Pengaruh Gamifikasi Wordwall pada Pengajaran Vocabulary Kelas 7 H SMP Negeri 1 Trangkil Tahun Pelajaran 2023/2024
Metode pengajaran tradisional yang hanya mengandalkan buku teks dan penjelasan lisan mungkin tidak cukup menarik bagi siswa, dan tidak memberikan pengalaman belajar yang interaktif dan menyenangkan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang inovatif dan menarik untuk membantu siswa dalam menguasai vocabulary dengan lebih efektif.
Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan memanfaatkan Wordwall sebagai media pembelajaran. Wordwall adalah aplikasi berbasis website yang menyediakan berbagai jenis permainan dan aktivitas interaktif yang dirancang khusus untuk memperkuat pemahaman vocabulary siswa. Aplikasi ini memungkinkan guru untuk membuat kuis, menjodohkan, memasangkan pasangan, anagram, acak kata, pencarian kata, mengelompokkan, dan aktivitas lainnya yang menarik minat siswa.
Penggunaan Wordwall dalam pengajaran vocabulary memiliki potensi untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Dengan pendekatan yang interaktif dan permainan yang menarik, Wordwall dapat membantu siswa dalam mengingat dan mengasosiasikan kosakata baru dengan cara yang lebih menyenangkan. Hal ini dapat menjadikan proses pembelajaran lebih menyenangkan, memicu keterlibatan aktif siswa, dan meningkatkan retensi vocabulary dalam jangka panjang.
Salah satu kelebihan Wordwall adalah fleksibilitasnya. Guru dapat menggunakan Wordwall untuk berbagai tingkatan pada peserta didik. Selain itu, Wordwall juga menawarkan berbagai jenis permainan interaktif yang membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan tidak monoton.
Wordwall juga memungkinkan guru untuk membuat paket aktivitas interaktif yang dapat dicetak. Aktivitas yang telah dibuat dengan Wordwall dapat dikirimkan secara daring atau diunduh dan dicetak pada kertas. Hal ini memungkinkan guru untuk menggunakan Wordwall sebagai media pembelajaran yang dapat diakses secara online maupun offline.
Dalam pembelajaran, Wordwall dapat digunakan sebagai pendamping interaktif atau sebagai kegiatan yang berdiri sendiri. Guru dapat memimpin aktivitas Wordwall di depan kelas atau membiarkan siswa memainkannya secara mandiri. Wordwall juga menyediakan fitur klasik seperti kuis dan teka-teki silang, serta permainan gaya arcade seperti labirin dan pesawat terbang
Dalam penelitian ini, kami akan mengeksplorasi pengaruh penggunaan Wordwall dalam pengajaran vocabulary pada kelas 7 H SMP Negeri 1 Trangkil tahun pelajaran 2023/2024. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan rekomendasi praktis bagi guru dalam meningkatkan pembelajaran vocabulary di kelas. Dengan demikian, penelitian ini akan memberikan kontribusi penting dalam bidang pendidikan bahasa Inggris dan penggunaan teknologi pendidikan dalam meningkatkan pembelajaran vocabulary.
Kata Kunci: gamifikasi, Wordwall, vocabulary, pembelajaran, SMP Negeri 1 Trangkil
Johnson, L., Adams, S., & Cummins, M. (2012). The NMC Horizon Report: 2012 K-12 Edition. The New Media Consortium.
Sailer, M., Hense, J. U., Mayr, S. K., & Mandl, H. (2017). How gamification motivates: An experimental study of the effects of specific game design elements on psychological need satisfaction. Computers in Human Behavior, 69, 371-380.
Wijaya, A. (2020). Implementasi media pembelajaran Wordwall dalam meningkatkan hasil belajar. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Pengembangan, 5(1), 61-68.
sumber: smpn1trangkil.sch.id
Bayang-Bayang Kejahatan Finansial: Menggali Dampak Tragis Pinjaman Online dalam Ekosistem Teknologi
Makalah PKN "Peran Keluarga Dalam Membangun Demokrasi Yang Beradab"
PERAN
KELUARGA DALAM MEMBANGUN DEMOKRASI YANG BERADAB
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Demokrasi, merupakan
sebuah bentuk pemerintahan yang memberikan kekuasaan kepada rakyatnya, dan tidak
hanya menciptakan kebijakan publik tetapi juga mencerminkan karakter dan
nilai-nilai masyarakat. Untuk mencapai demokrasi yang beradab, diperlukan
kontribusi dari berbagai sektor, dan salah satunya adalah keluarga. Keluarga
diibaratkan sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki peran
yang sangat penting dalam membentuk fondasi demokrasi yang sehat dan
berkelanjutan. Pentingnya peran keluarga dalam membangun demokrasi yang beradab
tidak bisa diabaikan begitu saja. Karena keluarga merupakan tempat pertama di
mana nilai-nilai, norma, dan etika diajarkan kepada generasi muda.
Melalui interaksi sehari-hari, anggota
keluarga tidak hanya mengajarkan konsep dasar demokrasi, seperti partisipasi
aktif dan penghargaan terhadap kebebasan individu, tetapi juga membentuk
karakter yang akan membantu masyarakat tumbuh sebagai warga negara yang
bertanggung jawab dan disiplin. Pendidikan demokrasi di dalam keluarga tidak
hanya terbatas pada pengetahuan formal tentang sistem pemerintahan, tetapi juga
mencakup pembelajaran praktis melalui diskusi, pemecahan masalah bersama, dan
memberikan contoh nyata melalui perilaku sehari-hari. Selain itu, sikap terbuka
terhadap perbedaan pendapat penerimaan terhadap kebebasan individu, dan
keadilan menjadi prinsip-prinsip yang ditanamkan dalam suasana keluarga yang
demokratis.
Dalam perspektif keluarga, peran orang
tua sebagai pemimpin tidak hanya bersifat otoriter tetapi juga sebagai
fasilitator untuk mengembangkan pemikiran kritis dan independen pada anak-anak
mereka. Dengan memberikan ruang untuk berbagi ekspresi pendapat, mendengarkan
dengan penuh pengertian, dan memberikan tanggung jawab yang semakin tanggung
jawab, maka orang tua berarti telah mempersiapkan anak-anak mereka untuk
terlibat secara aktif dalam proses demokrasi. Selain itu, keluarga juga menjadi
tempat dimana nilai-nilai keadaban, toleransi, dan rasa tanggung jawab sosial
dapat ditanamkan. Demokrasi yang berada tidak hanya mencakup hak kepada
individu saja, tetapi juga mencakup kewajiban terhadap masyarakat.
Dengan membiasakan praktik-praktik
kecil seperti gotong royong, membantu sesama dan menghormati hak-hak orang lain,
maka keluarga telah turut berkontribusi dalam membentuk warga negara yang
peduli dan bertanggung jawab
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep
Keluarga
Pengertian keluarga menjadi
landasan yang penting dalam memahami peran keluarga dalam membangun demokrasi
yang beradab. Menurut M.I. Soelaemen, seperti yang dikutip Yusuf (2009), Ia mengemukakan bahwa keluarga
memiliki dua makna dari sudut pandang sosiologi. Pertama, keluarga dalam arti
luas mencakup semua pihak yang memiliki hubungan darah atau keturunan. Kedua,
dalam arti sempit, yang berarti keluarga hanya terbatas pada orang tua dan anak.
Maciver menambahkan lima ciri khas keluarga, yang mencakup hubungan berpasangan
kedua jenis, perkawinan atau bentuk ikatan lainnya, pengakuan keturunan, kehidupan
ekonomi bersama, dan kehidupan rumah tangga.
Keluarga dianggap sebagai lembaga
sosial yang telah berkembang secara resmi dalam semua masyarakat. Konsep ini
menunjukkan bahwa keluarga bukan hanya sekedar unit biologis, tetapi juga
memiliki dimensi sosial dan ekonomis yang menyatu dalam kehidupan masyarakat.
Selain itu keluarga juga menjadi lembaga utama dalam membentuk struktur sosial
dan memainkan peran sentral dalam mengajarkan nilai-nilai dan tanggung jawab
sosial.
B. Peran
Keluarga
Peran keluarga menjadi kunci dalam
membentuk karakter dan sikap anggota masyarakat terhadap demokrasi. Menurut
Covey seperti yang dikutip dalam Yusuf (2009), mengidentifikasikan bahwa ada
empat prinsip peran keluarga yaitu; Modeling, Mentoring, Organizing dan Teaching.
Modeling mencerminkan pentingnya orang
tua sebagai contoh bagi anak-anak mereka. Selain itu, orang tua juga menjadi
model pertama dan terdepan dalam membentuk sikap proaktif, sikap respek, dan
kasih sayang pada anak-anak.
Kemudian mentoring, mentoring
menekankan pentingnya hubungan dan investasi emosional dalam memberikan
perlindungan kepada orang lain.
Selanjutnya ada organizing, organizing
bertujuan untuk menyoroti keluarga sebagai suatu unit yang memerlukan kerjasama
dalam menyelesaikan tugas-tugas dan memenuhi kebutuhan keluarga.
Yang terakhir adalah teaching, teaching
menunjukkan peran bahwa orang tua sebagai guru yang mengajarkan hukum-hukum
kehidupan dan nilai-nilai penting lainnya.
C. Konsep Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik merupakan proses
utama dalam membentuk sikap dan orientasi politik individu. Proses ini mencakup
pengenalan sistem politik, tanggapan individu terhadap gejala politik, dan
partisipasi serta tanggung jawab dalam kehidupan politik. Sosialisasi politik
ini dipengaruhi oleh lingkungan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan interaksi
individu dengan pengalaman hidupnya masing-masing. Kemudian keluarga, sekolah,
teman sebaya, media massa, dan organisasi masyarakat menjadi agen sosialisasi
politik yang memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku politik
individu.
D. Agen Sosialisasi Politik
Keluarga menjadi Agen sosialisasi
politik yang paling pertama dan utama. Karena lingkungan keluarga memberikan
dasar bagi individu untuk memahami nilai-nilai politik. Meskipun, dalam konteks
sosialisasi politik di Indonesia, kendala ekonomi sering membuat keluarga lebih
fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar, yang menyebabkan kurangnya perhatian
terhadap kehidupan politik. Selain keluarga agen sosialisasi politik juga
melibatkan sekolah, teman sebaya, media massa, dan organisasi masyarakat. Proses
sosialisasi politik di Indonesia seringkali menghadapi tantangan apatis
terhadap kehidupan politik, terutama di kalangan keluarga dengan kondisi sosial
ekonomi yang rendah.
E. Implikasi Terhadap Pembangunan Demokrasi yang Beradab
Peran keluarga dalam sosialisasi
politik menjadi faktor kunci yang terpenting dalam membangun demokrasi yang
beradab. Karena keluarga membentuk landasan karakter dan sikap individu
terhadap kehidupan politik. Maka dari itu dalam upaya memperkuat demokrasi
perlu adanya strategi untuk meningkatkan peran keluarga sebagai agen
sosialisasi politik. Upaya penguatan pendidikan politik dalam lingkungan
keluarga, peningkatan peran sekolah, dan penggunaan media massa yang tepat
sebagai sarana pendidikan politik dapat menjadi langkah-langkah yang konkret
untuk membangun demokrasi yang beradab. Oleh karena itu penting untuk
memberikan perhatian kepada keluarga dengan kondisi sosial ekonomi yang rendah,
dan Pemerintah perlu mengembangkan program-program pendidikan politik yang
lebih baik serta harus dirancang dengan mempertimbangkan konteks tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
Peran keluarga dalam membentuk
karakter anak sangat dibutuhkan, karena untuk membentuk masyarakat
kewarganegaraan yang demokratis dan beradab. Oang tua menjadi agen sosialisasi
yang paling utama sehingga memiliki tanggung jawab yang paling besar dalam
mendidik anak-anaknya agar menjadi individu yang mandiri demokratis dan
memiliki nilai-nilai kewarganegaraan yang tinggi.
Berikut ini
adalah beberapa peran orang tua dalam membentuk masyarakat kewarganegaraan yang
fokus pada otonomi demokrasi toleransi pluralisme dan keadilan sosial :
A. Peran
Orang Tua dalam Membangun Otonomi
Otonomi dalam konteks ini merujuk
pada kemandirian dan kemampuan anak untuk melakukan transaksi sosial dan
politik. Orang tua Dianggap menjadi peran yang paling penting dalam membentuk
otonomi anak, karena dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk belajar
mandiri seperti menyelesaikan pekerjaan, rumah mengelola tugas sekolah dengan
baik, dan mengambil keputusan kecil dalam sehari-harinya. Dengan memberikan
tanggung jawab kepada anak sejak dini, maka orang tua berarti sudah dapat
membentuk karakter yang mandiri yang menjadi dasar dari masyarakat kewargaan
yang berkembang.
B. Peran
Orang Tua dalam Membangun Demokrasi
Demokrasi
membutuhkan partisipasi aktif dari semua anggota masyarakat. Namun, karena
banyaknya keluarga keputusan biasanya cenderung diambil secara pribadi oleh
orang tua. Untuk membangun masyarakat kewargaan yang demokratis, penting untuk
digarisbawahi bagi orang tua untuk memberikan kesempatan kepada anak-anaknya
untuk menyampaikan pendapat mereka, dan menghargai opini mereka, serta selalu
terlibat dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Hal ini dapat membantu
membentuk karakter demokratis pada anak-anak sehingga akan membawa dampak yang
positif bagi masyarakat sekitar.
C. Peran Orang Tua dalam Membangun Toleransi dan
Pluralisme
Toleransi
dan pluralisme merupakan aspek penting dalam masyarakat kewargaan yang beradab.
Sehingga peran orang tua dalam konteks ini adalah, mengajarkan anak-anaknya
untuk saling menghargai perbedaan baik itu perbedaan, agama, suku dan ras. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan contoh dan mendidik anak-anak
tentang pentingnya saling menghormati, dengan begitu orang tua berarti sudah membantu
membentuk karakter toleran dan mengajarkan menghargai keberagaman pada anak-anak,
sehingga jika sudah sampai pada gilirannya nanti, maka mereka sudah bisa untuk
menciptakan masyarakat yang harmonis.
D. Peran Orang Tua dalam Membangun Keadilan Sosial
Keadilan
sosial adalah konsep bahwa hak dan kewajiban harus dibagi secara adil dan
proporsional. Oleh kareangkat, orang tua
perlu memberikan contoh keadilan dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anaknya,
yaitu seperti memperlakukan semua anaknya dengan adil tanpa membedakan anak
kandung dan anak angkat. Tetapi, penting juga untuk memastikan bahwa konsep
keadilan yang ditanamkan harus lebih dari sekedar pembagian yang sama rata, melainkan
menciptakan pemahaman bahwa keadilan sejatinya memperhitungkan kebutuhan dan
kapasitas individu.
