Mahasiswa Undip Ubah Limbah Kulit Pisang dari UMKM Selai Jadi Pupuk Organik Cair yang Bernilai Tinggi




Campusnesia.co.id - Kelompok tani di Desa Wringingitung, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, tengah menghadapi masalah serius terkait tingginya harga pupuk kimia yang tidak sebanding dengan harga jual hasil panen padi dan jagung mereka. Kondisi ini membuat para petani kesulitan dalam mempertahankan produktivitas lahan pertanian mereka, karena biaya yang harus dikeluarkan untuk pupuk kimia semakin membebani. Melihat masalah ini, sekelompok mahasiswa dari Universitas Diponegoro (Undip) berinisiatif untuk menciptakan solusi yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan, yaitu dengan mengolah limbah kulit pisang menjadi pupuk organik cair. Inovasi ini diharapkan dapat menjadi alternatif yang efektif bagi para petani di Desa Wringingitung dalam menghadapi masalah mahalnya harga pupuk kimia.

Pupuk organik cair ini dibuat menggunakan bahan-bahan yang sangat sederhana dan mudah ditemukan di lingkungan sekitar, seperti kulit pisang, air, gula, botol, dan ragi tape. Proses pembuatannya pun cukup sederhana, dimulai dengan pengumpulan kulit pisang segar yang merupakan limbah dari produksi UMKM di sekitar desa. Kulit pisang tersebut kemudian dipotong kecil-kecil untuk mempermudah proses fermentasi. Potongan kulit pisang ini kemudian dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi air hingga 3/4 bagian, kemudian ditambahkan ragi tape yang telah dicairkan sebanyak tiga sendok teh, serta sedikit gula untuk mempercepat proses fermentasi. Botol tersebut kemudian ditutup rapat dan diletakkan di tempat yang teduh untuk proses fermentasi selama tiga hari.

Selama proses fermentasi, penting untuk membuka botol setiap hari guna melepaskan gas yang terbentuk akibat aktivitas mikroorganisme, sehingga mencegah potensi ledakan akibat tekanan yang meningkat di dalam botol. Setelah fermentasi selama tiga hari, pupuk organik cair yang dihasilkan siap digunakan. Pupuk ini sangat mudah diaplikasikan, cukup dengan mencampurkan pupuk cair dengan air dalam perbandingan 1:10, misalnya setengah gelas pupuk cair dicampur dengan air dalam ember kecil. Larutan ini kemudian bisa langsung disiramkan ke tanaman, terutama padi dan jagung, yang merupakan komoditas utama petani di Desa Wringingitung.


Penggunaan pupuk organik cair dari fermentasi kulit pisang ini menawarkan berbagai manfaat bagi para petani. Selain lebih ekonomis dibandingkan dengan pupuk kimia, pupuk ini juga ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah organik yang biasanya dibuang begitu saja. Pupuk organik ini memberikan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman secara alami tanpa meninggalkan residu berbahaya di tanah, sehingga juga membantu menjaga keseimbangan ekosistem pertanian. Dengan beralih ke pupuk organik cair ini, para petani tidak hanya mengurangi biaya produksi tetapi juga turut berperan dalam melestarikan lingkungan.

Inovasi yang dilakukan oleh mahasiswa Undip ini diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang bagi masalah yang dihadapi oleh petani di Desa Wringingitung dan daerah-daerah lain yang mengalami kesulitan serupa. Dengan adanya pupuk organik cair dari kulit pisang, para petani kini memiliki alternatif yang terjangkau dan efektif untuk meningkatkan hasil panen mereka. Di sisi lain, inovasi ini juga mendorong kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah dan pemanfaatan sumber daya lokal, sehingga keberlanjutan pertanian dapat terus terjaga. Mahasiswa Undip berharap bahwa solusi ini tidak hanya bermanfaat bagi petani di Desa Wringingitung tetapi juga dapat diterapkan secara luas di berbagai daerah lain di Indonesia yang menghadapi tantangan serupa.



Editor:
Achmad Munandar

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Silahkan komen guys..
EmoticonEmoticon