Campusnesia.co.id - Sempat diramal bakal bangkrut saat marak tren taksi online dan ojek online, nyatanya perusahaan taksi Blue Bird berhasil comeback menghasilkan keuntungan di tahun 2022.
Lewat postingan kali ini yuk kita bahas tentang Sejarah dan Kisah Sukses Blue Bird Perusahaan Transportasi Taksi yang Mampu Bertahan Gempuran Taksi Online dan sebab kenapa Blue Bird lebih unggul dibanding taksi online.
PT Blue Bird Tbk (berbisnis dengan nama Bluebird) adalah sebuah perusahaan transportasi Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2021, perusahaan ini memiliki lebih dari 20.000 armada dan 23.000 karyawan yang beroperasi pada 48 pool di 18 kota.
Sejarah Blue Bird
Djokosoetono adalah seorang pakar hukum yang berkontribusi dengan mendirikan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Akademi Hukum Militer (AHM). Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Dekan pertama Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ia dan keluarganya tinggal sederhana di Jalan H.O.S. Cokroaminoto, Jakarta.
Djokosoetono meninggal pada 6 September 1965. Sebelum ia meninggal, istrinya, Mutiara Siti Fatimah beserta kedua anaknya Purnomo Prawiro dan Chandra Suharto, mulai berbisnis telur, dan pada tahun 1962 sudah bisa membelikan bemo murah dari Departemen Perindustrian. Ia memberikan bemo kepada Purnomo dan Chandra untuk menarik penumpang di rute Harmoni–Kota.
Fatimah mendapatkan hadiah dua unit mobil sedan dari orang-orang PTIK dan AHM, yang terdiri dari satu mobil Opel dan satu unit Mercedes. Setelah Djokosoetono meninggal, Fatimah mengumpulkan tiga anaknya yang belum selesai kuliah: Purnomo, Chandra, dan Mintarsih.
Fatimah mengusulkan kepada ketiga anaknya untuk menjadikan dua unit mobil tersebut sebagai sebuah taksi. Akhirnya kedua mobil tersebut dijadikan taksi dan bisnis tersebut diberi nama Chandra Taksi serta berstatus belum mengantongi izin (taksi gelap). Tidak hanya merekrut sopir sebagai karyawannya, Purnomo dan Chandra ikut menyetir mobil tersebut.
Secara prinsip, model bisnis yang dirumuskan oleh Purnomo dan Chandra tersebut adalah dengan pesanan melalui telepon. Taksi akan segera menjemput penumpang dan mengantarkannya sampai tujuan. Taksi gelap menjadi populer pada masa itu, mengingat tidak banyak masyarakat Jakarta yang menggunakan mobil pribadi pada era 1960-an.
Menjadi taksi resmi berizin
Ali Sadikin, yang saat itu menjadi Gubernur DKI Jakarta, mengungkap dalam memoarnya bahwa ia mengeluarkan kebijakan untuk memberantas peredaran taksi gelap dan memberlakukan kebijakan taksimeter (argometer) pada setiap taksi yang beroperasi di Jakarta dan Bandara Soekarno-Hatta.
Sadikin mengesahkan peraturan yang menyatakan bahwa setiap perusahaan taksi wajib mendaftarkan izin operasional. Agar izin diberikan, perusahaan harus memiliki sekurang-kurangnya 100 unit mobil. Namun, keluarga Djokosoetono hanya memiliki 60 unit taksi sehingga izinnya ditolak oleh Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya DKI Jakarta.
Untuk memuluskan bisnis taksi tersebut, Fatimah menemui seorang murid Djokosoetono yang kala itu sudah bekerja di Bank Bumi Daya. Berkat kartu nama yang diberikan oleh murid tersebut, Fatimah mengajukan pinjaman ke bank tersebut. Dari situlah, armada taksi bertambah dan izin usaha pendirian perusahaan pun terbit.
Tepat pada tanggal 1 Mei 1972, taksi Blue Bird, yang dideskripsikan oleh Alberthiene Endah sebagai "taksi berwarna biru dengan logo burung yang tengah melesat" pun berseliweran di jalan-jalan Jakarta. Sementara itu, Chandra Taksi masih dipertahankan dan namanya pun diubah menjadi Golden Bird.
Di awal sejarahnya, perusahaan ini memiliki banyak sekali kompetitor. Tercatat ada Gamya, Ratax, Morante, Steady Safe, Royal City, Sri Medali, serta taksi kuning President.
Sebelum Blue Bird mengaspal, Morante (PT Morante Djaya) terlebih dahulu merupakan perusahaan taksi yang mengantongi izin operasional taksi argometer, yang beroperasi pada 10 Februari 1972.
