, sebuah desa yang terletak di kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan, telah menyaksikan sebuah langkah besar dalam pelestarian budayanya berkat karya seorang mahasiswi dari Universitas Diponegoro (Undip). Khalisa Alya Syahira, yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa ini, telah berhasil menciptakan sebuah booklet yang mendokumentasikan Desa Purworejo dari sisi budaya secara terperinci.

Khalisa, yang merupakan mahasiswi jurusan antropologi sosial, memanfaatkan pengetahuannya dalam bidang ini untuk menyusun booklet yang berjudul “Mengnal Desa Purworejo dari Lensa Budaya Lebih Dekat”. Booklet ini tidak hanya memberikan gambaran umum mengenai desa tetapi juga mendalami aspek-aspek kebudayaan yang unik dari Purworejo berdasarkan konsep 7 unsur kebudayaan Koentjaraningrat.

Profil desa yang disajikan dalam booklet ini meliputi peta dan deskripsi mendetail mengenai letak geografis serta sejarah singkat desa Purworejo. “Sebagai mahasiswa antropologi, saya ingin masyarakat desa memiliki rekam jejak tertulis yang bisa menjadi sumber informasi sekaligus kebanggaan tersendiri,” ujar Khalisa dalam wawancaranya.

 
Gambar 2. Serah terima booklet dengan pemilik pojok baca

Selain itu, dalam booklet ini juga dijelaskan mengenai apa itu kebudayaan menurut pandangan antropologi, sebuah pengetahuan dasar yang penting untuk dimiliki oleh setiap warga desa. Khalisa menekankan pentingnya kesadaran budaya sebagai identitas yang harus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. “Kebudayaan adalah identitas yang harus dijaga dan dilestarikan, karena dari situlah kita bisa belajar dan berkembang,” tambahnya.

Moda penghidupan warga desa Purworejo yang sebagian besar adalah petani dan pelaku usaha konveksi juga mendapat perhatian khusus dalam booklet ini. Khalisa menggambarkan bagaimana kedua sektor ini menjadi penopang ekonomi utama desa dan bagaimana mereka beradaptasi dengan perubahan zaman. “Dengan adanya booklet ini, saya berharap para pemuda desa bisa lebih menghargai pekerjaan orang tua mereka dan melanjutkannya dengan inovasi-inovasi baru,” kata Khalisa.

Kegiatan rutin warga seperti berzanji atau pengajian yang berbentuk sholawat juga diuraikan dengan rinci. Tradisi ini, menurut Khalisa, adalah salah satu bentuk pelestarian nilai-nilai keagamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun. “Kegiatan ini bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antarwarga,” jelas Khalisa.

Acara tahunan desa seperti sedekah bumi, nyadran labuhan, nyadran puasa, munggah medun, dan tradisi satu suro menjadi bagian menarik dalam booklet ini. Khalisa menuliskan sejarah, makna, dan proses pelaksanaan setiap acara tersebut. “Acara tahunan ini adalah momen di mana seluruh warga berkumpul dan merayakan kebersamaan mereka. Ini adalah cerminan dari gotong royong dan kebersamaan yang menjadi ciri khas budaya kita,” ujarnya.

Perangkat desa Purworejo sangat mengapresiasi usaha Khalisa. Mereka mengakui bahwa desa mereka belum memiliki arsip kebudayaan baik dalam bentuk fisik maupun digital. “Kami sangat berterima kasih kepada Khalisa. Berkat usahanya, kini kami memiliki arsip yang sangat berharga tentang kebudayaan desa kami,” ujar Kepala Desa.

Booklet ini tidak hanya bermanfaat bagi warga desa Purworejo tetapi juga bisa menjadi referensi bagi siapa saja yang ingin mempelajari kebudayaan desa ini. Khalisa berharap karyanya ini bisa membantu melestarikan kebudayaan desa dan memperkenalkannya kepada dunia luar. “Saya ingin booklet ini bisa menjadi pintu masuk bagi orang-orang yang ingin mengenal lebih jauh tentang Purworejo,” harap Khalisa.

Dengan adanya booklet ini, desa Purworejo kini memiliki arsip kebudayaan yang bisa dijadikan rujukan dan bahan pembelajaran. Khalisa telah memberikan kontribusi besar dalam pelestarian budaya desa melalui pendekatan ilmiah dan modernisasi. Karya ini diharapkan dapat menginspirasi mahasiswa lain untuk turut serta dalam melestarikan kebudayaan daerah mereka masing-masing.

“Pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga tertentu, tetapi tanggung jawab kita semua sebagai generasi penerus,” pungkas Khalisa.



Editor:
Achmad Munandar

Inovasi Energi Terbarukan: Lampu Surya Otomatis Terangi Desa Jendi di Malam Hari

0
 
Dokumentasi bersama Bapak Kardi 
pada saat lampu panel surya telah terpasang

Campusnesia.co.idJendi, Selogiri, Wonogiri (6/8/2024) - Desa Jendi di Kecamatan Selogiri tengah berupaya untuk menjadi desa ramah lingkungan. Salah satu langkah yang diambil adalah melalui program pemasangan lampu malam otomatis dengan menggunakan energi tenaga surya. Program ini dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) Tim II UNDIP pada hari Selasa, 6 Agustus 2024. Penerapan teknologi ramah lingkungan seperti ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap listrik konvensional dan mendukung terciptanya lingkungan yang lebih aman dan nyaman pada malam hari.

Panel surya bekerja dengan mengubah energi matahari menjadi energi listrik melalui proses yang disebut fotovoltaik. Pada dasarnya, panel surya terdiri dari sel-sel fotovoltaik yang terbuat dari bahan semikonduktor seperti silikon. Ketika cahaya matahari mengenai permukaan panel, energi dari foton cahaya menyebabkan elektron dalam sel fotovoltaik berpindah, menciptakan arus listrik. Arus listrik yang dihasilkan ini kemudian dapat disimpan dalam baterai untuk digunakan pada malam hari atau saat cuaca mendung.

Untuk memastikan lampu panel surya tetap berfungsi dengan optimal, diperlukan beberapa langkah perawatan sederhana. Panel surya harus rutin dibersihkan dari debu dan kotoran yang dapat menghalangi penyerapan cahaya matahari. Selain itu, pemeriksaan berkala terhadap kondisi baterai dan komponen listrik lainnya juga penting untuk menghindari kerusakan. Jika terjadi masalah, seperti lampu tidak menyala, periksa sambungan kabel dan pastikan tidak ada komponen yang rusak.

Lampu panel surya yang dipasang di Desa Jendi merupakan lampu LED yang terintegrasi dengan panel surya di bagian atasnya. Sistem ini terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu panel surya, baterai, lampu LED, dan sensor gerak. Pada siang hari, panel surya menyerap cahaya matahari dan mengubahnya menjadi energi listrik yang disimpan dalam baterai. Saat malam tiba, sensor otomatis mendeteksi perubahan cahaya dan menyalakan lampu LED menggunakan energi yang tersimpan dalam baterai. Pada pagi hari, ketika cahaya matahari kembali terdeteksi, lampu akan mati secara otomatis, dan siklus ini terus berulang. Sesuai uji coba saya, lampu diperkirakan dapat menyala selama 11 jam dengan kondisi baterai penuh, sehingga apabila lampu menyala pada jam 6 sore, maka seharusnya lampu mati pada jam 5 pagi. 

Sebelum pelaksanaan program, saya bertemu dengan Kepala Dusun Jetak, Bapak Kardi, untuk meminta izin dan membincangkan rencana pemasangan lampu tersebut. Bapak Kardi dengan senang hati menerima rencana ini dan bersedia membantu dalam proses pemasangan. Setelah diskusi, kami menyadari bahwa diperlukan tambahan pipa L dengan panjang sekitar 1meter untuk memastikan jangkauan lampu dapat maksimal. Saya kemudian mencari tukang las terdekat yang berada di sebelah timur balai desa untuk membuat pipa L yang diperlukan. Setelah pipa L siap, semua persiapan teknis telah lengkap untuk pemasangan lampu panel surya.

Pada hari Selasa, 6 Agustus 2024, program pemasangan lampu panel surya dilaksanakan di depan gapura Desa Jendi. Lokasi ini dipilih karena merupakan titik strategis yang sering dilalui warga desa, sehingga pencahayaan yang baik sangat dibutuhkan. Bersama dengan Bapak Kardi, kami memasang lampu di atas baliho yang berada di sebelah gapura untuk memastikan pencahayaan yang maksimal.
 
