Campusnesia.co.id - Era
digital membawa hal-hal baru dalam perkembangan karya sastra Indonesia.
Keberadaan berbagai karya di internet ini memunculkan satu perkembangan genre
baru sastra yang dikenal sebagai sastra cyber.
Perkembangan teknologi yang semakin maju akan membantu memudahkan
penyebarluasan karya sastra di masa yang akan datang menurut Sapardi Djoko
Damono (1999:142).
Oleh karena itu, internet atau media sosial sebagai sarana
publikasi sastra sudah bukan hal baru karena di masa yang akan datang, tidak
mungkin semua karya sastra dapat disebarluaskan dalam bentuk buku terlebih
dengan adanya perkembangan teknologi yang pesat.
Beragam
tanggapan di Indonesia muncul atas adanya cyber
sastra. Pihak yang melihat secara positif berargumen bahwa media cyber dapat memudahkan dan memperluas
akses untuk mengapresiasi karya sastra Indonesia hingga ke masyarakat seluruh
dunia.
Sementara itu, tanggapan negatif melihat cyber terlalu bebas karena tidak adanya proses seleksi sehingga
semua karya yang bagus dan tidak bisa muncul di situs tersebut sehingga
kualitasnya tidak jelas.
Bahkan ada yang secara kasar menyebut situs ini
sebagai “tong sampah” karena memiliki karya-karya yang tidak dimuat di media
cetak. Karya-karya dari para penulis pemula akhirnya disandingkan dengan karya
dari para sastrawan yang sudah mapan sehingga membuat kualitas dari penulis cyber sastra yang bebas masih
dipertanyakan.
Terlepas dengan pro-kontra terhadap munculnya sastra cyber,
media internet ataupun media sosial yang dimanfaatkan sebagai media publikasi
karya banyak direspon oleh masyarakat. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah
masyarakat yang memakai atau berkunjung ke berbagai situs media sosial salah
satunya adalah facebook.
Facebook
awalnya diciptakan sebagai media untuk bersosialisasi secara tidak langsung,
tanpa mengenal batas geografis maupun status sosial. Seiring berjalannya waktu,
facebook dijadikan sebagai media
untuk mengapresiasi karya sastra, hal ini dilakukan untuk mengakomodasi
keinginan masyarakat.
Facebok dapat
dimanfaatkan oleh penulis-penulis baru yang diawali dari menulis status-status
motivasi, kata-kata bijak, ataupun cerita-cerita. Dari status yang ditulis di facebook inilah yang kemudian
memunculkan istilah fiksimini karena kuota yang tersedia tidak lebih dari 140
karakter, seperti bentuk cerpen (cerita pendek) singkat atau cerbung (cerita
bersambung).
Daftar Pustaka:
- Santoso,
Teguh. 2012. “Sastra Cyber”. (Online). (https://aceh.tribunnews.com/2012/01/29/
sastra-cyber). Diakses pada tanggal 23 Mei 2021.
Damono, Sapardi Djoko. 1999. Politik Ideologi dan Sastra Hibrida. Jakarta : Pustaka Firdaus.
Penulis: Rosi Indah Puspitasari
Editor: Ika Shintya
** Artikel ini merupakan bagian dari program Magang Online Campusnesia season 2
** Artikel ini merupakan bagian dari program Magang Online Campusnesia season 2