sumber gambar: https://mojok.co/terminal
Campusnesia.co.id - Beberapa waktu yang lalu sempat viral sebuah artikel di website Mojok.co tepatnya di kolom Terminal "merupakan platform User Generated Content (UGC) dari situs Mojok yang digagas khusus untuk segenap sobat julid dan ((( insan kreatif ))) yang membutuhkan wadah untuk menulis." begitu penjelasan dalam webistenya. Judulnya "Melihat Kesamaan Rodi, Romusha, dan Kepanitiaan Mahasiswa" karya dari bung M. Farid Hermawan.
Sang penulis mengibaratkan program kerja dan kepanitiaan tak ubahnya seperti Kerja Rodi ala Belanda dan Romusha ala Jepang.
Saya kutip sebagian tulisan bung Farid "Berkecimpung dalam kepanitiaan dan menjadi budak proker ternyata tidak lebih baik dari perbudakan rodi dan romusha. Jika rodi dan romusha adalah sebuah proses bangsa ini untuk lepas dari yang namanya penjajahan dan menghapus sistem perbudakan. Proker dan segala job list-nya bagi mahasiswa yang menjadi panitia adalah proses berdarah-darah guna lepas dari rasa takut tidak berkembang saat menjadi mahasiswa. Padahal kepanitiaan dan proker yang kita pikirkan siang dan malam tersebut hanya menjadi bagian kecil dari kehidupan mahasiswa yang ujungnya sudah pasti: lulus dan ingin mendapatkan pekerjaan. Memperbudak diri saat menjadi panitia acara nyatanya sangat menyakitkan jika setelahnya tidak mendapatkan apa-apa." agar sobat campusnesia punya gambaran utuh tentang artikelnya bisa baca selengkapnya di sini.
Di media sosial twitter artikel ini menuai pro kontra, hal biasa ada yang setuju dan merasa relate ada pula yang tidak setuju, bagi saya sendiri saya tertarik menulis artikel tanggapan ini karena punya 2 jawaban, "Bisa Iya" dan "Bisa Tidak" lho kok ambigu bung? karena ada syarat dan kondisinya, berikut pendapat saya.
Apakah Kepanitiaan Mahasiswa dan Proker Organisasi adalah "Kerja Rodi"?
Jawabanya Iya jika sobat merasa proker dan kepanitiaan jauh lebih penting ketimbang akademis. Jangan lupa tujuan utama sobat ke kampus adalah untuk belajar dan menuntut ilmu, akademis jelas prioritas sedang organisasi dan kepanitiaan harusnya sebagai pelengkap saja untuk mengasah soft skill yang yang tidak didapat di ruang kuliah.
Jangan sampai karena sibuk dengan proker organisasi dan kepanitiaan jadi terlena dan melupakan esensi datang ke kampus untuk kuliah. Apakah ada kejadian mahasiswa yang akademisnya terbelangkai gara-gara terlalu asyik dengan organisasi? jawabanya ada, oleh karena itu sobat harus waspada.
Jawabanya Iya jika sobat tidak tahu dan tidak bisa mengambil ilmu, pengalaman dan upgrade soft skill. Karena Sorry to say banyak yang gabung organisasi hanya ikut-ikutan, untuk menambah CV dan yang menurut saya sangat disayangkan adalah organisasi mahasiswa yang membuat proker tanpa tahu pasti apa tujuan dan manfaat proker yang creat baik untuk Panitia maupun Peserta.
Banyak lho proker yang dibuat dengan alasan "karena kepengurusan tahun lalu membuat proker itu" atau sekedar melanggengkan tradisi senioritas, belum lagi proker atau event yang dibuat hanya karena Gengsi dengan jurusan atau organisasi sebelah, guys buat apa capek-capek dan buang-buang waktu untuk sesuatu yang kamu sendiri tidak mendapat manfaatnya.
Tapi jangan berkecil hati untuk sobat yang ingin atau sudah berkecimpung dalam organisasi mahasiswa, karena saya juga punya jawaban Tidak tentu saja dengan syarat dan ketentuan.
Apakah Kepanitiaan Mahasiswa dan Proker Organisasi adalah "Kerja Rodi"?
Jawabanya Tidak jika sobat tahu bahwa prioritas datang ke kampus adalah untuk belajar dan menuntut ilmu. Artinya ikut organisasi dan membuat program kerja adalah bagian dari aktualisasi, mendapatkan pengalaman, meningkat soft skill, membangun jaringan, mengasah mental dan yang lebih mulia dalah membuat perubahan misalnya dengan bergabung dengan organisasi dan membuat program kerja yang bersifat sosial dan pengabdian masyarakat.
Jawabanya Tidak jika sobat tahu betul alasan membuat proker, misalnya sobat adalah mahasiswa jurusan ekonomi, jika merasa selama belajar di ruang kuliah tidak mendapatkan teori dan realita ekonomi spesifik tentang UMKM lalu untuk mendapatkannya membuat seminar atau workshop bersama para pelaku UMKM, Praktisi dan Stakeholder tentu walau selama proses mempersiapkan dan menjalankan proker terasa berat tapi manfaat dan pengetahuanya jelas sangat bermanfaat dan sesuai realitas.
Atau misalnya kalian yang sudah semester akhir dan masih belum tahu bagaimana tips dan trik ketika interview kerja lalu kemudian melalui organisasi mahasiswa membuat pelatihan interview kerja, tentu program kerja seperti ini akan sangat terasa manfaatnya.
Jawabanya Tidak jika sobat tahu betul ideologi dan kepentingan yang kalian perjuangan, poin yang ini agak serius dan mungkin relevan untuk organisasi mahasiswa yang bersifat sosial politik seperti Senat Mahasiswa, BEM atau EGM (Elemen Gerakan Mahasiswa) Ekstra Kampus. Ada isu-isu sosial, ekonomi, hukum dan budaya yang memang harus dikawal oleh elemen gerakan mahasiswa sesuai peranya dalam pilar demokrasi, kontrol pemerintahan dan agent of change.
Jika sobat tahu betul dengan latar belakang dan tujuan kalian memperjuangkan isu-isu ini, maka perasaan "menjadi budak proker" atau "jadi pekerja paksa Rodi dan Romusha" tidak akan terlintas, karena sesunggunya waktu, tenaga dan kelelahan kalian akan terbayar jika isu yang kalian perjuangkan bisa dimenangkan, sebut saja bagaimana sejarah mencatat gerakan mahasiwa efektif dalam mengawal sebuah isu yang mengemuka di masyarakat.
Nah sebagai penutup, penulis punya 5 tips dari 2 jawaban ambigu saya terhadap artikel yang ditulisa oleh bung Farid tentang kesamaan kerja Rodi Romusha dan kepanitiaan mahasiswa. apa saja? ini daftarnya.
1. Ikut organisasi tidak apa-apa asal jangan lupa prioritas akademis.
2. Ikut organisasi tidak apa-apa asal tahu apa yang kalian kerjakan.
3. Membuat program kerja yang sesuai kebutuhan untuk upgrade skill atau memberi masalah di masyarakat.
4. Ikut organisasi its okay asal tahu pasti idealisme yang kalian perjuangkan.
5. Buat dan ikutlah organisasi sesuai passion kalian, contoh dalam berbagai jenjang organisasi penulis selalu memilih dibidang public relation dan art, misal saat di Himpunan Mahasiswa masuk bidang Informasi dan Komunikasi ketika di Rohis masuk departemen Syiar untuk mengasah kemampuan menulis dan publikasi, hampir di setiap kepanitiaan selalu memilih masuk seksi Acara atau Publikasi dan Dokumentasi untuk mengasah kemampuan desain grafis, merencanakan dan mengorganisir sebuah event serta komunikasi publik.
Walau mungkin kurang relevan, dari semua semua pengalam di organisasi di atas, kini penulis punya media online kecil-kecilan bernama Campusnesia.co.id dan mengelola UMKM Loetju.com.
Poin penulis, jika kalian tahu betul alasan dan kebutuhan ikut organisasi tentu akan bermanfaat untuk kehidupan after campus, sebut saja seorang teman saya yang ketika kepanitiaan selalu menjadi Sie Konsumsi, karena networking dan experience seputar catering dan kuliner akhirnya buka warung makan dan usaha kuliner. Ada juga rekan penulis yang walau jurusanya bukan psikologi karena selama organisasi selalu masuk bidang PSDM (Pengembangan Sumber Daya Manusia) atau Kaderisasi setelah lulus diterima sebagai HRD kan keren.
Itu dulu artikel kali ini, semoga bermanfaat dan buat sobat campusnesia yang punya pendapat lain atau pengalaman berbeda jangan lupa share di kolom komentar ya, sampai jumpa.
HIDUP MAHASISWA!
Penulis:
Achmad Munandar
Baca Juga:
Iklan