Hingga tahun 1978, Blue Bird mengoperasikan 500 unit taksi dan pada 1985, jumlahnya meningkat menjadi lebih dari 2.000 unit.
Pada saat KTT GNB 1992 digelar di Indonesia, Blue Bird meluncurkan merek Silver Bird yang memfokuskan diri sebagai taksi kelas eksekutif. Untuk keperluan transportasi tamu kehormatan dari negara-negara anggota GNB, pihak swasta diundang untuk menyediakan transportasi termasuk Blue Bird. Begitu KTT usai, Silver Bird diubah menjadi taksi eksekutif.
Dekade 2000-an hingga sekarang
Perusahaan ini kemudian mendapatkan status badan hukum perseroan terbatas pada tanggal 29 Maret 2001. Pada tahun 2012, perusahaan ini melakukan restrukturisasi dengan membentuk 15 anak usaha untuk melakukan kegiatan bisnis secara langsung. Pada tanggal 5 November 2014, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia.
Pada tahun 2015, perusahaan ini meluncurkan Blue Bird MPV, yakni layanan taksi dengan MPV pertama di Indonesia. Pada tahun 2016, perusahaan ini meluncurkan versi baru dari aplikasi MyBlueBird yang memungkinkan pembayaran nontunai. Pada tahun 2017, perusahaan ini berkolaborasi dengan aplikasi GO-JEK (sekarang Gojek), sehingga pengguna aplikasi tersebut juga dapat memesan taksi Blue Bird.
Perusahaan ini kemudian meluncurkan angkutan komuter dari dan ke Bandar Udara Soekarno-Hatta. Perusahaan ini juga berkolaborasi dengan Traveloka, sehingga pengguna Traveloka juga dapat memesan angkutan komuter dari dan ke Bandara Soekarno-Hatta yang disediakan oleh Big Bird dan Golden Bird.
Pada tahun 2018, perusahaan ini meluncurkan fitur Fixed Price di MyBluebird, sehingga memungkinkan penggunanya untuk mendapatkan kepastian harga sebelum memesan taksi. Menteri Pariwisata juga menetapkan perusahaan ini sebagai Wonderful Indonesia Service Ambassador. Perusahaan ini kemudian menjalin kerja sama dengan BTN untuk menyediakan pembiayaan perumahan bagi para pegawainya.
Pada tanggal 6 Juni 2018, Blue Bird berubah namanya menjadi Bluebird, ditandai dengan penggantian logo yang semula melesat ke arah kiri menjadi ke arah kanan pengamat.
Pada tahun 2019, perusahaan ini mengakuisisi Cititrans, sebuah penyedia jasa angkutan komuter antarkota dan komuter eksekutif, dengan harga Rp115 miliar.
Bluebird menjalin kerja sama strategis dengan MUFG untuk mendirikan PT Balai Lelang Caready yang bergerak di bidang pelelangan kendaraan. Melalui Program Kawan Bluebird, perusahaan ini juga berekspansi ke Yogyakarta dengan menggandeng Taksi Pataga sebagai kawan Bluebird.
Pada bulan Mei 2019, perusahaan ini mulai mengoperasikan taksi Bluebird dan Silverbird yang ditenagai dengan listrik. Perusahaan ini kemudian menjalin kerja sama dengan Telkomsel untuk mengimplementasikan IoT di armadanya, serta dengan Dana, agar dapat menjadi salah satu metode pembayaran di aplikasi My Bluebird. Pada tahun 2020, Gojek resmi membeli 4,3% saham perusahaan ini yang sebelumnya dipegang oleh PT Pusaka Citra Djokosoetono, dengan harga Rp 411 miliar.
Manajemen Blue Bird
Perusahaan manajemen ini diantarannya sebuah komisaris dan direktur Bluebird Group saat ini yang ada ketemui di sini adalah sebagai berikut ini
Komisaris
Komisaris Utama: Noni Sri Ayati Purnomo
Wakil Komisaris Utama: Kresna Priawan Djokosoetono
Komisaris: Bayu Priawan Djokosoetono & Sri Adriani Lestari Purnomo
Komisaris Independen : Rinaldi Firmansyah, Budi Setiyadi, Setyo Wasisto, dan Alamanda Shantika
Direktur
Direktur Utama: Sigit Priawan Djokosoetono
Wakil Direktur Utama: Adrianto Djokosoetono
Direktur Independen: Irawaty Salim
Kendaraan Blue Bird
Perusahaan ini dikenal dengan empat layanan transportasi daratnya: taksi reguler Bluebird dan Pusaka, taksi eksekutif Silverbird, taksi lifecare Bluebird Peduli, taksi listrik E-Bluebird, taksi eksekutif listrik E-Silverbird, mobil rental dan mobil limosin rental Goldenbird dan Bluebird Transport, mobil bekas Mobilgo, sewa bus Bigbird dan shuttle bus Cititrans.
