Campusnesia.co.id - Kisah ini terjadi tahun 1997, saya masih duduk di bangku sekolah dasar di sebuah Desa di Kabupaten Pati yang tak jauh dari sini ada pabrik penggilingan gula tebu.
Setiap sore, dari magrib hingga isya anak-anak di kampung saya mengaji di Langgar atau Mushola, jaraknya sekitar 1 km dari rumah.
Sebenarnya tak seberapa jauh, tapi jujur saya yang penakut saat pulang harus selalu di jemput oleh bapak atau ibu.
Sepanjang jalan dari mushola ke rumah berjejer rumah warga diselingi oleh kebun nan rimbun yang kalau malam sepi dan bikin merinding.
Pada suatu hari, bapak saya tak datang tepat waktu untuk menjemput, ibu juga tak datang yang artinya malam itu saya harus pulang sendirian.
Beberapa teman sudah mengingatkan sebaiknya menunggu sebentar atau ikut pulang ke rumah mereka agar nanti dijemput orang tua, entah mengapa malam itu hanya pikiran nekat di kepala saya.
Semua berjalan lancar, perlahan tapi pasti rumah demi rumah sudah saya lalui, mungkin 800 meter telah terlampaui.
Hingga sampailah di sekitar area kebun alm. Mbah Yadi, tanahnya luas dengan beragam pohon dan berisi rumah tepat di tengahnya, pekarangan ini terkenal "singup" cukup bikin merinding apalagi bagi anak kecil penakut seperti saya.
Dengan perasaan berdebar saya coba tetap melangkah dengan tegar, hingga...
Hingga dari sebuah sudut pekarangan itu, jalan kecil tepatmya di bawah pohon mangga muncul sesosok asing.
Sekilas pakaiannya hitam berkerudung ala ninja dengan sarung kotak-kotak, rambut bagian depanya nampak sedikit sudah berwarna putih khas uban, namun yang bikin terkejut dalam sepersekian detik nampak wajahnya asing bukan tetangga atau warga yang saya kenal, lekuk raut wajahnya menyerupai tengkorak.
Tanpa pikir panjang, saya langsung berteriak "emaaakkk...!!!"
Dan kaki ini otomatis berlari kencang seakan lebih kencang dari sepeda motor saking takutnya.
Sesampainya di rumah nafas saya ngos-ngosan, tatapan mata kosong, dan serba kebingungan.
Ibu saya yang kaget berkali-kali bertanya, apa yang barusan terjadi.
Mungkin baru 5 menit kemudian, setelah minum dan menenangkan diri saya baru bisa berkecerita tentang apa yang barusan saya alami.
Sepulang ngaji yang penuh misteri, bertemu tengkorak sarung kotak-kotak selepas isya.
Penulis
Simon Naluh