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
1. Peran
keluarga, khususnya orang tua sangat menentukan dalam pembentukan masyarakat
kewarganegaraan yang demokratis dan beradab.
2. Melalui
pendidikan otonomi, demokrasi, toleransi, pluralisme, dan keadilan sosial orang
tua dapat membentuk karakter anak-anak, sehingga dapat membawa dampak positif
pada masyarakat di masa depan nanti.
3. Jika
orang tua dapat memahami dan menjalankan peran mereka secara efektif, maka
orang tua dapat menjadi pilar utama dalam membangun demokrasi yang beradab.
4. Orang
tua, merupakan agen utama dalam pembentukan karakter anak yang memiliki
tanggung jawab besar dalam mengajarkan nilai-nilai kewargaan yang esensial.
5. Pentingnya mendidik anak-anak untuk menjadi individu yang mandiri, demokratis, dan menghargai perbedaan akan membawa dampak yang positif dalam jangka panjang pada perkembangan masyarakat di masa depan nanti.
B. Saran
1. Setiap
orang tua harus meningkatkan kesadaran mereka masing-masing akan pentingnya
peran mereka dalam membentuk generasi muda, yang tidak hanya harus cerdas
secara intelektual saja, tetapi juga harus memiliki kepekaan terhadap
nilai-nilai kewargaan.
2. Perlu
ditingkatkan lagi kolaborasi antara pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat
agar dapat menjadi semakin kuat, kompak dan berkembang.
3. Harus
selalu memastikan keberhasilan pembentukan karakter yang berdaya tahan dan
berlandaskan pada prinsip-prinsip demokrasi yang benar.
Daftar Pustaka
Yusuf, M. (2009). Pendidikan dan Demokrasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Maran, P. P. (2007). Sosiologi Politik. Jakarta: Erlangga.
Sunarto. (2004). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
uryatna. (2011). Terpaan Media Iklan Politik Terhadap Perilaku Pemilih
Pemula Universitas Djuanda Bogor. Jurnal Pemilu & Demokrasi, 2(1), 112-132.
Setiajid. (2011). Orientasi Politik yang Mempengaruhi Pemilih Pemula
dalam Menggunakan Hak Pilihnya pada Pemilihan Walikota Semarang Tahun 2010.
Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, 19(1), 23-37.
Jurnal Edueksos Volume VI No 2, Desember 2017.
Modul BMP MKDU4111
Makalah PKN "Kontribusi Media Sosial Dalam Memperkuat Integrasi Nasional"
KONTRIBUSI
MEDIA SOSIAL DALAM MEMPERKUAT INTEGARSI NASIONAL
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada era digital di zaman
sekarang ini, media sosial telah menjadi salah satu elemen penting dalam
kehidupan sehari-hari di masyarakat. Berkembangnya media sosial ini tidak hanya
memberikan dampak pada individu secara pribadi, melainkan juga berpengaruh pada
level sosial, politik, dan budaya dalam suatu negara.
Dengan adanya media sosial dapat menyebabkan dampak
negatif bagi kehidupan bersosialisasi bermasyarakat jika penggunaannya
berlebihan, karena hal tersebut dapat menyebabkan interaksi secara langsung
atau interaksi dengan satu orang dengan orang lainnya lebih cenderung menurun. Selain
itu juga, dapat menyebabkan kesalahpahaman akan informasi yang dapat menimbulkan
konflik dan perpecahan. Namun di sisi lain, media sosial juga mempunyai sisi
positif yaitu penyebaran informasi dapat berlangsung secara cepat, tepat, dan
akurat.
Namun, sejalan dengan
penggunaan media sosial yang semakin luas terdapat beberapa isu yang muncul
terkait dengan pengaruhnya terhadap nasionalisme dan integrasi bangsa. Maka
dari itu, penting untuk memahami bagaimana kontribusi media sosial dapat
memperkuat integrasi nasional sambil mempertimbangkan dampak negatif yang
mungkin terjadi akibat penggunaan yang kurang bijak.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
Integrasi Nasional dan Media Sosial
Integrasi Nasional adalah
proses mempersatukan beragam kelompok masyarakat dalam suatu negara menjadi
satu kesatuan yang solid. Hal ini mencakup kesamaan dalam budaya, nilai-nilai
dan rasa memiliki terhadap negara.
Kemudian, Dalam memahami peran media sosial dalam
integrasi nasional, maka perlu dicermati terlebih dahulu berbagai definisi
media sosial yang diajukan oleh para ahli, yaitu :
Menurut McGraw Hill Dictionary, media
sosial adalah sarana yang memfasilitasi interaksi dan pertukaran informasi
dalam sebuah jaringan virtual. Dalam definisi ini menunjukkan pentingnya media
sosial sebagai alat untuk mempererat koneksi dan interaksi antar individu.
Kemudian, Menurut B.K. Lewis menegaskan
bahwa media sosial melibatkan teknologi digital yang memungkinkan dari berbagai
pihak untuk saling berhubungan, berinteraksi,dan berbagi pesan. Pengaruh media
sosial terhadap integrasi nasional juga dapat dilihat melalui kerangka kerja
honeycomb yang memperlihatkan beberapa fungsi utama media sosial, termasuk
identitas, percakapan, berbagi, kehadiran, hubungan, reputasi, dan kelompok.
Selain itu, kerangka kerja ini menggambarkan bagaimana media sosial tidak hanya
memfasilitasi interaksi sosial tetapi juga memperkuat pengertian diri, relasi, dan
keanggotaan dalam komunitas.
Internet mulai memasuki Indonesia pada
awal tahun 1990-an. Semakin berkembangnya zaman penggunaan media sosial telah
menjadi semakin umum dilakukan kalangan masyarakat. Kemunculan berbagai
platform media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram telah membuka
peluang besar untuk memperkuat hubungan dan saling pengertian diantara beragam
kelompok masyarakat di Indonesia. Pengaruh media sosial terhadap integrasi
nasional tampak melalui beberapa dampak yang telah dibuktikan.
Dampak positifnya antara lain yaitu
memudahkan komunikasi antar individu dari berbagai daerah dan latar belakang
budaya yang berbeda-beda, memperluas pergaulan, dan mempercepat penyebaran
informasi penting. Namun ada juga dampak negatifnya seperti penurunan interaksi
tatap muka, kecanduan internet, masalah privasi yang perlu diperhatikan karena
mudah tersebar, dan pengaruh buruk lainnya dari media sosial.
B. Pengaruh
Para Influencer di Media Sosial
Menurut rizkiyah dan Dewi (2021), pengaruh
yang diberikan oleh para influencer di media sosial memiliki peran yang
signifikan dalam membentuk pola pikir dan perilaku pengikutnya. Teori Erikson
juga mengungkapkan bahwa individu remaja membutuhkan panutan dalam menemukan
identitas dirinya sendiri. Namun, pengaruh yang diberikan tidak selalu positif,
terutama jika konten yang disebarkan tidak sesuai dengan nilai-nilai nasionalisme
dan integrasi bangsa.
C. Pengaruh
Pluralisme Nilai dan Norma Sosial
Media sosial juga memainkan peran penting
dalam memperkenalkan nilai dan norma sosial yang beragam macamnya. Dengan
kemajuan teknologi yang saat ini dimiliki, akses terhadap budaya luar semakin
mudah, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi rasa nasionalisme dan integrasi
bangsa. Hal ini terutama terlihat dari pergeseran preferensi menonton televisi
tradisional atau mendengarkan radio beralih ke platform seperti YouTube yang
menawarkan tayangan internasional yang lebih menarik.
D. Perilaku
dan sikap masyarakat dalam menanggapi isu konten media sosial
Di era modern seperti ini, banyak isu
kontroversial yang muncul di media sosial terutama terkait dengan nasionalisme
dan integrasi bangsa. Konten yang disebarkan oleh tokoh-tokoh di media sosial
memiliki pengaruh besar terhadap pola pikir dan sikap masyarakat. Maka dari itu
dihimbau untuk selalu memperhatikan dan menyaring konten-konten antara yang
negatif dan yang positif. Hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat nasionalisme
dan integrasi bangsa di tengah masyarakat, terutama jika konten yang disebarkan
tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh negara.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Dampak Positif dan Negatif Pengaruh Media Sosial pada Nasionalisme
dan Integrasi Bangsa
Pengaruh media sosial yang diikuti
oleh masyarakat dapat memberikan dampak yang kompleks. Di satu sisi, media
sosial dapat menjadi alat yang efektif dalam memperkuat rasa kebangsaan dan
integrasi budaya melalui berbagai informasi, pengenalan sejarah, dan promosi
produk lokal.
Berikut adalah beberapa
kontribusi utama dari media sosial terhadap penguatan integrasi nasional.
1. Penghubung Antarwilayah
Media sosial memungkinkan individu dari
berbagai wilayah di Indonesia untuk berhubung satu sama lain. Hal ini dapat
memperkuat hubungan antar warga negara dari berbagai latar belakang budaya,
agama, dan suku yang berbeda.
2. Menyebarkan Informasi Secara Cepat
Dengan media sosial, informasi mengenai
berbagai aspek kehidupan di seluruh Indonesia dapat disebarkan secara cepat.
Hal tersebut memungkinkan masyarakat untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang isu-isu nasional dan regional.
3. Mengenalkan Budaya Daerah
Melalui media sosial, masyarakat dapat
berbagi informasi mengenai kekayaan budaya dari berbagai daerah di Indonesia,
bahkan budaya luar negeri. Hal tersebut membantu memperkuat rasa kebanggaan
akan keberagaman budaya dan tradisi di Indonesia yang sangat bermacam-macam.
4. Kolaborasi dan Kegiatan
Bersama
Media sosial juga memfasilitasi kolaborasi
antara kelompok masyarakat dari berbagai daerah untuk mengadakan kegiatan
bersama atau musyawarah bersama untuk mempererat tali silaturahmi. Hal ini
dapat memperkuat solidaritas dan kerjasama diantara berbagai komunitas di
Indonesia untuk mencapai kepentingan bersama.
5. Pengungkapan Perspektif yang
Beragam
Media sosial memberikan peraturan bagi
masyarakat untuk menyampaikan perspektif, pendapat, dan aspirasi mereka. Hal
ini memungkinkan setiap individu untuk selalu terlibat dalam dialog yang
memperkaya pemahaman akan keberagaman pandangan dalam konteks kehidupan
nasional.
6. Menguatkan Kesadaran akan Isu
Sosial
Media sosial juga memainkan peran penting
dalam meningkatkan kesadaran akan isu-isu sosial dan politik di Indonesia. Hal
tersebut dapat memperkuat partisipasi yang aktif masyarakat dalam mendiskusikan
isu-isu penting yang mempengaruhi kehidupan nasional.
7. Pemasyarakatan Nilai-nilai
Kebangsaan
Media sosial dapat digunakan untuk memasyarakatkan
nilai-nilai kebangsaan seperti semangat gotong royong, persatuan, dan toleransi.
Hal tersebut dapat membantu memperkuat kesadaran akan pentingnya memelihara
persatuan dan kesatuan di tengah keragaman masyarakat Indonesia yang luas dan
banyak.
8. Promosi Keberagaman Budaya
Melalui konten yang disebarkan di media
sosial keberagaman budaya Indonesia dapat dipromosikan secara positif. Hal ini
membantu masyarakat untuk menghargai dan menghormati keberagaman budaya sebagai
bagian integral dari identitas nasional. Dengan demikian, kontribusi media
sosial dalam memperkuat Integrasi Nasional tidak dapat diabaikan. Penggunaan
yang tepat dari media sosial dapat menjadi sarana yang efektif untuk memperkuat
kesadaran akan persatuan, keberagaman, dan kebangsaan di tengah masyarakat
Indonesia. Namun, di sisi lain penyebaran konten yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai nasionalisme dapat mempengaruhi sikap masyarakat secara negatif, sehingga
dapat merusak kerukunan antar warga, dan menurunkan rasa cinta terhadap bangsa
sendiri.
B. Upaya Mengatasi Pengaruh
Media Sosial yang Negatif
Untuk mengatasi pengaruh negatif media
sosial terhadap nasionalisme dan integrasi bangsa, perlu adanya upaya
kolaboratif antara pemerintah, influencer, dan masyarakat. Pelibatan influencer
memiliki pengaruh yang kuat terhadap media sosial dalam memperkenalkan budaya
dan sejarah lokal yang dapat membantu memperkuat rasa kebangsaan. Kemudian,
mengadakan acara yang positif dan edukatif melalui platform media sosial, serta
dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya mempertahankan nilai-nilai
nasionalisme.
Selain itu, sebuah riset pada tahun 2017
mengungkapkan bahwa sekitar 210 juta orang di seluruh dunia menderita kecanduan
internet dan media sosial. Tentu hal ini Bisa bertambah seiring perkembangan
teknologi dan media sosial yang kini makin pesat. Apabila sudah kecanduan,
Banyak orang akan terjebak dan hanya fokus pada dunia media sosial. Pola ini
bisa mengganggu kesehatan karena berpotensi mengganggu waktu tidur, interaksi
langsung, bahkan gangguan mental.
Menurut laman itstimetologoff.com dan
forbes, berikut beberapa tips agar tidak kecanduan media sosial, yaitu sebagai berikut
:
1. Pahami Alasan Penggunaan Media
Sosial
Sebelum membuka media sosial, lebih
baik pastikan terlebih dahulu apa alasannya. Apakah untuk mencari informasi
menarik, hiburan, kebutuhan pekerjaan, komunikasi dengan teman jauh, atau hanya
sekedar melihat kehidupan orang lain. Hal tersebut sangat penting untuk
diketahui agar tidak membuang-buang waktu untuk hal yang tidak diperlukan. Dan
gunakanlah media sosial untuk menunjang kehidupan seperti pendidikan, pekerjaan,
atau memperluas jaringan pertemanan.
2. Matikan Notifikasi Media
Sosial
Notifikasi media sosial sengaja diciptakan
untuk memberikan kabar terbaru agar seseorang bisa merespon cepat dan memegang
gadget kembali. Maka dari itu, jika ingin terhindar dari kecanduan media sosial,
menonaktifkan notifikasi media sosial merupakan salah satu solusinya.
3. Hindari Kebiasaan Memegang Gadget
Sebelum Tidur
C. Pentingnya Pendidikan dan
Kesadaran Masyarakat
Pendidikan dan kesadaran masyarakat
memainkan peran yang penting dalam menghadapi pengaruh negatif di media sosial.