Dokumentasi lampu menyala pada sore dan malam hari

Setelah pemasangan, lampu malam otomatis dengan panel surya berhasil berfungsi dengan baik. Lampu ini berhasil menyala pada malam hari dan memberikan pencahayaan yang cukup di sekitar area gapura desa. Program ini memberikan dampak positif yang nyata bagi warga Desa Jendi. Program ini juga menjadi contoh nyata penerapan teknologi ramah lingkungan yang dapat diadopsi di area lain dalam desa. Diharapkan program ini dapat memotivasi warga desa untuk lebih peduli terhadap penggunaan energi terbarukan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kardi atas dukungan dan bantuannya dalam pelaksanaan program ini, serta kepada tukang las yang telah membantu mempersiapkan pipa L. Keberhasilan program ini tidak lepas dari kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak.




Penulis :
Bonaventura Emmanuel Raditya
Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP

Dosen Pembimbing Lapangan : 
Binar Panunggal, S.Gz., M.P.H.

Editor:
Achmad Munandar

Mahasiswa TIM II KKN UNDIP Melakukan Penyuluhan Kebersihan Lingkungan dan Sanitasi: Upaya Mencegah Penyakit Menular di Kelurahan Joyotakan

0

Foto bersama dengan ketua RT 5 
dan warga di Kelurahan Joyotakan


Campusnesia.co.idSurakarta, 12 Agustus 2024 - Melihat dari lingkungan, kasus bencana banjir dan kasus penyakit demam berdarah sampai menyebabkan salah satu warga meninggal dunia di Kelurahan Joyotakan, mahasiswa Universitas Diponegoro, Nabila Ariavita Wulandari, mahasiswa Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran mengangkat bukti tersebut untuk mendasari kegiatan penyuluhan yang dilakukannya untuk masyarakat Joyotakan. 

Dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan sanitasi, kegiatan penyuluhan kesehatan digelar di Balai RW 2/RW 5 Kelurahan Joyotakan, Kecamatan Serengan, Surakarta. Kegiatan ini bersamaan dengan kegiatan masyarakat RW 2/RT 5 yaitu kerja bakti dalam menyambut 17 Agustus. Kegiatan ini dihadiri oleh warga dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. 

Kegiatan yang bertujuan untuk memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan sanitasi sebagai langkah preventif untuk mencegah berbagai penyakit menular, seperti diare, demam berdarah, dan infeksi saluran pernapasan, malaria, dan lain-lain.


Materi Kebersihan Lingkungan dan Sanitasi
Kegiatan dimulai pada saat setelah warga RW 2/RT 5 melakukan kerja bakti. Setelah itu masyarakat diberikan media edukasi berupa leaflet satu persatu. Materi awal yang disampaikan terkait apa itu sanitasi, dan mengapa kebersihan lingkungan dan sanitasi penting dilakukan, sampai menjelaskan risiko penyakit menular itu apa saja. 

“Lingkungan yang bersih dan sanitasi yang baik merupakan kunci utama untuk mencegah penyebaran penyakit menular. Lingkungan yang kotor dan sanitasi yang buruk dapat menjadi tempat berkembang biaknya penyakit menular seperti nyamuk penyebab demam berdarah, air yang terkontaminasi, dan lainnya.” kata Nabila

Masyarakat diberikan penjelasan tentang langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan, seperti membersihkan selokan secara rutin, membuang sampah pada tempatnya, dan memastikan tidak ada genangan air di sekitar rumah yang dapat menjadi sarang nyamuk. Selain itu, pentingnya memiliki akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai juga ditekankan dalam penyuluhan ini.

 

Praktek Cuci Tangan 6 Langkah yang Benar
Setelah sesi materi, kegiatan dilanjutkan dengan praktek cuci tangan 6 langkah yang benar menggunakan hand sanitizer. Praktek ini dicontohkan terlebih dahulu oleh Nabila yang menunjukkan langkah-langkah mencuci tangan yang efektif untuk membunuh kuman dan mencegah penularan penyakit. Praktek ini juga difasilitasi oleh TIM Nabila untuk membagikan hand sanitizer ke semua masyarakat yang datang, Lalu, praktek ini dilakukan secara bersama-sama. 

