Campusnesia.co.id - Griya Peradaban kembali adakan diskusi sesi ketiga pada Kuliah Alternatif II (Sabtu, 24 Juli 2021). Tema yang diangakat pada diskusi tersebut adalah tentang pentingnya Spiritual Quotient (SQ) dan Emotional Quotient (EQ) dalam kehidupan manusia.
Tsamrotul Izzah selaku aktivis Griya Peradaban yang juga berperan sebagai host, telah sukses dalam memimpin jalannya acara tersebut dari awal sampai akhir.
Acara dimulai dengan sambutan yang dibawakan oleh salah satu aktivis Griya Peradaban, Nailu Rohmatika. Ia mengatakan bahwa melalui Kuliah Alternatif, setiap peserta dapat saling menjalin relasi dan berkolaborasi satu sama lain.
“Mengacu pada Kuliah Alternatif Angkatan pertama, dimana pesertanya mampu menjalin relasi dan berkolaborasi dengan baik. Saya yakin, hal tersebut juga dapat dilakukan oleh para peserta dari Angkatan kedua” ujar Nailu.
Materi yang dibahas dalam diskusi sesi ketiga ini juga tidak kalah seru dari sesi sebelumnya. Jika sesi sebelumnya lebih membahas tentang self improvement dan leadership, diskusi pada sesi ketiga ini lebih banyak membahas tentang pentingnya Spiritual Quotient (SQ) dan Emotional Quotient (EQ) dalam kehidupan manusia. Kedua materi tersebut tentu saja disampaikan oleh dua narasumber yang memang ahli dalam bidang tersebut.
Materi pertama dibawakan oleh salah satu mentor Griya Peradaban, Mahmud Yunus Musthofa. Ia lebih menekankan pada pembahasan terkait Spiritual Quation (SQ). Ia mengatakan bahwa Spiritual Quotient (SQ) merupakan suatu kecerdasan yang berguna untuk menemukan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan makna serta mampu untuk menggerakkan kecerdasan lain yang dimiliki manusia.
“Dengan mengoptimalkan kecerdasan spiritual yang dimiliki manusia, manusia tersebut akan mampu mengerahkan kecerdasan lain yang dimilikinya” kata Mahmud.
Pria yang pernah menjadi Genre Ambassador Semarang 2019 ini juga menyampaikan bahwa kecerdasan spiritual sangat penting untuk dikembangkan pada diri setiap individu. Hal tersebut dikarenakan banyaknya manusia yang lebih mementingkan Intelegence Quotient (IQ) daripada Spiritual Quotient (SQ). Alhasil, jiwa kemanusiaan dan kepekaannya terhadap realita sosial kurang diperhatikan.
Setelah asyik dengan materi pertama, acara berlanjut pada materi kedua yang di bawakan oleh Founder Global Empowerment Steps, Kintansari Adhyna. Materi yang membahas tentang Emotional Quotient (EQ) ini lebih menekankan pada Design Thinking, yaitu suatu kondisi dimana manusia mampu mengubah pemikiran dari Lower Order Thinking (LOT) menjadi Higher Order Thinking (HOT).
“Design Thinking itu perlu kita bahas karena di dalanya menjelaskan bagaimana kita mampu mengubah pola pikir kita dari Lower Order Thinking (LOT) menjadi Higher Order Thinking (HOT)” kata Kintan.
Selain itu, wanita yang pernah menjadi Duta Muda Asean Indonesia 2019 ini juga menjelaskan terkait Properthic Leadership. Ia mengatakan bahwa Properthic Leadership ini dapat tersusun atas tiga komponen, yaitu humanization, liberation, dan transcendence.
Humanzation merupakan suatu Tindakan yang mengarah pada nilai-nilai kemanusiaan, liberation lebih mengarah pada pembebasan, dan transcendence mengarah pada kemampuan yang dimiliki manusia itu sendiri.
Ia juga menyampaikan bahwa dalam menggapai kunci sukses, persentase mindse seseorang lebih besar daripada persentase kecerdasan inetelektual orang itu sendiri.
“Dalam menggapai kesuksesan, yang lebih penting adalah bagaimana kita mampu mengatur mindset kita dalam memandang suatu permasalahan, bukan bergantung pada seberapa besar kecerdasan intelektual yang kita miiliki ” kata Kintan.
Penulis: Feby Alfiana