Campusnesia.co.id - Tembalang sebagai sebuah daerah mendapat berkah geliat ekonomi dengan keberadaan kampus-kampus besar yang ada di dalam dan sekitarnya, sebut saja Undip, Polines, Unpand dan Poltekkes.
Empat kampus ini menyumbang puluhan ribu pendatang ke daerah tembalang. Jika dilihat dari perspektif ekonomi, Tembalang adalah lokasi ideal untuk mejalankan sebuah bisnis, bahasa sederhananya Jualan, apapun produk dan jasa yang hendak dijual, asal dibutuhkan mahasiswa hampir bisa dipastikan laku.
Peluang ini rupanya dilihat dan dimanfaatkan dengan baik oleh para pedagang kaki lima yang berasal dari berbagai daerah, nekat merantau demi mengais rejeki di kota pelajar. Sebagai contoh dunia kuliner, dari yang bermodal besar berupa warung dan kafe yang tiap 50 meter bisa dengan mudah ditemui hingga kelas kali lima dengan gerobak ada di mana-mana sepanjang pintu masuk area kecamatan tembalang hingga dalam gang.
Ada satu kawasan yang sejak dahulu sudah menjadi primadona dan potensial sebagai tempat usaha, yaitu jalan sepanjang pertigaan masjid kampus Undip atau dulu dikenal dengan pojokan Totem (Toko Tembalang) hingga gerbang Undip yang sekarang lekat dengan icon SPBU nya (dahulu lebih gampang disebut dengan GSG Undip namun sekarang sudah dipugar).
Jalan ini ramai karena akses utama menuju kampus Undip dari arah Ngesrep dan ada kampus besar lain yaitu Polines yang tak kalah banyak dalam jumlah mahasiswa. Perumda dikenal sebagai kawasan yang bagus untuk bisnis, banyak ruko dan pertokoan di seberang kampus politeknik ini, bahkan di pinggir jalanya-pun berjejer setiap hari puluhan PKL dengan aneka jajanan yang dijajakan dengan gerobak dan motor.
Dahulu sebelum era ojek online dan dibangun halte BRT Semarang, sepanjang jalan mudah kita temui taksi berwarna biru sering mangkal tak jarang membuat jalan jadi sempit, sering ditertibkan oleh pemkot sejak tergerus oleh kehadiran layanan ojek online, kini taksi dan angkot sudah tidak terlihat nge-tem lagi.
Sesuai judul, PKL yang mangkal di sini sangat beragam, sempat dilarang dan sering dirazia oleh satpol PP kota semarang, nyatanya tak membuat kapok para pedagang. Ya gimana ya, namanya juga menari nafkah pak dan tempatnya memang ramai.
Beberapa tahun ini, para PKL mulai dikelola, diberikan seragam, di data dan punya semacam paguyuban di tempatkan di pinggir jalan perumda, sisi sebelah selatan dari jalan utama depan polines sehingga tidak begitu menganggu lalu lalang kendaraan, tapi ya semasa corona belum meyerang, di hari-hari kerja dan masuk kuliah masih saja banyak yang berjualan di pinggir jalan utama.
Selama penulis di Tembalang, kawasan PKL depan Polines jadi tujuan jika sedang ingin ngemil di siang bolong sekedar mencari pengganjal perut, beberapa jajanan yang pernah penulis cicipi diantaranya, Kue Leker, Sosis Bakar, Rujak Ice Cream, Siomay Batagor, Tahu Gejrot, Es Dawet, Es Pisang Ijo, Cilok, Rujak Buah dan Bakso Malang
Sesuai segmennya yang menyayasar kalangan mahasiswa, harga jajanan di pusat kuliner ini sangat terjangkau dari 3.000 hingga 8.000 rupiah. Rasa dan porsi mahasiswa banget kadang beberapa jajanan bahkan bisa melayani harga sesuai budget, misal siomay yang harga normalnya 8.000 per porsi juga bisa dipesan dengan harga 5.000 saja, tenang para pedagang di sini sudah paham dengan isi kantong kalian.
Tatkala matahari mulai tenggelam, para pedagang yang sedari pagi sudah mangkal ini mulai berkurang satu-demi satu, karena stok sudah habis atau memang sudah waktunya pulang untuk istirahat.
Ketika malam mulai menyapa jalanan tak otomatis jadi sepi, karena gantian PKL malam mulai menata dan menjajakan jualanya, kuliner malam yang hampir pasti bisa didapati adalah nasi goreng gerobak dengan menu khasnya nasi goreng, mie dok-dok, nasi ruwet dengan toping sate ayam bakar di tempat.
Jika beruntung kita juga bisa menemukan penjual Wedang Ronde, minuman hangat dengan rasa jahe berisi bola-bola tepung beras, potongan roti tawar, agar-gara dan taburan kacang tanah. Cocok buat kamu yang tiba-tiba terbangun di tengah malam dengan perut kosong.
Penulis coba mengamati, setahun pandemi dengan kebijakan kuliah online juga berdampak pada eksistensi para PKL depan Polines ini, jumlahnya tak sebanyak sebelum corona melanda.
Itu tadi cerita saya dan pengalaman jajan di PKL depan Polines, sudah pernah coba juga? apa jajanan favorit kalian? share di kolom komentar ya. Sampai jumpa.
Penulis: Nandar