Campusnesia.co.id - Tidak banyak orang yang bisa memaksimalkan waktu, tenaga dan pikirannya di masa muda. Selain harus kerja lebih ekstra dan disiplin waktu juga harus merelakan sebagian waktu bersenang-senang layaknya remaja lainnya.
Kali ini kita akan belajar dan menggali inspirasi dari salah satu pemuda yang mampu memaksimalkan potensinya di usia yang masih muda. Namanya Dr. Wildan Hefni, S.H, M.A pria kelahiran Sumenep ini berhasil meraih gelar Doktor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saat usianya masih terbilang sangat muda, yakni 29 tahun.
Wildan Hefni mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep (2006-2009) dengan menyelesaikan tingkat SLTA di Madrasah Aliyah Tahfidh (MAT) Annuqayah.
Setelah itu, Wildan Hefni melanjutkan pendidikan sarjana pada tahun 2009 di Fakultas Syariah Institut Islam Negeri (IAIN) yang saat ini sudah menjadi UIN Walisongo Semarang. Wildan Hefni berkuliah dengan berhasil mendapatkan Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementerian Agama RI.
Tidak sampai disitu saja, pada tahun 2013 Wildam Hefni lulus dengan predikat cumlaude, dengan IPK nyaris sempurna yakni 3.98 dan sekaligus juga berhasil mendapatkan penghargaan sebagai wisudawan terbaik.
Adanya semangat belajar yang tinggi, pada tahun 2015, Wildan Hefni melanjutkan pendidikan Magister di Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan beasiswa dari Kementerian Agama RI, dan selesai pada tahun 2017 dengan predikat cumlaude dan lagi-lagi berhasil menjadi wisudawan terbaik.
Pada tahun 2017, melanjutkan studi pada program Doktor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan lulus dengan predikat cumlaude pada tahun 2021. Adapun, disertasinya membahas mengenai “Fikih Moderta Hermeneutika Wasatiyah dalam Pemikiran Khaled Abou El Fadl dan Mohammad Hashim Kamali.”
Capaian prestasi Wildan Hefni yang juga Direktur Rumah Moderasi Beragama IAIN Jember tidak digapai dengan cara yang mudah, dia menuturkan “Saat saya memulai kuliah di UIN Walisongo Semarang, saya juga melanjutkan tradisi itu. Aktifitas saya sama seperti mahasiswa yang lain. Siang hari mengikuti perkuliahan, dan malam hari berada di pesantren Darun Najah Jrakah Semarang dengan mengikuti aktifitas di pesantren, ngaji kitab. Tapi, saya tetap menargetkan untuk membaca satu buku dalam satu minggu. Dari kebiasaan membaca itu, kemudian saya terbiasa menulis. Biasanya pagi hari setelah subuh, saya menulis satu artikel ilmiah berupa opini dan dikirim ke media (koran).”
Atas kerja keras dan semangat yang tinggi, Wildan Hefni yang juga Dosen Fakultas Syariah IAIN Jember , pada tahun 2012 berhasil mendapatkan penghargaan Menteri Agama RI pada Apresiasi Pendidikan Islam dalam rangka Hari Amal Bhakti (HAB) Kementerian Agama RI ke 66 kategori mahasiswa santri produktif menulis lebih dari 150 opini di media massa (selama menjadi mahasiswa S1) dan prestasi IPK 4.0 berturut-turut selama 7 semester.
Menjadi seorang akademisi tentunya harus memiliki kemampuan dalam berbicara dan menulis dalam bahasa Internasional. “Belajar bahasa sejak di Pesantren, saya tiga tahun tinggal di kompleks Bahasa Arab di pesantren Annuqayah. Jadi, obrolan tiap hari selama di pesantren menggunakan bahasa Arab. Tidak berhenti pada bahasa Arab, tapi disaat liburan pesantren, saya kursus bahasa Inggris di Pare.” Ungkap Widal Hefni yang juga Mentor di Griya Peradaban.
Dengan bekal penguasaan bahasa yang baik, pada tahun 2011, Wildan Hefni berhasil mendapat Juara I Debat Ilmiah Bahasa Arab tingkat Nasional di Universitas Indonesia (UI) Depok. Pada tahun 2009 menjadi Juara II Debat Ilmiah Bahasa Arab se Jawa–Madura di IAIN Walisongo Semarang, dan pada tahun 2010 menjadi Juara II Debat Ilmiah Bahasa Arab tingkat Nasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menariknya lagi, Wildan Hefni juga pernah mengikuti short course pembelajaran bahasa Arab di International Islamic University Malaysia pada tahun 2012.
Dalam menjalankan rutinitas kehidupannya, yang disibukkan dengan semangat menuntut dan menambah ilmu. Wildan Hefni menceritakan, bahwasanya semua itu ia jalani dengan tenang dan mengalir mengikuti alur kehidupan saja. Tidak berhenti dalam membaca dan menulis merupakan kunci dari diraihnya Doktor di usia yang masih sangat muda.
Ungkapan syukur dan nikmat Wildan Hefni ungkapkan atas semua capaian atas kerja kerasnya selama ini, “Alhamdulillah, dalam usia 29 tahun saya bisa menyelesaikan program doktor. Dari tingkat S1 hingga S2, saya mendapatkan beasiswa dan tidak membebani orang tua.
Tidak ada yang tidak mungkin. Saya terus bertekad untuk memperluas dan meningkatkan cakrawala berfikir, dengan cari diskusi, belajar, menulis, dan membaca. Perjalanan menuntut ilmu itu sangat membahagiakan, terlebih saya bisa menikmati pendidikan di kampus nomor satu di Australia, yaitu Australian National Univeristy (ANU) yang berada di Ibu Kota Australia selama satu tahun.”
Wildan Hefni berpesan kepada pemuda dan pemudi Indonesia untuk terus bergerak dan jagan pernah berhenti untuk belajar. Menjadi pemuda harus kreatif dan juga inovatif.
Penulis:
Afifatul Munawiroh
Pembelajar di Griya Peradaban
Pembelajar di Griya Peradaban