Campusnesia.co.id -- Tembalang, 7 Februari 2020, Mundur 15 tahun yang lalu, saya adalah generasi yang masih merasakan kejayaan era radio. Mendengarkan radio adalah hiburan yang menyenangkan saat belum semua orang memiliki TV sendiri di rumah.
Selain untuk mencari hiburan, mendengarkan radio menjadi sarana update lagu terkini dan terpopuler saat itu. Keuntungan lain, kita bisa menikmatinya sembari melakulan aktifitas secara bersamaan, belajar, bersih-bersih rumah, mencuci misalnya.
ads
Kenangan manis lain dari radio adalah, kita bisa saling berkirim pesan. Sekitar tahun 2000an di kota Pati tempat saya tinggal, ada sebuah radio lokal bernama Ndolo Kusumo FM dan POP FM Pati, masih eksis hingga sekarang. Salah satu acara favorit on air saat sore hari, memutar lagu-lagu pop terkini dan diselingi dengan suara penyiar sambil membaca pesan-pesan dari pendengar.
Pendengar mengirim pesan dengan membeli kartu atensi, selembar kertas yang bisa diisi dengan nama kita (pengirim pesan) uniknya bisa menggunakan nama alias atau sekarang disebut anonim. Nama samaran saya waktu itu simon si peniup salju terinspirasi tokoh dalam film The Duel yang dibintangi Andy Lau. Kolom berikut berisi salam-salam, biasanya kita berkirim salam untuk teman main, teman sekolah, penyiar dan sesama pendengar lain yang tentu namanya anonim juga. Terakhir bisa request lagu.
Ketika era handphone, kartu atensi berganti dengan SMS, format masih sama bisa berkirim salam dan request lagu hanya saja kini cukup dengan SMS dan Handphone di tangan sekaligus mendengarkan lewat HP.
Era Sosial Media
Saya ingin menyorot satu hal yang saya uraikan dari kenangan masa lalu di atas. Cara berkirim pesan dan salam untuk khalayak dengan anonimitas. Ketika era media sosial datang ternyata fenomena itu kembali muncul walau tidak lagi request lagu karena medianya berbeda.
Di aplikasi Line, muncul akun-akun dengan nama -Draft- dengan tema-tema tematik makanan, kampus, hingga gosip. Kita bisa berkirim pertanyaan, berita, ungkapan hingga salam-salaman dengan mengirim pesan ke akun tersebut yang selanjutnya akan diposting dengan nama anonim atau bahkan tanpa nama.
Di twiiter pun muncul banyak sekali akun-akun base seperti di atas dengan nama menfess. Temanya tak kalah beragam, dari makanan, drama korea, film, kampus hingga yang -niche- spesifik misalnya nama kampus tertentu.
Menfess merupakan singkatan dari Mention Confess. Awal mula istilah menfess muncul di Twitter dari lingkup dunia roleplayer. Ada yang dikelola dengan otomatis menggunakan bot ada pula yang masih manual dikelola oleh admin.
Beberapa minggu ini kami mengikuti dan mencoba berpartisipasi di dunia menfess, kami follow akun @undipmenfess, @unnnesmenfes, @collegemenfess, dan @kdrama_menfess. Sebagian follback dan sebagian lagi tidak.
Akun @undipmenfess misalnya, hingga artikel ini ditulis telah difollow oleh 7.241 orang, aktif mentwit kiriman dari para folowernya, isinya beragam dari pertanyaan seputar kos di tembalang, warung makan di tembalang, bayar ukt, isi krs, promo jualan hingga curhat masalah cinta. Demi mengakomodir soal curhat masalah asmara si admin khusus membuat sesi yang diberi nama buceen hanya weekend saja.
**Update tanggal 4 September 2021 akun base @undipmenfess sudah memiliki followers sebanyak 43.360.
Walau bisa mengirim pesan dengana anonim, si pengelola akun tidak serta merta mengijinkan followernya mengirim semua hal, demi kenyamanan bersama mereka membuat aturan main diantaranya ada kode khusus pesan yang ingin dishare, tidak boleh memuat unsur sara dan kebencian, tidak boleh berupa ghibah, tidak boleh menjatuhkan atau menjelekan undip.
Kami mencoba mengkonfirmasi apakah pemilik akun masih mahasiswa atau sudah alumni, dari percakapan melalui DM di twitter sang admin mengkonformasi bahwa ia masih mahasiswa aktif. Saat kami tanya apa tujuan awal membuat akun menfess ia menjawab, "Haha iya ga apa, jadi awalnya kan kami lihat akun collegemenfess yang mana akun itu sebagai wadah buat mahasiswa seluruh Indonesia. Nah, kami rasa masih terlalu umum dan kalau ada sender yg nanya tentang undip kadang respondennya dikit. Jadi, karena twitter sekarang makin rame, kami inisiatif buat akun ini biar mahasiswa undip ada wadahnya buat berinteraksi di twitter."
Masih berdasar percakapan kami di DM Twitter, sang admin berkisah awal membuat akun Undipmenfess hanya berhasil mendapat followers 10 orang, sempat promote di akun base besar tetapi malah berujung blok karena menurut mereka melanggar rule. Kini followernya sudah tujuh ribuan.
Kami juga bertanya tentang kebijakan yang memperbolehkan promosi jualan atau usaha followernya, ini menarik karena di beberapa base lain, tidak dijinkan jualan atau kalaupun boleh biasanya berbayar alias paid promote, tentang hal ini si admin menjelaskan alasanya "Awalnya sih dulu cuma boleh promosi danus. Tapi semakin kesini makin banyak mahasiswa yang jualan buat usaha sampingan, jadi ya buat membantu, akhirnya kami putuskan boleh promosi asal bukan hal negatif".
Bicara sisi baik, akun-akun menfess yang positif seperti bertema hobi dan hiburan tentu bermanfaat. Demikian juga yang basicnya base kampus misalnya. Bisa jadi tempat bertanya dan saling memberi kabar tanpa khawatir diketahui identitas bagi yang malu-malu. untuk yang mau promosi juga bagus karena umumnya followernya spesifik sesuai tema besarnya.
Akan tetapi walau bisa berkirim pesan dengan anonim kamu tetap harus dewasa dan bertanggung jawab ya, jangan seenaknya saja mengirim berita hoax, fitnah, kebencian atau ghibah ya.
Oke sobat campusnesia, itu tadi artikel kita kali ini yang membahas tentang fenomena menjamurnya akun menfess yang bisa berkirim pesan dengan anonim dan sisi positifnya. Semoga bermanfaat sampai jumpa.
Penulis: Nandar