Berikut adalah 6 langkah cuci tangan yang benar yang dipraktikkan dalam penyuluhan:

1. Usapkan sabun dengan kedua telapak tangan secara memutar

2. Usapkan dan gosok kedua punggung tangan secara bergantian

3. Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

4. Gosok punggung jari secara bergantian dengan posisi tangan saling mengunci

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok secara perlahan dan bergantian.


Antusiasme Masyarakat
Penyuluhan ini mendapat respon yang sangat positif dari masyarakat. Beberapa masyarakat yang mengaku baru mengetahui cuci tangan 6 langkah dan memahami pentingnya cuci tangan 6 langkah yang benar. 

“Baru tau saya cuci tangan sampai 6 langkah.” - kata warga

Penyuluhan kebersihan lingkungan dan sanitasi ini merupakan langkah awal yang penting dalam upaya mencegah penyebaran penyakit menular di Kelurahan Joyotakan. Ke depannya, diharapkan semua masyarakat Joyotakan dapat melakukan kebersihan lingkungan dan sanitasi secara baik untuk mencegah risiko terjadinya penyakit menular, selain itu melakukan cuci tangan 6 langkah secara benar sebelum melakukan sesuatu dalam kehidupan sehari-hari, seperti sebelum dan sesudah makan, setelah dari toilet, atau setelah melakukan kerja bakti dan lainnya. Dengan dukungan dari semua pihak, diharapkan masyarakat Kelurahan Joyotakan dapat hidup lebih sehat dan terhindar dari berbagai penyakit menular.



Penulis : 
Nabila Ariavita Wulandari

Editor:
Achmad Munandar

Kolaborasi Kreatif: Kampanye ''Jo Kawin Bocah'' Berdayakan Generasi Muda Melalui Pelatihan Canva

0
 


Kolaborasi Kreatif: Kampanye ''Jo Kawin Bocah'' 
Berdayakan Generasi Muda Melalui Pelatihan Canva. Foto: Ist.


Mahasiswa Univ. Diponegoro Berdayakan Siswa SMP Muhammadiyah 13 Wonosegoro Lewat Pelatihan Aplikasi Canva.

Campusnesia.co.idWonosamodro, Jawa Tengah - Dalam upaya memberdayakan generasi muda, sekelompok mahasiswa Universitas Diponegoro yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) telah memberikan edukasi mengenai bahaya pernikahan usia anak kepada siswa-siswi kelas 2 dan 3 SMP Muhammadiyah 13 Wonosegoro. Kampanye "Jo Kawin Bocah" yang berarti "Jangan Menikah Muda" dalam bahasa Jawa, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa mengenai dampak negatif pernikahan usia anak. Dalam sesi pemaparan materi, siswa mendapatkan informasi mengenai risiko kesehatan, sosial, dan ekonomi dari pernikahan usia anak. Pemateri juga menekankan pentingnya pendidikan dan pengembangan diri bagi remaja. 

Pernikahan usia anak masih menjadi masalah serius di wilayah Wonosamodro terutama Desa Repaking, yang berdampak negatif bagi kesehatan, pendidikan, dan masa depan anak-anak khususnya perempuan. Kegiatan kampanye edukasi ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim II Universitas Diponegoro yang bertujuan untuk memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. 

Guna mendorong pengembangan diri bagi siswa-siswi, Mahasiswa KKN Universitas Diponegoro juga melaksanakan pelatihan penggunaan aplikasi desain grafis Canva kepada siswa kelas 2 dan 3 di SMP Muhammadiyah 13 Wonosegoro. Pelatihan ini merupakan salah satu program kerja mahasiswa KKN yang bertujuan untuk membekali para siswa SMP dengan keterampilan digital yang relevan untuk masa depan mereka. 

Menurut Ibu Sintya Pramesti, perwakilan dari Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 13 Wonosegoro, kegiatan pelatihan semacam ini sangat bermanfaat bagi siswa. "Kami berharap para pelajar dapat memahami pentingnya menyelesaikan pendidikan serta menghindari pernikahan di usia muda, dan dengan dilaksanakannya pelatihan ini dapat mendorong siswa-siswi kami untuk terus mengembangkan kemampuan teknologi informasi. Hal ini penting agar mereka siap menghadapi tantangan di era digital saat ini," ujarnya.