Generasi milenial saat ini perlu diberikan pemahaman yang kuat tentang
pentingnya menghargai dan mempertahankan budaya nasional, sambil tetap terbuka
terhadap pengaruh positif dari budaya internasional. Masyarakat juga perlu
diajarkan untuk memilih konten yang bermanfaat dan mendukung integrasi
nasional, dan tidak lupa di ingatkan untuk menolak konten yang merusak kesatuan
dan persatuan bangsa. Dengan adanya pemanfaatan media sosial secara bijak,
kesadaran akan pentingnya integrasi nasional dapat ditingkatkan dan menjadi
lebih baik lagi. Penting bagi masyarakat terutama generasi milenial atau
generasi muda untuk selalu memahami nilai-nilai nasionalisme dan menghargai
keberagaman budaya Indonesia. Dengan memperkuat integrasi nasional melalui
media sosial, Indonesia dapat mewujudkan masyarakat yang inklusif, harmonis, dan
kuat dalam mempertahankan persatuan dan kebhinekaan.
BAB IV
PENUTUP
A Kesimpulan
1. Dalam
konteks kontribusi media sosial terhadap integrasi nasional dapat disimpulkan
bahwa media sosial memiliki potensi yang besar dalam membantu memperkuat
identitas nasional dan kesatuan dalam masyarakat.
2. Melalui
pendidikan, kolaborasi antar pemangku kepentingan, dan kesadaran masyarakat
yang kuat, kita dapat mengatasi pengaruh negatif sosial dan memanfaatkannya
sebagai alat yang efektif untuk memperkuat integrasi nasional.
3. Generasi
muda dapat tumbuh sebagai warga negara yang menghargai dan mencintai bangsa
serta memupuk rasa persatuan yang kuat antar sesama.
B. Saran
1. Untuk
memastikan kontribusi media sosial yang positif terhadap integrasi nasional, diperlukan
upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga swadaya, masyarakat, dan
masyarakat umum.
2. Dengan
dilakukannya pengembangan program pendidikan dan kesadaran yang bertujuan untuk
mengurangi dampak negatif media sosial, dapat mempromosikan penggunaan yang
bertanggung jawab dan membina hubungan yang positif antar individu.
3. Harus
berani memerangi penyebaran informasi palsu dan konten provokatif yang dapat
merusak integrasi nasional.
4. Dan
sementara itu kita sebagai warga negara yang baik wajib untuk mendorong
penerapan regulasi yang sesuai untuk mengelola penggunaan media sosial demi
keamanan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Daftar Pustaka
Rizqiyah, A., & Dewi, K. (2021). "Pengaruh Media
Sosial dan Konstruksi Identitas Diri pada Remaja". Jurnal Psikologi, 28(1).
Iskandar, B. A. (2019). "Dampak Globalisasi terhadap
Kebudayaan Nasional Indonesia". Jurnal Kebudayaan, 12(2).
Santoso, I. (2018). "Peran Generasi Muda dalam
Mempertahankan Kebudayaan Nasional". Jakarta: Penerbit Pustaka.
Widodo, A. (2020). "Media Sosial dan Nasionalisme:
Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan". Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan,
17(2).
Nugroho, H. (2017).
"Mengenal Digital Literacy: Strategi Adaptasi Masyarakat terhadap Media
Sosial". Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Asyari, Daniar, and Dinie
Anggraeni Dewi. 2021. "Peran Pendidikan Kewarganegaraan Bagi Generasi
Milenial Dalam Menanamkan Jiwa Nasionalisme Di Era Globalisasi." Jurnal
Pendidikan dan Konseling.
Affan, M Husin, and Hafidh Maksum. 2016. "Membangun
Kembali Sikap Nasionalisme Bangsa Indonesia Dalam Menangkal Budaya Asing Di Era
Globalisasi." Jurnal Pesona Dasar.
Makalah PKN "Peran Generasi Muda Dalam Memperkuat Ketahanan Nasional"
PERAN GENERASI MUDA DALAM MEMPERKUAT KETAHANAN NASIONAL
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada jaman sekarang pemuda merupakan generasi harapan bangsa. Maju
tidaknya suatu bangsa bisa dilihat dari pemudanya sehingga pemuda mempunyai
tuntutan supaya berkualitas dan cerdas. Semakin banyaknya pemuda yang
berkualitas dan cerdas akan menjadi investasi besar bagi perkembangan dan
kemajuan bangsa. Harapan akan bangkitnya bangsa Indonesia akan mulai terbuka
lebar jika para pemudanya mau bergerak serentak membangun bangsa tanpa ada
tekanan dan ancaman dari pemerintah, justru pemerintah harusnya mendukung dan
memfasilitasi para pmuda yang ingin menjadi pejuang bangsa (Ulfa, 2021).
Berbagai cara bisa dilakukan oleh siapapun, baik dari kalangan pemerintah,
swasta ataupun individu pribadi untuk menjadikan para pemuda bangsa ini menjadi
kunci kemajuan suatu bangsa. Sebagai kunci kemajuan suatu bangsa pemuda harus
dapat menjadi seorang pemimpin atau berjiwa pemimpin. Dalam buku John C.
Maxwell dikatakan bahwa seorang pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang berada
pada level tengah sehingga dia melakukan proses kepemimpinan ke atas, ke
samping dan ke bawah. Kalau pandangan Maxwell ini diterapkan pada jiwa pemuda
Indonesia, maka akan tercipta pemimpin-pemimpin yang hebat untuk masa depan
bangsa Indonesia (Maxwell, 1995).
Salah satu langkah sederhana yang dapat dimulai oleh para pemuda untuk
menjadi harapan bangsa adalah dengan membudayakan membaca. Dengan membaca,
setiap pemuda akan semakin terasah pemikirannya sehingga akan meningkatkan
kemampuan dalam bidang yang ditekuni. Misalnya, seorang pemuda yang suka
politik bisa mulai dengan membaca sistem dan sejarah perpolitikan Indonesia.
Pemuda yang menyukai bidang hukum dapat membaca dan membahas buku tentang hukum
positif di Indonesia, begitu pula dengan yang lainnya. Kemampuan pemuda masa
kini akan menjadi penentu Indonesia tiga puluh tahun mendatang.
Pemuda juga perlu diajak untuk tidak memikirkan dirinya sendiri. Seperti
apa yang dijelaskan dalam buku Maxwell bahwa pemimpin itu dia bisa memimpin
atau mempengaruhi ke atas, ke samping dan ke atas. Ini artinya sebagai seorang
pemimpin, pemuda harus peduli pada lingkungan sekitarnya atau minimal bisa
mengenal dengan baik orang-orang di sekitarnya. Banyaknya persoalan yang
membutuhkan sumbangsih pemuda, terlebih pada persoalan sosial-politik, menjadi
pemuda memiliki peran penting bagi suatu bangsa. Pemuda yang hebat dan
potensial menjadi investasi besar bagi ketahanan nasional suatu bangsa. Ketahanan
nasional itu sendiri. Wan Usman menjelaskan ketahanan nasional adalah aspek
dinamis suatu bangsa, meliputi semua aspek kehidupan untuk tetap jaya di tengah
keteraturan dan perubahan yang selalu ada (Usman, 2003).
Konsep Ketahanan Nasional suatu bangsa dilatarbelakangi oleh kekuatan
apa yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga ia mampu mempertahankan
kelangsungan hidupnya meskipun mengalami berbagai gangguan, hambatan dan
ancaman baik dari dalam maupun dari luar. Ketahanan (kemajuan) suatu bangsa
untuk tetap jaya, mengandung makna keteraturan (regular) dan stabilitas yang di
dalamnya terkandung potensi untuk terjadinya perubahan (the stability idea of changes). Jika dikaitkan antara konsep
ketahanan nasional Wan Usman dengan kepemudaan, maka pemuda ini mengandung
potensi yang besar untuk perubahan, dalam artian perubahan yang mengarahkan
bangsa ke masa depan yang lebih baik. Dalam bahasa mahasiswanya, pemuda
merupakan agent of change.
Sebagai agent of change,
mahasiswa atau pemuda harus mengambil peran dalam memajukan bangsa dan
meningkatkan ketahanan nasional. Banyak hal bisa dilakukan sebagai wujud
kontribusi. Salah satu hal pokok yang terkait dengan hal itu adalah tentang
pandangan politik. Politik sangat mempengaruhi berjalannya kebijakan-kebijakan
publik. Dalam lingkup yang lebih kecil, bagaimana supaya para pemuda menjadi
penggerak perubahan ke arah yang lebih baik bagi sesama pemuda lainnya.
Perkembangan zaman telah sama-sama kita saksikan, ribuan pemuda terlena dalam
kemudahan, membuat sebagian menyukai proses instant tanpa memperdulikan
pembelajaran yang didapatkan dari suatu peristiwa hidup.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu
1.
Apa
tujuan dan fungsi ketahanan nasional?
2.
Bagaimana
peran pemuda dalam mempertahankan ketahanan nasional?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah dijelaskan, tujuan dari makalah
ini adalah
1.
Untuk
mengetahui tujuan dan fungsi ketahanan nasional
2.
Untuk
mengetahui peran pemuda dalam mempertahankan ketahanan nasional.
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional (national
resilience) adalah konsep tentang kemampuan bangsa untuk mempertahankan
kedaulatan dan kesatuannya dalam menghadapi ancaman baik dari luar maupun dari
dalam serta mengusahakan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup warga
negaranya. Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa dalam
mengembangkan kekuatan nasional untuk menghadapi berbagai tantangan zaman,
hambatan, serta gangguan demi persatuan dan kelangsungan suatu bangsa menuju
kejayaan bangsa dan negara.
Ketahanan nasional memiliki pengertian dan cakupan yang luas. Namun pada
intinya, gagasan pokok ketahanan nasional adalah bahwa suatu bangsa atau negara
hanya akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila negara atau
bangsa itu memiliki ketahanan nasional. Di Indonesia, istilah ketahanan
nasional diperkenalkan oleh Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia
(Lemhanas RI) sekitar tahun 1960-an. Seorang ahli GPH S. Suryomataraman
mengutarakan beberapa rupa ketahanan nasional, yakni:
a.
Ketahanan
nasional sebagai konsepsi atau doktrin.
b.
Ketahanan
nasional sebagai kondisi.
c.
Ketahanan
nasional sebagai strategi, cara atau pendekatan.
Pengertian pertama, ketahanan nasional sebagai konsepsi merupakan upaya
menanggulangi segala ancaman baik bersifat kultural maupun material, dari dalam
maupun dari luar. Dalam konteks Indonesia, konsep ketahanan nasional dirumuskan
berdasarkan ajaran Asta Gatra. Asta Gatra merupakan gabungan dari Tri Gatra
(tiga aspek ilmiah) dan Panca Gatra (lima aspek sosial). Tri Gatra terdiri dari
aspek geografi, kekayaan alam, dan kependudukan. Sedangkan Panca Gatra terdiri
dari ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, pertahanan dan
keamanan.Pengertian kedua, yakni ketahanan nasional sebagai kondisi merupakan
analisis keadaan nasional dari masa ke masa. Sebagai kondisi, ketahanan
nasional bersifat dinamis yang dapat meningkat maupun menurun dari tahun ke
tahun. Analisis kondisi ketahanan nasional dilakukan berdasarkan faktor-faktor
Tri Gatra dan Panca Gatra dalam Asta Gatra.
Sedangkan pengertian ketiga, ketahanan nasional sebagai strategi, yakni
berkaitan dengan pertanyaan tentang apa sebab dan bagaimana Indonesia bisa
terus bertahan dan berkembang walaupun menghadapi banyak ancaman dan bahaya.
Dalam pengertian ini, ketahanan nasional merupakan cara atau pendekatan dengan
menggunakan ajaran Asta Gatra yang memasukkan segala aspek alamiah dan sosial
untuk dibaca dalam usaha menanggulangi ancaman yang ada (Lasiyo et al.,
2023).
Wan Usman mengemukakan secara konseptual, ketahanan nasional suatu
bangsa dilatarbelakangi oleh:
1.
Kekuatan
apa yang ada pada suatu bangsa dan negara sehingga ia mampu mempertahankan
kelangsungan hidupnya;
2.
Kekuatan
apa yang harus dimiliki oleh suatu bangsa dan negara sehingga ia selalu mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun mengalami berbagai gangguan,
hambatan dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar;
3.
Ketahanan
atau kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna keteraturan (regular)
dan stabilitas, yang di dalamnya terkandung potensi untuk terjadinya perubahan
(the stability idea of changes). Berdasarkan
konsep pengertiannya maka yang dimaksud dengan ketahanan adalah suatu kekuatan
yang membuat suatu bangsa dan negara dapat bertahan, kuat menghadapi ancaman,
gangguan, hambatan dan tantangan. Konsekuensinya suatu ketahanan harus disertai
dengan keuletan, yaitu suatu usaha secara terus-menerus secara giat dan
berkemauan keras menggunakan segala kemampuan dan kecakapan untuk mencapai
tujuan dan cita-cita nasional (Usman, 2003).
B. Pengertian Pemuda
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan
generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau
kaum muda memiliki pengertian yang beragam. Pemuda adalah individu yang bila
dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang
mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia
pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus
yang akan menggantikan generasi sebelumnya. World Health Organization menyebut
sebagai ‘young people’ dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahu
disebut ‘adolescenea’ atau remaja. International Youth Year yang
diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai
kelompok pemuda (Masdiana, 2008).
Pemuda adalah warga negara Indonesia yang berusia enam belas sampai tiga puluh tahun yang memasuki periode penting perkembangan. Pemuda merupakan kekuatan moral, kontrol sosial dan agen perubahan sebagai perwujudan dari fungsi, peran, karakteristik dan kedudukan yang strategis dalam pembangunan nasional. Peran aktif pemuda sebagai kekuatan moral dapat diwujudkan dengan menumbuh kembangkan aspek etik dan moralitas dalam bertindak pada dimensi kehidupan. Pemuda sebagai kontrol sosial diwujudkan dengan memperkuat wawasan kebangsaan dan membangkitkan kesadaran atas tanggung jawab, hak dan kewajiban sebagai warga negara. Peran aktif pemuda sebagai agen perubahan diwujudkan dengan mengembangkan pendidikan, sumber daya ekonomi, kepedulian terhadap lingkungan hidup dan kepemimpinan dan kepeloporan pemuda (Undang-Undang Tentang Kepemudaan, 2009).
BAB IIIPEMBAHASAN
A. Tujuan dan Fungsi Ketahanan Nasional
Srijanti, dkk (2009) menjelaskan tujuan, fungsi, dan sifat dari
ketahanan nasional sebagai berikut:
1.
Tujuan
Ketahanan Nasional Ketahanan nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan
tugas pokok pemerintahan, seperti tegaknya hukum dan ketertiban, terwujudnya
kesejahteran dan kemakmuran, terselenggaranya pertahanan dan keamanan,
terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial, serta terdapatnya kesempatan
rakyat untuk mengaktualisasi diri.
2.
Fungsi
Ketahanan Nasional Ketahanan nasional mempunyai fungsi sebagai berikut:
a.
Daya
tangkal, dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan, ketahanan nasional
Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan,
dan tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa, dan negara
Indonesia dalam aspek: ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
pertahanan keamanan.
b.
Pengarah
bagi pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan sehingga tercapai kesejahteraan
rakyat.
c.
Pengarah
dalam menyatukan pola pikir, pola tindak, dan cara kerja intersektor,
antarsektor, dan multidisipliner. Cara kerja ini selanjutnya diterjemahkan
dalam RJP yang dibuat oleh pemerintah yang memuat kebijakan dan strategi
pembangunan dalam setiap sektor untuk mencapai tujuan nasional mewujudkan
masyarakat adil dan makmur (Srijanti dkk.,
2009).
Adapun menurut Sari fungsi ketahanan nasional, antara lain:
a.
Mempertahankan
kedaulatan dan integritas wilayah negara.
b.
Menjamin
keutuhan dan kesatuan bangsa.
c.
Melindungi
dan memelihara kepentingan nasional.
d.
Menjaga
stabilitas politik, ekonomi, dan sosial.
e.
Mendorong
pembangunan nasional secara berkelanjutan.
f.
Menjamin
keamanan dan kesejahteraan rakyat.
g.
Memperkuat
citra dan reputasi negara di dunia internasional (Sari, 2023).
Selain tujuan dan fungsi ketahanna nasional, ada juga sifat Ketahanan
Nasional, yaitu sebagai berikut:
a. Manunggal
Memiliki sifat integratif yang diartikan terwujud kesatuan dan perpaduan yang
seimbang, serasi, dan selaras seluruh aspek kehidupan berbangsa dan
bernegara.
b. Mawas
Kedalam Ketahanan Nasional terutama diarahkan kepada diri bangsa dan negara itu
sendiri, karena Ketahanan Nasional bertujuan mewujudkan hakekat dan sifat
nasionalnya sendiri dengan kemandirian sehingga memberikan dampak keluar yang
memiliki unsur daya saing. Hal ini tidak
berarti bahwa ketahanan nasional menganut isolasi atau nasionalisme sempit.
c. Kewibawaan
Ketahanan Nasional, yang bersifat manunggal, mewujudkan kewibawaan nasional
yang akan diperhitungkan oleh pihak lain sehingga merupakan daya tangkal (deterrent) dalam artian makin tinggi
tingkat kewibawaan, makin besar daya tangkal tersebut.
d. Dinamis
Ketahanan Nasional suatu negara tidak tetap melainkan dapat meningkat dan
menurun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara itu sendiri.
e. Menitikberatkan Konsultasi dan
Saling Menghargai Ketahanan Nasional tidak mendahulukan sikap adu kekuasaan dan
adu kekuatan karena akan bertumpu pada kekuatan fisik. Ketahanan Nasional tidak
mengutamakan kekuatan fisik tetapi memanfaatkan daya dan kekuatan lain, seperti
kekuatan moral yang ada pada suatu bangsa (Sari, 2023).
B. Peran Pemuda dalam Mempertahankan
Ketahanan Nasional
Pemuda adalah masa di mana manusia sedang berada di dalam puncak potensinya.
Berbagai potensi yang dimiliki pemuda adalah: Pertama, Potensi Spiritual.
Pemuda sejati, ketika meyakini sesuatu, akan memberi sesuatu apapun yang
dimiliki dan disanggupinya secara ikhlas tanpa mengharapkan pamrih apapun.
Kedua, Potensi Intelektual. Daya analisis yang kuat didukung dengan spesialisasi
keilmuan yang dipelajari menjadikan kekritisan pemuda berbasis Intelektual.
Ketiga, Potensi Emosional. Keberanian, semangat, dan kemauan keras yang dimilikinya
senantiasa menggelora serta mampu menular ke dalam jiwa bangsanya. Keempat, Potensi
Fisikal. Secara fisik pemuda berada dalam puncak kekuatan (Fitriani, 2012).
Masdian, dkk. Menjelaskan mengenai konsep pemuda, ketahanan nasional, dan peran pemuda dalam
ketahanan nasional. Dijelaskan bahwa makna pemuda memiliki arti yang beragam.
Secara harfiah, diartikan bahwa youth yang diterjemahkan sebagai pemuda adalah
individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun
belum memiliki pengendalian emosi yang stabil (Masdiana, 2008). Sementara
itu istilah kaum muda pertama kali diperkenalkan oleh Abdul Rivai pada tahun
1905 di majalah Bintang Hindia No. 14. Kaum muda oleh Rivai didefinisikan sebagai
seluruh rakyat Hindia (muda atau tua) yang tidak lagi bersedia mengikuti aturan
kuno. Sebaliknya, mereka berkehendak untuk memuliakan harga diri melalui
pengetahuan dan ilmu. Sejak itulah istilah kaum muda digunakan secara luas
dalam liputan media dan wacana publik oleh kaum muda terdidik. Istilah kaum
muda dijadikan kode eksistensial sebuah entitas kolektif yang berbagi titik
kebersamaan dalam ambisi untuk memperbarui masyarakat Hindia melalui jalur
kemajuan.
Bila melihat pada sejarah perjalanan bangsa Indonesia, kiprah kaum muda
selalu mengikuti setiap tapak-tapak penting sejarah. Pemuda selalu menjadi
kekuatan utama dalam proses modernisasi dan perubahan. Dan biasanya pula pemuda
jenis ini adalah para pemuda yang terdidik. Mereka mempunyai kelebihan dalam
pemikiran ilmiah, selain semangat mudanya, sifat kritisnya, kematangan
logikanya dan kebersihannya dari noda orde masanya. Angkatan 1908, Angkatan
1928, Angkatan 1945, Angkatan 1966, Angkatan 1974 dan Angkatan 1998 adalah
sebutan bagi para pemuda di jamannya yang melakukan pembaharuan. Angkatan 1908
dan Angkatan 1928 merupakan angkatan pemuda yang melakukan pencerahan kepada
rakyat atas penindasan kolonialisme. Angkatan 1908 mendapat inspirasi dari
asiatic reveil (kebangkitan bangsa-bangsa Asia) akibat kemenangan Jepang
terhadap Rusia pada tahun 1904-1905, sehingga mulai tumbuh kesadaran sebagai
bangsa (Ulfa, 2021).
