Campusnesia.co.id - Sragen, 25 Juli 2024 Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tim 2 Universitas Diponegoro (UNDIP) tahun 2024 yang dilaksanakan di Desa Kedawung, Kecamatan Sragen, Kabupaten Mondokan, mengajukan salah satu program kerja yang cukup signifikan bagi murid-murid sekitar Desa Kedawung. Athirah Ghassani Rahadatul Aisy, mahasiswa dari Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, berupaya dan berinisiatif untuk membuat suatu desain dan penyampaian melalui membuat suatu poster mengenai pengenalan tokoh-tokoh sejarah di balik Kecamatan Mondokan kepada anak anak sekolah untuk memperluas wawasan mengenai para tokoh yang berperan dan berdampak di Mondokan sebagai salah satu program kerja selama KKN.
Kecamatan Mondokan merupakan tempat yang menjadi saksi sejarah puluhan tahun yang lalu, siapa sangka Kecamatan ini mempunyai toko-tokoh yang akan mewujudkan peran dan peristiwa yang penting yang terkait di wilayah sekitar kecamatan ini. Dari Desa Kedawung hingga Desa Sono, Kecamatan Mondokan mempunyai tokoh-tokoh yang sangat menarik dan patut untuk diketahui baik-baik dalam kalangan sejarah lokal hingga sejarah Indonesia secara umum. Tokoh-tokoh yang berkait dengan Mondokan, Sragen yang berwibawa terhadap masyarakat lokal yakni Pangeran Notoprojo, Nyi Ageng Serang, Jenderal Gatot Subroto hingga Jenderal Soedarmono. Tentu tokoh-tokoh sejarah ini mempunyai keterkaitan yang penting dengan Monumen Tjanda Bhirawa yang terletak di Kecamatan Mondokan, Demikian, melihat dari potensi tersebut, Athirah Ghassani mengambil inisiatif untuk mengembang dan memperkenalkan poster ini bertujuan untuk menyediakan informasi yang menarik semua orang di lorongan sekolah-sekolah Desa Kedawung.
Pada Monumen Mandiro Noto terdapat prasasti yang bertuliskan bahwa Sragen Utara menjadi basis gerilya bagi Yon Tjandha Bhirawa, khususnya di Kecamatan Mondokan sebagai posko Yon. Pada masa itu, Jenderal Gatot Subroto, seorang pemimpin militer yang tegas dan antikiri, memimpin penumpasan pemberontakan PKI di Madiun dan pernah bermarkas di rumah Kepala Desa Sono, Pak Toto Wiryono. Tjanda Bhirawa diresmikan pada 30 Juli 1949, dan monumen ini didirikan pada 14 Juli 1987 oleh Jenderal Soedarmono. Lokasi monumen ini dulunya adalah kandang kerbau milik Panembahan Notoprojo, yang dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap penjajah.
Upaya dalam memperkenalkan para tokoh ini dengan upaya membentuk desain poster yang kian menjadi metode penyampain terhadap murid-murid dan guru sekitar Desa Kedawung agar bisa mengenali dan mengetahui peran dan sejarah yang terkait dengan Monumen Mandiro yang mungkin mereka lewati setiap hari, tetapi tidak mengetahui lebih dalam tentang peran dan sejarah hingga dampak adanya monumen itu, dimana monumen ini sudah menjadi ikon sragen karena pentingnya jejak dan bukti monumen ini bagi sejarah kemerdekaan RI. Poster yang disusun ini mencakupi empat tokoh, yakni : Panembahan Notoprojo, Pahlawan Nyi Ageng Serang, Jenderal Gatot Subroto, dan Jenderal Sudarmono yang semua memiliki peran masing-masing yang terkait dengan mandiro. Para guru menelaah informasi dari metode penyampaian dengan baik dan berterima kasih dalam upaya untuk memberi sebuah kajian historis untuk bisa mengetahui dan pelajari dari wilayah yang mereka tempati.
Dengan mengajarkan sejarah dan pengenalan terhadap tokoh-tokoh mengenai latar belakang dan peristiwa masa lalu di Sragen menggunakan pengenalan dan penjelasan melalui metode poster yang dilaksanakan pada beda-beda hari dan ragam guru untuk disampaikan di lokasi yakni sekolah-sekolah sekitar Desa Kedawung, lebih tepatnya : SD 1, SMP 1, SMP 2, SMK 1, SMK TH akan dapat menjadi kehadiran yang mengembangkan para murid dan anak muda secara umum di Desa Kedawung untuk mengetahui dan lebih giat lagi untuk mempelajari dan mengetahui sejarah dan akar hingga dampak dari para tokoh-tokoh ini untuk memperhatikan dan mempelajari sehingga anak-anak yang sedang belajar bersama akan lebih semangat lagi dan merasa lebih hormat untuk kian merasa bangga terhadap sejarah dan jiwa nasionalisme di Indonesia, tentunya di Desa Kedawung, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen yang menjadi saksi sejarah signifikan.
Penulis:
Athirah Ghassani Rahadatul Aisy
(Sejarah 2021, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro)
DPL:
Ir. Ibnu Pratikto, M.Si.
Lokasi KKN:
Desa Kedawung, Kecamatan Mondokan, Kabupaten Sragen
Editor:
Achmad Munandar
Achmad Munandar