Sayangnya, meskipun pihak sekolah telah menyediakan chromebook untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar, penggunaannya belum dapat dioptimalkan secara maksimal. "Kami memang sudah memiliki chromebook dari pemerintah, tapi belum bisa memanfaatkannya dengan baik karena keterbatasan kemampuan guru dalam mengoperasikannya. Oleh karena itu, kehadiran mahasiswa KKN ini sangat membantu kami," jelas Ibu Sintya.

Dalam pelatihan yang berlangsung selama satu hari, para mahasiswa KKN memperkenalkan berbagai fitur aplikasi Canva, mulai dari cara membuat desain sederhana hingga memanfaatkan fitur kolaborasi. Dengan kolaborasi, siswa dapat bekerja sama dalam mengerjakan suatu proyek desain secara bersamaan. Pada akhir sesi pelatihan, para siswa ditugaskan untuk membuat sebuah brosur yang berisikan pencegahan pernikahan usia anak guna mengoptimalisasi gerakan “Jo Kawin Bocah” yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Jawa Tengah. 

"Kami ingin membekali siswa dengan keterampilan yang tidak hanya berguna untuk pembelajaran saat ini, tapi juga nanti saat mereka sudah bekerja. Canva adalah salah satu aplikasi desain yang banyak digunakan di dunia kerja, jadi pengetahuan ini akan sangat bermanfaat bagi masa depan mereka," ujar Raven Fajar, salah satu mahasiswa KKN.
Selain edukasi dan pelatihan, pihak sekolah juga menerima brosur pencegahan pernikahan usia anak serta booklet panduan penggunaan Canva sebagai bahan ajar tambahan bagi para guru. Diharapkan, materi tersebut dapat membantu meningkatkan kualitas pengajaran di kelas dan mendorong penggunaan chromebook secara optimal.

Ibu Sintya Pramesti mengapresiasi inisiatif mahasiswa KKN Tim II Universitas Diponegoro ini. "Kegiatan edukasi dan pelatihan semacam ini sangat bermanfaat bagi siswa kami. Tidak hanya menambah pengetahuan digital, tapi juga dapat mendukung proses belajar mengajar yang lebih menarik dan inovatif di kelas," ujarnya.

Melalui inisiatif tersebut diharapkan angka pernikahan usia anak di wilayah Desa Repaking dapat berkurang dan remaja diberikan kesempatan untuk memiliki masa depan yang lebih cerah. Hal ini juga dapat menjadi langkah awal bagi para siswa SMP Muhammadiyah 13 Wonosegoro untuk terus mengembangkan kemampuan teknologi informasi mereka demi masa depan yang lebih cerah.

 
Kolaborasi Kreatif: Kampanye ''Jo Kawin Bocah'' 
Berdayakan Generasi Muda Melalui Pelatihan Canva. Foto: 2nd.



Editor:
Achmad Munandar

Atasi Keluhan Kesehatan Kerja, Mahasiswa KKN Undip Memberikan Pelatihan Ergonomi dan Pertolongan Pertama Pada Penjahit

0
 


Campusnesia.co.idKabupaten Pekalongan, 24 Juli 2024 - telah dilaksanakan program kerja oleh mahasiswa Roudhotun Nur Wahab, mahasiswa program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ke para pekerja dan konveksi sektor informal di Desa Pacar, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Kegiatan ini berupa pelatihan mengenai ergonomi kerja untuk penjahit serta simulasi pertolongan pertama pada luka. Kegiatan ini diinisiasi mengingat penjahit dan konveksi informal di Desa Pacar merupakan mata pencaharian terbesar bersamaan dengan klaim Pekalongan sendiri sebagai Kota Batik. 

Batik merupakan identitas Pekalongan. Industri batik, baik cap, tulis, maupun semprot menjamur di tiap sudut kota ini termasuk ke Desa Pacar. Bersamaan dengan itu, konveksi pengolahan kain batik menjadi produk pakai seperti daster, kulot, dan selendang juga tidak kalah masifnya. Setelah dilakukan survei selama beberapa hari, didapati bahwa keluhan kesehatan yang umum dirasakan para penjahit ini antara lain seperti kelelahan kerja, nyeri punggung, penglihatan kabur dan resiko kecelakaan kerja seperti tergores gunting/ cutter dan tertusuk jarum jahit.

