Menghidupkan Budaya: Mahasiswa KKN Undip Menciptakan Arsip Kebudayaan Desa Purworejo

 
Gambar 1. Serah terima booklet kepada Kepala Desa


Campusnesia.co.idPurworejo, Pekalongan – Desa Purworejo, sebuah desa yang terletak di kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan, telah menyaksikan sebuah langkah besar dalam pelestarian budayanya berkat karya seorang mahasiswi dari Universitas Diponegoro (Undip). Khalisa Alya Syahira, yang sedang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa ini, telah berhasil menciptakan sebuah booklet yang mendokumentasikan Desa Purworejo dari sisi budaya secara terperinci.

Khalisa, yang merupakan mahasiswi jurusan antropologi sosial, memanfaatkan pengetahuannya dalam bidang ini untuk menyusun booklet yang berjudul “Mengnal Desa Purworejo dari Lensa Budaya Lebih Dekat”. Booklet ini tidak hanya memberikan gambaran umum mengenai desa tetapi juga mendalami aspek-aspek kebudayaan yang unik dari Purworejo berdasarkan konsep 7 unsur kebudayaan Koentjaraningrat.

Profil desa yang disajikan dalam booklet ini meliputi peta dan deskripsi mendetail mengenai letak geografis serta sejarah singkat desa Purworejo. “Sebagai mahasiswa antropologi, saya ingin masyarakat desa memiliki rekam jejak tertulis yang bisa menjadi sumber informasi sekaligus kebanggaan tersendiri,” ujar Khalisa dalam wawancaranya.

 
Gambar 2. Serah terima booklet dengan pemilik pojok baca

Selain itu, dalam booklet ini juga dijelaskan mengenai apa itu kebudayaan menurut pandangan antropologi, sebuah pengetahuan dasar yang penting untuk dimiliki oleh setiap warga desa. Khalisa menekankan pentingnya kesadaran budaya sebagai identitas yang harus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi berikutnya. “Kebudayaan adalah identitas yang harus dijaga dan dilestarikan, karena dari situlah kita bisa belajar dan berkembang,” tambahnya.

Moda penghidupan warga desa Purworejo yang sebagian besar adalah petani dan pelaku usaha konveksi juga mendapat perhatian khusus dalam booklet ini. Khalisa menggambarkan bagaimana kedua sektor ini menjadi penopang ekonomi utama desa dan bagaimana mereka beradaptasi dengan perubahan zaman. “Dengan adanya booklet ini, saya berharap para pemuda desa bisa lebih menghargai pekerjaan orang tua mereka dan melanjutkannya dengan inovasi-inovasi baru,” kata Khalisa.

Kegiatan rutin warga seperti berzanji atau pengajian yang berbentuk sholawat juga diuraikan dengan rinci. Tradisi ini, menurut Khalisa, adalah salah satu bentuk pelestarian nilai-nilai keagamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun. “Kegiatan ini bukan hanya tentang ibadah, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antarwarga,” jelas Khalisa.

Acara tahunan desa seperti sedekah bumi, nyadran labuhan, nyadran puasa, munggah medun, dan tradisi satu suro menjadi bagian menarik dalam booklet ini. Khalisa menuliskan sejarah, makna, dan proses pelaksanaan setiap acara tersebut. “Acara tahunan ini adalah momen di mana seluruh warga berkumpul dan merayakan kebersamaan mereka. Ini adalah cerminan dari gotong royong dan kebersamaan yang menjadi ciri khas budaya kita,” ujarnya.

Perangkat desa Purworejo sangat mengapresiasi usaha Khalisa. Mereka mengakui bahwa desa mereka belum memiliki arsip kebudayaan baik dalam bentuk fisik maupun digital. “Kami sangat berterima kasih kepada Khalisa. Berkat usahanya, kini kami memiliki arsip yang sangat berharga tentang kebudayaan desa kami,” ujar Kepala Desa.

Booklet ini tidak hanya bermanfaat bagi warga desa Purworejo tetapi juga bisa menjadi referensi bagi siapa saja yang ingin mempelajari kebudayaan desa ini. Khalisa berharap karyanya ini bisa membantu melestarikan kebudayaan desa dan memperkenalkannya kepada dunia luar. “Saya ingin booklet ini bisa menjadi pintu masuk bagi orang-orang yang ingin mengenal lebih jauh tentang Purworejo,” harap Khalisa.

Dengan adanya booklet ini, desa Purworejo kini memiliki arsip kebudayaan yang bisa dijadikan rujukan dan bahan pembelajaran. Khalisa telah memberikan kontribusi besar dalam pelestarian budaya desa melalui pendekatan ilmiah dan modernisasi. Karya ini diharapkan dapat menginspirasi mahasiswa lain untuk turut serta dalam melestarikan kebudayaan daerah mereka masing-masing.

“Pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau lembaga tertentu, tetapi tanggung jawab kita semua sebagai generasi penerus,” pungkas Khalisa.



Editor:
Achmad Munandar

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon