Campusnesia.co.id - Masifnya peggunaan media sosial di kalangan masyarakat, tentu sangat berpengaruh pada kultur masyarakat tersebut dalam berkomunikasi. Misalnya saja seperti interview, sebelum masifnya penggunaan media sosial di masyarakat, interview banyak dilakukan secara langsung (tatap muka) antara yang menginterview dengan yang diinterview. Hal tersebut juga semakin banyak dilakukan seiring dengan diterapkannya Work From Home (WFH).
Sabtu (31/7/2021) Griya Peradaban kembali mengadakan diskusi pada Kuliah Alternatif II. Tema diskusi pada sesi ini sedikit berbeda dengan sesi-sesi sebelumnya. Jika tema sebelumnya membahas tentang Emotional dan Spiritual Quotient, pada sesi keempat ini tema yang diangkat adalah tentang Communication Skill.
Acara yang dikomandoi oleh Nailu Rohmatika (Aktivis Griya Peradaban) ini, mendatangkan dua pembicara yang sangat luar biasa. Yaitu Brelyantika Indra Jesa selaku Founder Panti Carita dan Dani Akhyar selaku Head of Community Development & CSR, Smartfren Telecom.
Brelyantika yang dalam hal ini menjadi pembicara pertama, banyak membicarakan tentang bagaimana masyarakat Indonesia mampu cerdas dan bijak dalam menggunakan media sosial.
Pada awal diskusi, perempuan yang akrab dipanggil Tika ini banyak membicarakan tentang perbedaan antara jejaring sosial dengan media sosial. Ia mengatakan bahwa terdapat perbedaan mendasar antar keduanya.
“Media sosial itu adalah induknya jejaring sosial, sementara jejaring sosial itu adalah cabang dari media sosial” ujar Tika.
Kemudian, perempuan yang pernah dinobatkan sebagai Duta Bahasa Jeteng ini menjelaskan terkait pentingnya bahasa dalam berkomunikasi. Ia juga mengatakan bahwa kunci tercapainya komunikasi yang baik adalah dengan bahasa yang baik pula. Selain itu, ia juga menyampaikan tentang pentingnya menyampaikan informasi yang baik dalam bermedia sosial.
“Mulai dari sekarang, kita harus branding media sosial kita dengan membagikan hal-hal yang positif” kata Tika.
Selain cantik, perempuan kelahiran Jepara ini juga kaya akan prestasi. Prestasi tersebut diantaranya adalah Juara III lomba Duta Genre Kota Bandung 2018, Juara III Duta Wisata Jepara 2018, Juara I duta Bahasa Jateng 2019, dan beberapa prestasi lain yang tentunya sangat luar biasa. Tidak hanya itu, saat ini ia telah diterima dalam program beasiswa Erasmus yang akan mengantarkannya di empat negara Eropa.
Sedikit berbeda dengan materi pertama, pada materi kedua dalam sesi keempat ini lebih banyak membicarakan tentang teori komunikasi dan teknik negosiasi. Dani Akhyar yang dalam hal ini menjadi pembicara pada materi tersebut, memulai diskusinya dengan memaparkan fobia-fobia yang banyak dialami oleh setiap orang, salah satunya adalah fobia berbicara di depan umum.
Pria yang saat ini sedang menempuh pendidikan S-3 nya di Universitas Indonesia ini, kemudian menjelaskan tentang teori komunikasi yang efektif. Ia mengatakan bahwa setidaknya terdapat dua teori yang dinilai efektif dalam berkomunikasi, yaitu Model Komunikasi Lasswell dan teori Komunikasi Albert Mehrabian.
Model komunikasi Lasswel sendiri merupakan model komunikasi yang didaamnya mengandung unsur-unsur tertentu seperti siapa, berbicara apa, menggunakan media apa, kepada siapa, dan feedbacknya apa.
Sedangkan teori komunikasi Albert Mehrabian lebih menekankan pada persentase dalam berkomunikasi, teori tersebut mengatakan bahwa persentase terbesar dalam berkomunikasi terletak pada body language, dan sisanya terdapat pada intonasi dan kata yang diucapkan.
Pada akhir sesi, ia mengatakan bahwa dalam komunikasi yang baik dan efektif, sangat dibutuhkan penguasaan terhadap body language itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan 80 % bahasa manusia dikeluarkan melalui body language.
“Hal terpenting dalam komunikasi adalah mendengar apa yang tidak dikatakan” ujar Dani.
Penulis: Alfiana F