Peran Balai Bahasa dalam Pelestarian Bahasa dan Budaya di Era Digital



Campusnesia.co.idDi tengah pesatnya perkembangan globalisasi dan digitalisasi, bahasa dan budaya lokal menghadapi tantangan besar untuk tetap bertahan di tengah derasnya arus perubahan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sekaligus identitas nasional kini kerap “terpinggirkan” oleh dominasi bahasa asing, baik dalam dunia pendidikan, komunikasi sehari-hari, hingga media digital yang mendukung berbagai platform internasional. Generasi muda yang menjadi penggerak utama masa depan sering kali lebih akrab dengan istilah-istilah asing dibandingkan dengan kekayaan bahasa dan budaya lokal yang sebenarnya menjadi warisan berharga bangsa. Situasi ini semakin diperparah dengan minimnya kesadaran sebagian masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian bahasa dan budaya, sehingga upaya pelestarian sering kali kalah saing dengan gempuran budaya luar.

Dalam kondisi seperti ini, peran Balai Bahasa menjadi sangat vital sebagai penjaga sekaligus penggerak revitalisasi bahasa dan budaya lokal. Tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang memastikan standar penggunaan bahasa Indonesia secara resmi, Balai Bahasa juga memiliki tanggung jawab besar dalam mengedukasi masyarakat, menyusun kebijakan linguistik, serta mendorong kreativitas budaya di tengah kemajuan teknologi. Melalui berbagai program, seperti penyuluhan bahasa, pelatihan literasi, hingga pengembangan konten budaya berbasis digital, Balai Bahasa terus berupaya menghubungkan warisan masa lalu dengan tantangan masa kini, sekaligus mempersiapkan masyarakat untuk tetap menjadikan bahasa dan budaya lokal sebagai landasan dalam menghadapi era global.

Untuk itu, pada tanggal 29 Januari 2021, kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa meluncurkan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) untuk menyamai standar bahasa-bahasa besar dunia. UKBI merupakan tes baku yang mengukur kemahiran berbahasa Indonesia,  merupakan sarana penting untuk mengevaluasi kemampuan berbahasa Indonesia mengingat fungsinya yang multiguna dan jumlah penuturnya yang besar.  UKBI berperan strategis dalam meningkatkan kualitas bahasa Indonesia, penggunaannya, dan pengajarannya, sekaligus menumbuhkan rasa bangga terhadap bahasa Indonesia.

Untuk mendukung hal itu, PRODI Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Islam Sultan Agung Semarang juga menekankan kepada mahasiswanya untuk memiliki sertifikat tes UKBI sebagai sertifikat penunjang syarat kelulusan mahasiswa di PRODI PBSI. Hal itu diungkapkan oleh Kaprodi PBSI UNISSULA Semarang Dr. Evi Chamalah, S.Pd., M.Pd pada saat kunjungan mahasiswa PRODI PBSI angkatan 2021 di Balai Bahasa Jawa Tengah, dalamrangka kegiatan kuliah kerja lapangan (KKL), yang dilaksanakan pada Jumat, 01-11-2024.

“Saya harap mahasiswa dapat mempelajari tentang UKBI yang akan digunakan untuk persyaratan lulus S-1 di PBSI UNISSULA. Mereka juga dapat memperoleh informasi tentang program kebahasaan dan kesastraan lainnya yang dimiliki oleh Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah,” ujar Chamalah dalam pidatonya.

Pemaparan materi mengenai UKBI Adaptif Merdeka yang disampaikan oleh Afritta Dwi Martyawati, SS, M.Hum. dan EYD V yang disampaikan oleh Arvynda Permatasari, S.Pd memberikan banyak wawasan dan pengetahuan serta informasi bagi mahasiswa. Dalam hal itu, diungkapkan bahwa tidak hanya PBSI UNISSULA yang mewajibkan mahasiswanya mengantongi sertifikat UKBI sebagai syarat kelulusan, namun beberapa kampus ternama di Indonesia juga telah menerapkan persyaratan yang sama.

Menyimak pemaparan itu, saya sebagai satu-satunya mahasiswa penyandang disabilitas netra di UNISSULA Semarang merasa tergelitik untuk mengajukan pertanyaan. Bagaimana tingkat inklusifitas dan aksesibilitas tes UKBI bagi pengguna Screen Reader seperti saya dan teman-teman mahasiswa penyandang disabilitas netra yang berkuliah di tempat lain yang kampusnya menekankan sertifikat UKBI sebagai syarat kelulusan mahasiswa?

Pertanyaan itu salasatunya yang saat itu saya ajukan kepada pemateri, mengingat UKBI Adaptif adalah tes berbasis daring yang dirancang untuk mengukur tingkat kemahiran berbahasa penutur bahasa Indonesia, mulai dari tingkat paling rendah hingga paling tinggi sesuai dengan pemeringkatan hasil UKBI yang telah ditetapkan.

“Kedepannya, kami akan mengupayakan dapat memfasilitasi teman-teman dengan kebutuhan khusus dalam pelaksanaan UKBI,” ucap Afritta Dwi Martyawati, SS, M.Hum menanggapi pertanyaan yang saya ajukan.

Menjaga bahasa Indonesia tetap relevan dan inklusif di era globalisasi adalah tanggung jawab bersama, dan upaya ini hanya akan berhasil jika semua pihak, termasuk lembaga pendidikan, pemerintah, dan masyarakat, bersatu untuk melestarikan dan memajukan warisan bahasa sebagai identitas bangsa.


Ditulis oleh: 
Mohammad Aenul Yaqin 
(Mahasiswa Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 
FKIP UNISSULA Semarang).

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon