Campusnesia.co.id - Tiga mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB), Malang bernama Halifah Salsabila, Galuh Wahyu Karti’a, dan Fadhilah Al Mardhiyah berhasil mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar ramah lingkungan.
Ketiga mahasiswa tersebut melihat, pengolahan limbah plastik menjadi minyak bahan bakar dapat mengatasi kelangkaan energi berkelanjutan.
Karena hasil dari minyak pirolisis limbah plastik memiliki oktan yang cukup rendah, mereka menambahkan bioaditif dari ekstrak daun jeruk purut dalam proses pengolahannya agar mampu meningkatkan pembakaran bahan bakar dalam mesin dan meningkatkan nilai oktannya.
Menurut Wikipedia, Pirolisis adalah dekomposisi termokimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau pereaksi kimia lainnya,di mana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Pirolisis adalah kasus khusus termolisis. Pirolisis ekstrem, yang hanya meninggalkan karbon sebagai residu, disebut karbonisasi.
Untuk membuat bahan bakar tersebut, mereka mencampurkan minyak daun jeruk purut kurang dari 1% volume minyak pirolisis. Diketahui minyak daun jeruk purut sangat berpotensi menjadi zat aditif untuk bahan bakar minyak terutama RON 90 (Pertalite) dan RON 88 (Premium).
Pemanfaatan daun jeruk purut dalam proses pengolahan limbah plastik dilakukan karena daun tersebut memiliki banyak kandungan oksigen, sehingga dapat memaksimalkan proses pembakaran pada mesin. Hal ini berarti jumlah energi yang dihasilkan akan semakin besar, sehingga konsumsi bahan bakar pun akan semakin menurun.
Meskipun hasil penelitian ini masih relatif awal, namun potensi eksplorasi bahan alam sebagai bioaditif dan formulasi bioaditif dengan sumber bahan bakar minyak lainnya masih terbuka lebar, terlebih lagi di UB terdapat Institut Atsiri yang dapat membantu mahasiswa dan dosen untuk mengeksplor bioaditif lebih lanjut.
Ketiga mahasiswa ini berharap, dengan adanya penelitian ini dapat memberikan alternatif solusi dalam mengurangi tingginya jumlah limbah plastik di Indonesia menjadi produk yang layak dalam ketahanan energi nasional.
Tidak hanya itu, mengembangkan bahan bakar dari limbah juga akan membuka wawasan dan kekayaan alam Indonesia yang masih sangat bisa dikelola potensinya, serta mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 7 yakni energi bersih dan terjangkau.
sumber: energibaik.id