Campusnesia.co.id -- Mengingat masih rendahnya kesadaran masyarakat akan vaksin Covid-19, karena kurangnya pengetahuan tentang vaksinasi sendiri, masih banyak yang merasa takut karena efek samping yang “katanya” sakit ini. Padahal saat ini vaksin dari pemerintah yang telah didistribusikan bersifat gratis.
Ikut menggalakan program pemerintah tentang himbauan vaksin, Deputi pun akhirnya mewajibkan vaksinasi sebagai syarat tes SKD CPNS 2021, sekaligus sebagai upaya mencegah munculnya klaster baru dalam proses seleksi yang diikuti hingga 4 juta warga ini.
Syarat wajib vaksin ini diberlakukan untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali, dan penyesuaian dengan kondisi terkini untuk wilayah lain.
Vaksinasi
Vaksinasi merupakan tindakan medis yang bertujuan mencegah penyakit, bukan mengobati. Karena itulah vaksin sangat penting diberikan pada setiap orang sebelum terinfeksi penyakit tertentu. Vaksin menjadi senjata biologis yang digunakan untuk membantu sistem imun manusia melawan penyakit.
Cara kerja vaksin adalah dengan meniru terjadinya infeksi penyakit itu sendiri. Ketika vaksin disuntikkan atau diteteskan, sistem imun akan menganggap vaksin sebagai organisme asing yang akan menyerang tubuh.
Sistem imun akan mengirimkan sel khusus untuk memberantas vaksin. Dari sinilah, sistem imun kita akan mengingat atau membentuk memori atas kejadian tersebut. Hasilnya, sistem imun akan selalu bersiap atas serangan penyakit sebenarnya karena sudah mengingat organisme mana yang berbahaya dan perlu diberantas. Pemberian vaksin akan menurunkan risiko orang-orang terserang penyakit.
Jenis vaksin Covid-19 yang telah tersedia di Indonesia:
Sinovac
Vaksin dari perusahaan Tiongkok ini merupakan yang paling pertama tersedia di Indonesia dan telah diberikan dalam berbagai program vaksinasi pertama yang digulirkan Pemerintah.
Vaksin ini mengandung virus SARS-CoV-2 yang telah dimatikan dan telah melewati uji klinis fase III. Vaksin ini juga dinyatakan aman untuk anak-anak khususnya usia 12 sampai 18 tahun.
Dosis yang dianjurkan untuk pemberian vaksin jenis ini yaitu 2 dosis sebanyak 0.5 mililiter (ml) per dosisnya dengan jarak pemberian 14 hingga 28 hari. Di Indonesia efikasi untuk vaksin ini sebesar 65,3%.
Efek samping yang disebabkan oleh vaksin ini tergolong ringan. Contohnya, nyeri pada area yang telah disuntik, nyeri otot, dan sakit kepala. Namun, ada juga yang merasakan lelah, mual, sampai muntah.
AstraZeneca
Jenis vaksin covid berikutnya yaitu AstraZeneca yang merupakan vaksin dari Inggris. Vaksin ini diketahui mengandung virus hasil rekayasa genetika dan virus flu yang tidak berbahaya.
Berdasarkan hasil pengujian, vasin ini memiliki efikasi mencapai 76% dalam satu kali suntikan. Untuk dosis yang dianjurkan dalam pemberian vaksin ini yaitu dua dosis sebanyak 0.5 ml per dosis dengan jarak empat sampai 12 minggu. Vaksin ini cocok diberikan untuk rentang usia di atas 18 tahun hingga diatas 55 tahun.
Vaksin Astrazeneca telah mendapatkan EUA dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 22 Februari 2021 dengan nomor EUA2158100143A1. Selain itu, jenis ini juga diklaim ampuh melawan virus Corona varian Delta dan Kappa.
