Campusnesia.co.id -- Di sebuah desa bernama Desa Sendangguwo, Kelurahan Gemah, Kecamatan Tembalang, Semarang. Terdapat sebuah legenda mengenai asal-usul nama daerah Sendangguwo, cerita sejarah mengenai sebuah tapak petilasan Sunan Kalijaga dan juga makam seorang muridnya yang bernama Nyai Rebon, yang konon katanya berasal dari Cirebon.
Berbagai kisah dan cerita mistis menyelimuti Desa Sendangguwo ini, kisah itulah yang menambah khazanah budaya dari masyarakat setempat sehingga banyak sekali hal yang dapat diulas daro fenomena tersebut.
Berbagai kisah tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan kesenian tradisioanal masyarakatnya, sehingga cerita-cerita tersebut memberikan kesan khas kearifan masyarakat lokal yang masih mengembangkan dan mempercayai cerita serta mitos yang ada, dan menghormatinya dalam bentuk mengembangkan kesenian untuk mengingat legenda tersebut.
Sendangguwo
Pada dasarnya, ‘sendang’ dan ‘guwo’ berasal dari bahasa Jawa yang berarti ‘kubangan air’ dan ‘goa’ dalam Bahasa Indonesia. Dari sini, kita dapat mengetahui bahwa desa ini diberi nama demikian, karena terdapat sebuah sendang dan guwo yang berlokasi di daerah tersebut.
Lokasi sendang dan goa ini terbilang cukup berdekatan, sehingga kemudian masyarakat menyebut daerah ini sebagai Sendangguwo.
Menurut penuturan Mbah Slamet, lokasi sendang dan goa ini dianggap keramat karena masyarakat sekitar percaya bahwa di sendang dan goa tersebut terdapat sosok ghaib yang menjaga tempat tersebut.
Maka, pada jaman dahulu masyarakat sudah tidak berani mengambil air di sendang setelah waktu maghrib, karena dianggap akan mendatangkan masalah dan juga ketakutan warga jika melihat atau mengalami sesuatu yang tidak diinginkan dan berkaitan dengan hal-hal ghaib.
Gamelan Ghaib
Terdapat cerita lain yang cukup terkenal dikawasan Sendangguwo ini, yaitu gamelan ghaib. Gamelan ghaib ini berlokasi di goa. Konon, pada jaman dahulu gamelan ini digunakan ketika ada masyarakat yang memiliki hajat pernikahan, khitanan, atau yang lainnya.
Gamelan ghaib ini digunakan untuk meramaikan acara si pemilik hajat tersebut. Melalui informasi yang diberikan oleh Mbah Slamet, Cara mengambil gamelan ini adalah dengan mendatangi goa, memberikan sesaji dan juga persembahan, kemudian melakukan upacara dan ritual tertentu serta memanjatkan doa di goa tersebut.
Konon, gamelan ini akan muncul dengan sendirinya dibibir goa sehingga nantinya sipemilik hajat dapat mengambil gamela tersebut untuk ia gunakan dalam acara hajatnya.
Sunan Kalijaga
Ditempat ini pula, beliau mengatakan bahwa terdapat sebuah cerita yaitu mengenai tapak tilas Sunan Kalijaga di Desa Sendangguwo ini. Dipercaya bahwa, Sunan Kalijaga pernah melakukan pertapaan atau bertapa di Desa ini, tepatnya di atas goa yang dijadikan sumber nama desa ini.
Dikisahkan, bahwa sunan kalijaga membawa seorang muridnya yang bernama Nyai Rebon yang berasal dari cirebon untuk melakukan pertapaan dan menetap selama beberapa waktu di desa ini.
Sunan Kalijaga bertapa tepat di atas goa, yang mana pertapaan ini sudah berbentuk sebagai punden dan sudah dikeramatkan atau diberi batas agar tidak sembarang orang bisa masuk ke daerah bekas sunan kalijaga bertapa ini. Masyarakat sangat menghargai tempat ini sebagai peninggalan sejarah yang perlu dijaga dan dirawat agar tidak rusak termakan oleh jaman.
Kesenian Tradisional Masyarakat
Dengan banyaknya legenda, cerita, kisah serta mitos yang beredar dalam masyarakat Sendangguwo ini, tentunya menambha khazanah serta kajian kajian kebudayaan masyarakat lokal yang ada. Masyarakat sangat menghargai berbagai cerita rakyat yang berekembang di daerah mereka tinggal.
Masyarakat juga menjaga serta merawat tampat-tempat yang dianggap memliki kisah penting pada masa lampau tersebut. Untuk menghargai tempat serta melestarikan budaya, setiap malam jumat diadakan pengajian khusus untuk pria di lokasi dekat punden tersebut.
Selain itu, setiap malam satu suro masyarakat juga mengadakan doa dan makan bersama tepat dimana punden itu berada. Hal itu dilakukan untuk dilakukan untuk selalu mengenang jasa Sunan Kalijaga yang telah menyebarkan agama islam di seluruh penjuru tanah jawa.
Pada saat makan bersama tersebut, masyrakat mengadakan potong kambing untuk dimasak dan dimakan bersama-sama. Serta dalam kegiatan ini, juga selalu dibarengi dengan menggelar pertunjukan wayang yang menceritakan tentang bagaimana Sunan Kalijaga menyebarkan agama islam di tanah jawa.
Kegiatan seperti ini, tidak hanya bermanfaat untuk meletarikan tradisi yang ada, tetapi juga untuk menyatukan dan mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan yang ada di Desa Sendangguwo ini.
Kegiatan seperti ini sebenarnya sudah cukup sulit ditemukan di kota besar seperti kota Semarang ini. Sebagian besar masyarakat sudah meninggalkan kegiatan seperti ini, tapi lain halnya dengan masyarakat sendangguwo yang masih melanjutkan dan melestarikan budaya dan kearifan lokal yang mereka miliki. Kegiatan seperti ini sebenarnya memiliki banyak sekali manfaat namun sangat jarang dikembangkan pada masa kini.
Penulis: Erlita Purnomo
** Artikel ini merupakan bagian dari program Magang Online Campusnesia season 2