Ergonomi secara langsung menjadi faktor resiko dari keluhan kesehatan yang dirasakan para pekerja. Secara singkat, ergonomi merupakan penyesuaian antara manusia dengan pekerjaannya dengan tujuan meminimalisir kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Ergonomi mencakup keseluruhan faktor yang berhubungan dengan kenyamanan bekerja termasuk teknik, fisik, pengalaman psikis, anatomi, antropometri, sosiologi, fisiologi, desain, dan lain- lain. Dari pengamatan yang dilakukan, didapatkan beberapa penjahit masih belum mengenal dan menerapkan ergonomi ketika bekerja seperti kebiasaan terlalu membungkuk, pencahayaan ruangan yang kurang serta layout meja kerja.

Mahasiswa tim II KKN Undip 2024 Desa Pacar, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan memberikan pelatihan mengenai ergonomi kerja kepada para penjahit. Kegiatan ini dilaksanakan dengan memberikan edukasi mengenai pentingnya memperhatikan ergonomi kerja serta penerapannya saat menjahit. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan praktik ergonomi di tempat kerja guna mencegah cedera dan meningkatkan produktivitas para penjahit.
 
Sebelum melakukan pelatihan, mahasiswa KKN terlebih dahulu melakukan survei dan pengamatan mengenai kondisi tempat kerja penjahit rumahan dan konveksi non formal secara umum. Sesi pelatihan dimulai dengan diskusi singkat mengenai posisi, durasi, dan keluhan kerja dari sudut pandang penjahit. 

Pelatihan dilanjutkan dengan praktik posisi duduk dan bekerja yang benar. Mereka diberi panduan mengenai posisi duduk yang tepat, penyesuaian tinggi meja, dan cara mengatur alat-alat kerja agar mudah dijangkau tanpa harus mengubah postur tubuh secara berlebihan. Peserta juga diajarkan teknik peregangan yang dapat dilakukan selama bekerja untuk mencegah kaku otot. Sebagai materi tambahan, penjahit juga diberikan pelatihan mengenai pertolongan pertama pada luka sebagai bekal ilmu untuk berjaga ketika terjadi kecelakaan kerja. Sesi pelatihan ditutup dengan tanya jawab dan pemberian modul ergonomi kerja pada penjahit sektor informal sebagai pengingat atas ilmu yang diberikan.


"Menarik sekali, hal sepele yang sering kita abaikan namun dampaknya cukup signifikan," ujar Pak Rusdi, pemilik usaha konveksi daster batik. Para penjahit pun juga nampak antusias selama sesi pelatihan berlangsung. 

Secara keseluruhan, pelatihan ergonomi kerja bagi penjahit ini berlangsung sukses dan memberikan wawasan berharga bagi para peserta. Diharapkan, dengan pengetahuan yang diperoleh, para penjahit dapat menerapkan praktik kerja yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi risiko cedera dan meningkatkan produktivitas mereka.



Penulis : 
Roudhotun Nur Wahab

DPL : 
Nenik Woyanti, S.E., M.Si.

Editor:
Achmad Munandar

Lawan Stunting, Mahasiswa KKN Undip Bagikan Pentingnya 1000 HPK dalam Pencegahan Stunting

0


Campusnesia.co.idKabupaten Pekalongan, 3 Agustus 2024 – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (Undip) melakukan kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dalam upaya pencegahan stunting. Acara ini diadakan di Balai Desa Karanganyar dengan sasaran para ibu yang tergabung dalam kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman para ibu PKK tentang pentingnya periode 1000 HPK, yang dimulai sejak kehamilan hingga anak berusia dua tahun, sebagai periode emas dalam perkembangan anak. Dalam sesi tersebut, mahasiswa KKN menjelaskan bahwa pada masa 1000 HPK, pemenuhan gizi yang baik sangat krusial untuk mencegah terjadinya stunting, yaitu kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga tinggi badannya lebih rendah dibandingkan dengan standar usianya.
 
Stunting masih menjadi masalah serius di Kecamatan Tirto dan termasuk ke dalam program prioritas Puskesmas dan Desa. Mahasiswa KKN menggarisbawahi bahwa gizi yang kurang baik pada 1000 HPK dapat menyebabkan dampak jangka panjang pada kesehatan, kecerdasan, serta produktivitas anak di masa depan.