Berdasarkan semua proses tersebut,
dapat diartikan bahwa pemuda atau kaum muda itu memiliki peran yang besar bagi
suatu bangsa terutama terkait ketahanan nasional karena pemuda atau kaum muda
itu mempunyai peran yang cukup besar dalam aspek kemasyarakatan. Pemuda atau kaum muda yang menjadi agent
of change ini juga banyak yang turun secara langsung ke dalam lingkungan
masyarakat. Mereka mempelajari, mendalami dan berusaha memperjuangkan nasib
rakyat yang tertindas. Hal ini juga berkaitan erat dengan daya tahan bangsa
karena sudah mencakup banyak elemen sosial atau kemasyarakatan. Ketahanan
Nasional merupakan suatu konsep di dalam pengaturan dan penyelenggaraan dan
keamanan yang mencakup segenap kehidupan bangsa yang dinamakan Astagatra, yang
meliputi aspek alamiah (Trigatra) dan aspek sosial (Pancagatra). Trigatra
meliputi posisi dan lokasi geografi negara, keadaan dan kekayaan alam, dan
keadaan dan kemampuan penduduk. Pancagatra merupakan aspek sosial
kemasyarakatan terdiri dari ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan. Antara gatra yang satu dengan yang lain terdapat hubungan
yang bersifat timbal balik dengan hubungan yang erat yang saling
interdependensi, demikian juga antara Trigatra dan Pancagatra. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa segenap aspek tersebut merupakan suatu keseluruhan yang
serasi (Masdiana, 2008).
Peran pemuda dalam ketahanan nasional ini sangat penting. Pemuda sebagai
bagian dari potensi pembangunan harus berdaya agar mampu berkiprah dalam menghadapi
tantangan global. Jumlah pemuda yang mencapai 80 juta orang merupakan potensi
yang sangat besar. Keberdayaan pemuda sebagai upaya peningkatan kualitas sumber
daya pemuda dilakukan melalui dorongan, bimbingan, kesempatan, pendidikan,
pelatihan dan panduan sehingga mempunyai kesempatan untuk tumbuh sehat,
dinamis, maju, mandiri, berjiwa wirausaha, tangguh, unggul, berdaya saing,
demokratis, dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Selain itu sebagai generasi harapan bangsa, pemuda itu diharapkan mampu
memahami konsep Wawasan Nusantara. Dalam konteks Indonesia Wawasan Nusantara
merupakan wawasan nasional Indonesia yang dikembangkan dan dirumuskan dalam
rangka mencapai cita-cita dan tujuan nasional dengan mempertimbangkan pandangan
geopolitik Indonesia, sejarah perjuangan dan kondisi sosial budaya bangsa. Bagi
Indonesia, Wawasan Nusantara merupakan pedoman dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menuju perwujudan Indonesia sebagai
satu kesatuan politik, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan sosial budaya, dan
satu kesatuan pertahanan keamanan.
Pemuda, sebagai bagian dari bangsa, harus mampu memahami wawasan ini,
sehingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, peran pemuda tetap sebagai
garda depan pembangunan. Dengan memahami konsep tersebut maka pemuda harapan
bangsa itu dapat mengetahui lebih mendalam peran pemuda dalam ketahanan
nasional. Bahwa untuk memajukan bangsa itu butuh pemuda-pemuda yang berkualitas
dan memahami konsep-konsep dalam suatu bangsa sehingga akan lebih menjiwai dan
menjalankan perannya dengan baik.
Hal lain yang berpengaruh besar bagi pemuda adalah rasa nasionalisme. Nasionalisme merupakan salah satu
unsure dalam pembinaan kebangsaan atau nation-building. Dalam proses
pembinaan kebangsaan semua anggota masyarakat bangsa dibentuk agar berwawasan
kebangsaan serta berpola tatalaku secara khas yang mencerminkan budaya mauun
ideologi. Proses pembinaan kebangsaan memang unik bagi tiap bangsa (Amal dkk., 1999).
Bagi Indonesia yang terdiri dari masyarakat yang plural dan heterogen akan
lebih mengedepankan wawasan kebangsaan yang unsur-unsurnya adalah rasa
kebangsaan, faham kebangsaan dan semangat kebangsaan atau nasionalisme. Rasa
kebangsaan merupakan perekat paling dasar dari setiap anggota masyarakat bangsa
yang karena sejarah dan budayanya memiliki dorongan untuk menjadi satu dan
bersatu tanpa pamrih di dalam satu wadah Negara bangsa (nation-state).
Sedangkan faham kebangsaan ini lebih bernuansa intelektual. Dalam implementasinya
faham kebangsaan Indonesia disublimasikan dalam bentuk Wawasan Nusantara yang
mengamanatkan kesatuan di berbagai bidang.
Dari berbagai penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa peran pemuda atau kaum muda dalam ketahanan nasional itu penting. Dengan pemahaman pada konsep-konsep dan semangat yang tinggi dalam setiap pejuangan, pemuda merupakan agent of change bagi suatu bangsa. Pembawaan pemuda yang berpikir kritis dan jauh memandang ke masa depan menjadi modal dalam menjalankan kontribusinya bagi kemajuan suatu bangsa demi terwujudnya ketahanan nasional.
BAB IVPENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Ketahanan
nasional memiliki fungsi, tujuan dan sifat. Adapun fungsinya secara umum yaitu
sebagai daya tangkal, menjaga stabilitas politik, dan memperkuat citra negara.
Tujuan ketahanan secara umum adalah terciptanya ketahanan dan keamanan
nasional. Sedangkan sifat ketahanan nasional meliputi Manunggal, Konsultasi,
Kewibawaan, Dinamis dan Mawas.
2. Peran
pemuda dalam memperkuat ketahanan nasional yaitu pemuda harus memahami wawasan
nusantara, sehingga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air.
Selain itu pemuda juga harus mendapatkan pendidikan dan pelatihan sebaik-baiknya
karena pemuda merupakan agent of change. Dengan begitu pemuda mempunyai
kesempatan untuk tumbuh sehat, dinamis, maju,
tangguh, berdaya saing, demokratis, dan bertanggung jawab.
B. Saran
1. Pemerintah
secara konsisten menjabarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang
Kepemudaan ke dalam prioritas program pembangunan nasional di bidang
peningkatan kualitas sumber daya manusia generasi muda.
2. Berkaitan
dengan organisasi kepemudaan harus dipertahankan dan perlu juga adanya semacam
grup diskusi yang khusus membahas Ketahanan Nasional dan Kepemudaan.
3. Pengadaan
Program Pelatihan Ketahanan Nasional Untuk Pemuda (Tannasda) Republik Indonesia
di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota cukup bagus untuk menumbuhkan
kesadaran para pemuda akan kedudukan dan peranannya dalam rangka memantapkan
ketahanan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Amal, Ichlasul, &
Armaidy. (1999). Keterbukaan Informasi dan Ketahanan Nasional.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Fitriani, A. A. (2012).
Kedudukan Dan Peranan Pemuda Dalam Rangka Memantapkan Ketahanan Nasional
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan Dikaitkan
Dengan Tanggung Jawab Warga Negara Dalam Mempertahankan Negara. In Skripsi.
Fakultas Hukum, Universitas Pakuan, Bogor.
Lasiyo, Wekandaru, R., &
Hastangka. (2023). Pendidikan Kewarganegaraan. Tanggerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Masdiana, E. (2008). Peran
Generasi Muda dalam Ketahanan Nasional. Jakarta: Kementerian Pemuda dan
Olahraga Republik Indonesia.
Maxwell, J. C. (1995). Mengembangkan
Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda. Jakarta: Binapura Aksara.
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 40 Tahun 2009 2009 tentang Kepemudaan, (2009).
Sari, A. M. (2023). Ketahanan
Nasional: Pengertian, Fungsi dan Asasnya. Fakultas HUKUM UMSU.
Srijanti, Purwanto, &
Pranomo, W. (2009). Etika Membangun Masyarakat Islam Modern. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Ulfa, F. (2021). Peran
Pemuda Dalam Ketahanan Nasional. Academia.
Usman, W. (2003). Daya
Tahan Bangsa. Jakarta: PKN UI.