Taksi Reguler Blue Bird
Taksi Reguler Bluebird: Holden Torana
Taksi Reguler Bluebird: Nissan Stanza
Taksi Reguler Bluebird: Ford Laser
Taksi Reguler Bluebird: Nissan Sunny (Nissan Genesis)
Taksi Reguler Bluebird: Mazda 323 Interplay
Taksi Reguler Bluebird: Mazda Familia Lantis
Taksi Reguler Bluebird: Timor S515i
Taksi Reguler Bluebird: Toyota Soluna
Taksi Reguler Bluebird: Toyota Vios 2003 (Toyota Limo 2003)
Taksi Reguler Bluebird: Toyota New Vios 2007 (Toyota New Limo 2007)
Taksi Reguler Bluebird: Toyota New Vios 2010 (Toyota New Limo 2010)
Taksi Reguler Bluebird: Toyota All New Vios 2013 (Toyota All New Limo 2013)
Taksi Reguler Bluebird: Nissan Almera
Taksi Reguler Bluebird: Toyota All New Vios 2015 (Toyota All New Limo 2015)
Taksi Reguler Bluebird: Honda Mobilio 2015
Taksi Reguler Bluebird: Honda Mobilio Dashlift 2016
Taksi Reguler Bluebird: Honda Mobilio 1st Facelift
Taksi Reguler Bluebird: Toyota Avanza 1st Facelift (Toyota Transmover 1st Facelift)
Taksi Reguler Bluebird: Toyota Avanza 1st Facelift Improvement 2018 (Toyota Transmover 1st Facelift Improvement 2018)
Taksi Reguler Bluebird: Honda Mobilio 2nd Facelift
Taksi Reguler Bluebird: Toyota Avanza 2nd Facelift (Toyota Transmover 2nd Facelift)
Taksi Reguler Bluebird: Honda Mobilio 2nd Facelift Improvement 2021
Taksi Reguler Bluebird: Toyota Avanza E 2nd Facelift
Taksi Lifecare
Taksi Lifecare Bluebird Peduli: Nissan Serena
Taksi Eksekutif
Taksi Eksekutif Silverbird: Nissan Cedric
Taksi Eksekutif Silverbird: Toyota Crown Comfort
Taksi Eksekutif Silverbird: Mercedes-Benz C230 Sport
Taksi Eksekutif Silverbird: Mercedes-Benz E200 Kompressor
Taksi Eksekutif Silverbird: Toyota Vellfire AH20 Pre-Facelift
Taksi Eksekutif Silverbird: Toyota Alphard AH20 Pre-Facelift
Taksi Eksekutif Silverbird: Toyota Camry XV40 Ausie (Toyota Camry XV40 Altise)
Taksi Eksekutif Silverbird: Toyota Alphard AH20 Facelift
Taksi Eksekutif Silverbird: Mercedes-Benz C200 CGI Facelift
Taksi Eksekutif Silverbird: Mercedes-Benz E200 CGI Pre-Facelift
Taksi Eksekutif Silverbird: Mercedes-Benz E200 CGI Facelift
Taksi Eksekutif Silverbird: Toyota Alphard AH30 Pre-Facelift
Taksi Eksekutif Silverbird: Toyota Camry XV50 Facelift Improvement 2016
Taksi Eksekutif Silverbird: Toyota Alphard AH30 Facelift 2018
Taksi Eksekutif Silverbird: Toyota Alphard AH30 Facelift 1st Improvement 2020
Taksi Eksekutif Silverbird: Toyota Alphard AH30 Facelift 2nd Improvement 2021
Mobil Rental dan Mobil Limosin Rental
Mobil Rental: Toyota Avanza 1.3 Tipe G Bensin Transmisi Manual
Mobil Rental: Toyota Avanza 1.5 Tipe G Bensin Transmisi Manual
Mobil Rental: Toyota Avanza 1.3 Tipe G Bensin Transmisi Automatic
Mobil Rental: Toyota Kijang Innova 2.0 Tipe G Bensin Transmisi Manual
Mobil Rental: Toyota Kijang Innova 2.5 Tipe G Diesel Transmisi Manual
Mobil Rental: Toyota Kijang Innova 2.4 Tipe G Diesel Transmisi Manual
Mobil Rental: Toyota Kijang Innova 2.0 Tipe G Bensin Transmisi Automatic
Mobil Rental: Toyota Kijang Innova 2.5 Tipe G Diesel Transmisi Automatic
Mobil Rental: Toyota Kijang Innova 2.4 Tipe G Diesel Transmisi Automatic
