Campusnesia.co.id - Dunia memang selalu memaksa kita untuk terus bergerak maju dalam situasi dan kondisi apapun. Hal ini menandakan bahwa kita dituntut untuk mampu bertahan, tanpa melihat seberapa jauh kemampuan kita dalam menghadapi dunia tersebut.
Era digital dan Pandemi Covid-19 menjadi tantangan nyata yang kita hadapi saat ini, hal tersebut tentu saja tidak terlepas dari adanya perubahan yang signifikan pada beberapa sektor kehidupan seperti pendidikan, budaya, politik, atau bahkan ekonomi.
Dalam menyikapi problematika tersebut, Griya Peradaban mencoba memberikan ruang kepada anak muda untuk mampu adaptif dalam menghadapi era tersebut melaui diskusi kewirausahaan yang membahas tentang peluang usaha anak muda di era digital dan pandemi.
Diskusi yang dilaksanakan pada Sabtu (14/8/2021) ini mendatangkan dua pemateri yang sangat luar biasa, yaitu Nurul Khasanah (Duta Santripreneurship) dan Vania Indi Dhea (Mentor Griya Peradaban).
Diskusi yang dimoderatori oleh salah satu Alumni Kuliah Alternatif, Syaichu Zakaria ini dimulai dengan mengangkat topik yang berkaitan dengan cara bagaimana anak muda mampu membaca peluang usaha di era digital dan pandemi.
Diskusi pertama pada sesi keenam ini dibawakan oleh Nurul Khasanah selaku Duta Santripreneurship sekaligus mentor Griya Peradaban. Pada awal diskusi, ia menyampaikan tekait perlunya perubahan perspektif yang dimiliki manusia tentang kewirausahaan.
“Kewirausahaan bukan sebuah pekerjaan, melainkan sebuag usaha atau cara seseorang untuk terus berpikir mandiri dan terus menerus” kata Nurul.
Ia juga menambahkan bahwa perubahan perspektif yang dimiliki manusia tentang kewirausaan mampu memberikan dampak yang signifikan bagi semangat manusia itu sendiri dalam berwirausaha.
Perempuan yang juga merupakan Crew Dedikasi Fotografi ini kemudian menyampaikan terkait persentase seseorang dalam menjadi entrepreneur. Ia mengatakan bahwa 15% seseorang menjadi entrepreneur disebabkan garis keturunan, 25% karena keterpaksaaan, dan 60% karena adanya keyakinan dan kemauan yang dimiliki orang tersebut.
Kemudian, perempuan dengan segudang prestasi ini menjelaskan terkait alternatif bisnis yang bisa dilakukan di era pandemi dan digital. Alternatif bisnis yang bisa dilakukan, diantaranya adalah kuliner unik, jasa pengiriman barang, e-payment, dan e-Commerce. Sedangkan untuk alternatif bisnis di era digital diantaranya adalah bisnis dropship, penyewaan perlengkapan multimedia, dan pembuatan website.
Pada akhir sesi, perempuan yang juga pernah menjadi Duta Pelajar Putri Kendal ini menyampaikan terkait kiat-kiat dalam memulai bisnis ala anak muda. Dua diantara kiat-kiat tersebut adalah percaya pada kemampuan diri sendiri dan berani untuk mengambil tawaran serta risiko.
“Kita harus menanamkan dalam benak kita bahwa kita bisa, kita juga harus buktikan bahwa tawaran dan risiko yang kita hadapi adalah bentuk awal kita dalam melangkah” kata Nurul.
Diskusi berlanjut pada materi kedua yang dibawakan oleh Vania Indy Dhea. Matei kedua ini sedikit berbeda dengan materi pertama, pada materi kedua ini lebih menekankan pada Enterpreneural Thinking atau hal-hal apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha.
Perempuan yang pernah menjadi Juara Duta Wisata Kabupaten Kendal ini memulai diskusinya dengan mengenalkan konsep entepreneurship dan bagaimana seorang entrepreneur dapat memiliki jiwa kewirausaan dalam dirinya. Menurutnya, mental usaha dapat terbentuk melalui empat hal, yaitu belajar, berlatih, bertindak, dan sukses berkelanjutan.
Pada akhir sesi, perempuan yang juga merupakan Mentor Griya Peradaban ini menyampaikan bahwa mimpi saja tidak cukup untuk menjadi seorang pengusaha, tapi juga dibutuhkan tindakan nyata dalam mewujudkan hal tersebut. “Pengusaha sejati adalah pelaku, bukan pemimpi” ujar Vania.
Penulis: Alfiana F