Campusnesia.co.id - Hari ini redaksi Campusnesia mendapat kiriman makanan dari teman-teman FIM Oye Semarang karena beberapa waktu yang lalu kolaborasi dalam sebuah acara diskusi live IG Tv dengan tema seputar dunia kepenulisan. Merasa unik dan inspiratif sekalian dijadikan konten saja kali ya kiriman cemilanya.
Seperti pada foto tumbnail di atas, nama produknya TORAKUR kepanjangan dari Tomat Rasa Kurma dengan tagline sebagai oleh-oleh khas bandungan yang manis, lezat dan enak.
Bentuknya memang layaknya kurma, tekstur kulitnya juga mirip namun lebih solid dibanding kurma asli, penasaran dengan rasanya saya ambil sebuah dan menggigitnya dengan hati-hati khawatir bakal kena bijinya. Saya lupa kalau ini bukan buah kurma sebenarnya, jadi tak ada biji di dalamnya, tingkat kekenyalannya pas, hampir mirip kurma yang belu terlalu matang, manisnya juga pas kayak kamu..iya kamu..namun tak semanis kurma asli, bagi saya yang tidak terlalu suka manis, rasa pada setiap kunyahannya tak berlebihan.
Uniknya, rasa asli tomat yang identik dengan asem atau kecut walau sudah berwarna merah nyaris hilang tertutup oleh rasa manis yang saya yakin berasal dari gula.
Makin penasaran saya coba cari informasi lebih lanjut tentang produk Torakur yang ternyata nama brandnya Bu Ngesti.
Dicetuskan oleh Ibu Sri Ngestiwati sejak tahun 2002 ketika terdapat kelebihan stok tomat karena panen yang berlimpah hingga membuat harga tomat anjlok di pasaran hingga ke titik Rp250-Rp500.
Tomat yang berlimpah tersebut apabila tidak diolah maka akan segera membusuk sehingga muncul ide mengolah tomat agar lebih awet. Akhirnya diolah menjadi manisan menyerupai kurma dari bentuk hingga rasanya. Selain menjadi rasa kurma, tomat juga diolah menjadi dodol. Olahan tersebut dapat awet hingga enam bulan. (Sarihusada.co.id)
Keren sekali sih, hal yang sering terfikirkan dibenak penulis ketika membaca berita ada petani yang terpaksa membuang hasil panennya karena harga komoditi yang anjlok saat panen. Seperti diberitakan Tribunnews.com Agutus 2020 lalu, "Kecewa Harga Tomat Cuma Rp 300 per Kg, Petani Pagaralam Sengaja Buang Hasil Panen di Jalan".
Andai setiap daerah penghasil komoditi ada kelompok tani yang menampung dan mengolah hasil panen dalam bentuk produk olahan, pasti dapat menjaga harga jual tetap stabil dan punya daya tawar di depan para tengkulak dan spekulan.
Masih dari laman Sarihusada.co.id saya coba mencari tahu cara pembuatan Torakur ternyata tidak sesederhana yang saya bayangkan, dimulai dengan meyiapkan bahan yang terdiri dari 5 kg buah tomat, 1 kg gula dan 1 sdt air kapur untuk merendam secukupnya.
Cara membuatnya dimulai dengan buah tomat dicuci bersih buah ujung tungkai atasnya dan bawahnya bolongi dengan garpu dan buang biji dan isi tomatnya. Buat lubang di permukaan tomat dengan garpu sampai membentuk pori-pori. Masukkan gula pasir ke dalam rebusan tomat. Aduk hingga merata seluruh gula pasir hingga mencair dan tomat menjadi layu.
Tiriskan rebusan tomat dan gula, Jemur rebusan tomat yang sudah ditiriskan sampai kering kondisikan proses penjemuran steril, bebas debu, lalat, dan serangga. Jika sudah kering, bentuk tomat menyerupai kurma jangan lupa gunakan sarung tangan, Setelah terbentuk menyerupai kurma, kemudian lakukan pengemasan dan Torakur siap dipasarkan.
Sebagai tambahan informasi, tomat mengandung senyawa yang dapat menghambat oksidasi pada tahap progresi dalam karsinogenesis (proses pertumbuhan kanker). Senyawa di dalam tomat yang diduga berperan dalam menghambat pertumbuhan sel kanker seperti kanker endometrial, payudara, dan paru-paru adalah senyawa lycopene. Kandungan lycopene dalam 100 gram buah tomat mentah rata-rata mencapai 3-5 gram.
Menurut FAO-WHO, mengonsumsi buah tomat sebaiknya dimasak terlebih dahulu. Lycopene tidak rusak selama pemanasan, justru meningkat hingga 10 kali lipat ketika tomat dimasak sebagai saus atau pasta.
Jadi, jangan lupa jika sedang traveling ke daerah Bandungan Kabupaten Semarang jawa tengah pastikan membeli oleh-oleh Torakur, gak harus nunggu bulan puasa, karena ini bukan kurma sebenarnya. Selamat mencicipi.
Penulis: Nandar