Efek samping yang biasanya dirasakan yaitu nyeri otot, kemerahan, gatal, bengkak pada tempat yang disuntik, demam, lelah, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, radang tenggorokan, flu dan batuk.
Kurang dari 1% penerimanya merasakan pusing, nafsu makan berkurang, sakit perut, pembengkakan kelenjar getah bening, produksi kulit berlebih, kulit terasa gatal, dan munculnya ruam.
Sinopharm
Sinopharm juga telah mendapatkan izin penggunaan darurat untuk dipakai di Indonesia. Vaksin ini produksi perusahaan farmasi Tiongkok dengan karakter yang mirip dengan Sinovac, dan juga memiliki kandungan virus corona yang sudah dimatikan.
Untuk penggunaannya, dua dosis dengan jumlah sebanyak 0.5 ml per dosis yang diberikan dengan jarak 21 hari. Di Uni Emirat Arab efikasi vaksin ini sudah mencapai angka 79,34%. Vaksin covid yang bagus ini bisa diberikan kepada mereka yang berusia 18 sampai 85 tahun.
Sejauh ini diketahui pemberian vaksin ini aman dengan efek samping yang cukup ringan, seperti rasa sakit pada area yang disuntik, ruam, pusing, tegang otot, demam, mual, dan muntah-muntah. Vaksin ini sudah masuk ke Indonesia sejak akhir April 2021.
Moderna
Moderna adalah vaksin berbasis messenger RNA (mRNA) yang pertama kali dipakai di Indonesia. Jenis vaksin ini tidak menggunakan virus yang dilemahkan, melainkan memanfaatkan komponen materi genetik yang direkayasa.
Moderna diproduksi oleh Moderna Incorporation AS, diklaim ampuh melawan varian Delta, Kappa dan Gamma. Vaksin ini sudah mendapatkan izin darurat penggunaan dari Amerika Serikat dan telah selesai melewati uji klinis fase III. Sebanyak tiga juta dosis bantuan dari Amerika Serikat telah tiba di Indonesia pada 11 Juli lalu.
Moderna diketahui bisa diberikan untuk usia lebih dari 18 tahun sampai di atas 55 tahun, dengan dosis pemberian sama dengan vaksin lainnya yakni dua dosis sebanyak 0.5 ml per dosis dan jarak pemberian 28 hari. Selain itu, vaksin ini dinilai aman untuk orang dengan komorbid alias penyekit penyerta.
Efek samping yang dirasakan setelah menggunakan vaksin ini diantaranya rasa lelah, sakit kepala, nyeri oto dan sendi. Namun, efek samping tersebut akan segera hilang maksimal 2 hari. Ada juga efek samping lain seperti nyeri pada bagian yang disuntik, bengkak, dan kemerahan.
Pfizer
Pfizer adalah vaksin berbasis RNA (RNA) dan paling banyak dipakai di AS serta Eropa. Efektivitasnya dinilai sangat tinggi sehingga sempat amat diminati oleh berbagai negara di dunia.
Vaksin ini diketahui bisa diberikan untuk mereka yang berusia diatas 16 sampai diatas 55 tahun sebanyak dua dosis dengan jumlah 0.3 ml per dosis dan jarak 3 minggu. Efek samping yang ditimbulkan oleh vaksin ini sama dengan vaksin Moderna.
Novavax
Novavax adalah vaksin berbasis protein sub-unit buatan perusahaan kesehatan di AS. Vaksin ini mengandung antigen protein yang dimurnikan dan tidak dapat bereplikasi, serta tidak bisa menyebabkan infeksi Covid-19.
Vaksin ini bisa diberikan kepada mereka yang berusia 18 sampai 59 tahun dengan dua dosis yang berjumlah 0.5 ml per dosis dan berjarak 21 hari.
Pada uji klinis pertama dan kedua diketahui efek samping yang ditimbulkan yaitu sakit pada bagian yang disuntik, ruam, pusing, tegang oto, demam, mual, dan muntah.