Selama acara, para mahasiswa memberikan penjelasan mengenai jenis-jenis makanan yang kaya akan gizi, seperti protein, vitamin, dan mineral, yang diperlukan selama kehamilan dan masa awal pertumbuhan anak. Mereka juga membagikan poster yang berisi panduan gizi seimbang serta contoh menu makanan sehat yang mudah diakses dan diolah oleh masyarakat desa.

Ibu-ibu PKK yang hadir tampak antusias mengikuti acara ini. Mereka aktif bertanya mengenai cara-cara praktis untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga sehari-hari, serta tantangan yang dihadapi dalam menyediakan makanan bergizi di rumah tangga.


"Kami sangat bersyukur dengan adanya sosialisasi ini. Pengetahuan yang kami dapatkan sangat berguna, terutama bagi kami yang sedang atau akan memiliki anak. Kami jadi lebih paham bagaimana memberikan asupan gizi yang tepat agar anak-anak kami tumbuh sehat dan terhindar dari stunting," ujar Ibu Lilis, salah satu peserta.

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan stunting di Desa Pacar dan meningkatkan kualitas kesehatan generasi mendatang. Mahasiswa KKN Undip berkomitmen untuk terus mendampingi dan memberikan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat selama masa pengabdian mereka.



Penulis : 
Roudhotun Nur Wahab

DPL : 
Nenik Woyanti, S.E., M.Si.

Editor:
Achmad Munandar

Cegah TBC, Mahasiswa KKN Berikan Panduan Perawatan Lingkungan Rumah untuk Mencegah TBC

0
 

Campusnesia.co.idKabupaten Pekalongan, 5 Agustus 2024 - Roudhotun Nur Wahab, mahasiswa KKN Undip dari program studi Kesehatan Masyarakat memberikan edukasi dan panduan tata kelola lingkungan fisik rumah untuk mendukung pencegahan penyakit TBC. Kegiatan ini dilaksanakan secara door to door ke setiap rumah di RT 02/ RW 01, Kelurahan Pacar, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan pada tanggal 5 Agustus 2024. Program ini diinisiasi oleh angka TBC di wilayah kerja Puskesmas 1 Tirto yang tinggi yang salah satunya disebabkan oleh pemeliharaan lingkungan fisik rumah yang kurang memungkinkan perkembangan bakteri penyebab penyakit di lingkungan rumah.

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang biasanya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat mempengaruhi bagian tubuh lain seperti tulang, kelenjar getah bening, dan otak. Penyakit ini menyebar melalui udara ketika seseorang yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara, sehingga orang lain yang menghirup bakteri tersebut dapat tertular. Bahaya TBC terletak pada kemampuannya untuk menjadi penyakit yang kronis dan berpotensi fatal jika tidak diobati dengan benar. TBC dapat menyebabkan kerusakan serius pada paru-paru dan organ tubuh lainnya, seperti menimbulkan komplikasi berupa gagal napas, meningitis, dan bahkan kematian.

Namun, TBC bisa dicegah dengan penerapan lingkungan rumah yang baik. Ventilasi yang cukup, pencahayaan yang memadai, serta kebersihan rumah yang terjaga dapat mengurangi risiko penyebaran bakteri TBC. Selain itu, perilaku hidup bersih dan sehat, seperti menutup mulut saat batuk dan menggunakan masker, juga merupakan langkah penting dalam mencegah penyebaran TBC.


Dalam rangkaian kegiatan ini, mahasiswa KKN memberikan panduan praktis kepada warga mengenai perawatan lingkungan rumah yang sehat. Mereka menjelaskan pentingnya ventilasi yang baik, pencahayaan yang cukup, serta kebiasaan menjaga kebersihan rumah secara rutin. Selain itu, mahasiswa juga mengajarkan cara-cara sederhana untuk mengurangi risiko penularan TBC, seperti tidak meludah sembarangan, menggunakan masker saat batuk, dan memastikan rumah bebas dari debu serta kelembaban berlebih.
 
Kegiatan ditutup dengan sesi tanya jawab dan pemberian leaflet berisi panduan lingkungan fisik rumah yang sehat serta kiat-kiat pencegahan TBC. Melalui kegiatan ini, mahasiswa berharap dapat meningkatkan kesadaran warga mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai langkah preventif terhadap penyebaran penyakit menular, khususnya TBC.



Penulis : 
Roudhotun Nur Wahab

DPL : 
Nenik Woyanti, S.E., M.Si.

Editor:
Achmad Munandar