Mobil Limosin Rental: Toyota Camry 2.5 Tipe G Transmisi Automatic
Mobil Limosin Rental: Mercedes-Benz E200 Transmisi Automatic
Mobil Limosin Rental: BMW 528i Transmisi Automatic
Mobil Limosin Rental: Mercedes-Benz S400 Transmisi Automatic
Mobil Limosin Rental: Toyota Alphard 2.5 Tipe G Transmisi Automatic
Mobil Bekas
Mobil Bekas: Toyota New Vios 2007 (Toyota New Limo 2007)
Mobil Bekas: Toyota New Vios 2010 (Toyota New Limo 2010)
Mobil Bekas: Toyota All New Vios 2013 (Toyota All New Limo 2013)
Mobil Bekas: Toyota All New Vios Matic 2013 (Toyota All New Limo Matic 2013)
Mobil Bekas: Nissan Almera
Mobil Bekas: Toyota All New Vios Improvement 2015 (Toyota All New Limo 2015)
Mobil Bekas: Toyota All New Vios Matic 2015 (Toyota All New Limo Matic 2015)
Mobil Bekas: Honda Mobilio 2015
Mobil Bekas: Honda Mobilio Dashlift 2016
Mobil Bekas: Mercedes-Benz E200 Kompressor
Mobil Bekas: Toyota Camry XV40 Ausie (Toyota Camry XV40 Altise)
Mobil Bekas: Toyota Alphard AH20 Facelift
Mobil Bekas: Mercedes-Benz C200 CGI Facelift
Mobil Bekas: Mercedes-Benz E200 CGI Pre-Facelift
Mobil Bekas: Mercedes-Benz E200 CGI Facelift
Mobil Bekas: Toyota Alphard AH30 Pre-Facelift
Mobil Bekas: Toyota Camry XV50 Facelift Improvement 2016
Sewa Bus
Sewa Bus: Delta LWB 11 Seater
Sewa Bus: Delta LWB 16 Seater
Sewa Bus: Delta Reguler 10 Seater
Sewa Bus: Delta Reguler 11 Seater
Sewa Bus: Commuter Reguler 14 Seater
Sewa Bus: Charlie Premium 10 Seater
Sewa Bus: Bravo Reguler 27 Seater
Sewa Bus: Bravo Reguler 31 Seater
Sewa Bus: Bravo Premium 12 Seater dengan toilet
Sewa Bus: Alpha Reguler 37 Seater dengan toilet
Sewa Bus: Alpha Reguler 44 Seater
Sewa Bus: Alpha Reguler 54 Seater
Sewa Bus: Alpha Premium 14 Seater dengan toilet
Shuttle Bus
Shuttle Bus: Toyota Hiace Commuter Van
Shuttle Bus: Mercedes-Benz Sprinter Van
Shuttle Bus: Toyota Hiace Premio Van
Logistik Bluebird Kirim
Taksi Reguler Bluebird: Toyota Avanza 1st Facelift (Toyota Transmover 1st Facelift)
Taksi Reguler Bluebird: Toyota Avanza 1st Facelift Improvement 2018 (Toyota Transmover 1st Facelift Improvement 2018)
Taksi Reguler Bluebird: Toyota Avanza 2nd Facelift (Toyota Transmover 2nd Facelift)
Armada Listrik Bluebird
E-Bluebird: BYD E6, BYD T3 dan Hyundai Ioniq
E-Silverbird: Tesla Model X 75D
PHEV Bluebird: Toyota Prius
Bluebird Group juga telah berkembang lebih jauh ke bisnis lain seperti logistik, industri properti, alat berat, dan layanan konsultasi TI.
Sebab kenapa Blue Bird lebih unggul dibanding taksi online:
1. Sudah lebih mapan dalam hal manajemen
2. Berpengalaman lebih lama menghadapi krisis dan perubahan tren bisnis
3. Standarisasi dalam hal armada dan pelayanan, berbeda dengan taksi online yang nyaris tidak ada standarisasi kendaraan, kebersihan, dan pelayanan.
4. Kejelasan dalam hal tarif
6. Kepastian driver
7. Kejelasan kantor
Demikian tadi sobat Campusnesia postingan kita kali ini tentang Sejarah dan Kisah Sukses Blue Bird Perusahaan Transportasi Taksi yang Mampu Bertahan Gempuran Taksi Online dan sebab kenapa Blue Bird lebih unggul dibanding taksi online. Semoga bermanfaat sampai jumpa.
Penulis
Nandar