Campusnesia.co.id - Bahasa menjadi elemen penting bagi kita dalam berkomunikasi. Kesamaan bahasa menjadi faktor penting pesan bisa diterima oleh lawan bicara. Di Indonesia sendiri terdiri banyak sekali bahasa daerah, bahkan setiap daerah memiliki bahasa yang berbeda. Karena banyak sekali bahasa daerah yang ada dan tidak mungkin kita mempelajari semuanya hanya untuk berkomunikasi dengan orang yang berbeda daerah, maka ditentukan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Meski sudah menjadi bahasa resmi sejak puluhan tahun lalu, tetapi masih banyak masyarakat yang belum bisa berbahasa Indonesia dengan baik. Misalnya desa Ugimba yang berada tidak jauh dari Timika, hampir semua warganya tidak bisa berbahasa Indonesia. Kini bahasa Indonesia seakan dipandang sebelah mata dibanding bahasa asing. Kita pasti lebih sering menggunakan kata “online” dibanding kata “terhubung” dan apa yang salah dengan kata “gawai” sehingga kita lebih sering menyebut kata “handphone”? Bahasa Indonesia tentu memiliki kedudukan yang tinggi tetapi kita sering memandangnya sebelah mata tanpa sadar. Contoh dengan harga es teh yang hanya tiga ribu dibanding dengan ice tea yang harganya lima belas ribu padahal isinya sama, hal itu tentu menggambarkan betapa “kalah-nya” bahasa Indonesia dibanding bahasa asing.
Padahal beberapa universitas dunia dengan bangga membuka program studi bahasa Indonesia, seperti Yale University. Kampus yang berada di Amerika itu menawarkan program studi Indonesia Language Studies atau Studi Kajian Bahasa Indonesia. Sungguh mengherankan ketika orang luar ingin mempelajari bahasa Indonesia sedangkan masyrakatnya sendiri tidak menggunakannya dengan penuh kebanggaan.
Kita sering melihat di sekeliling kita atau bahkan kita melihat artis idola kita di televisi, sering mencampur bahasa antara Indonesia-Inggris ketika berbicara. Mereka mungkin memiliki banyak alasan, salah satunya adalah terkadang mereka sulit mencari kata yang pas jika menggunakan bahasa Indonesia, dan disaat itu yang terlintas dipikiran mereka adalah bahasa Inggris. Alasan itu bisa dibenarkan, karena bahasa Indonesia hanya memiliki 127.000 kosa kata dibanding bahasa Inggris yang memiliki lebih dari 1 juta kata.
Komedian asal Indonesia Pandji Pragiwaksono, pernah dengan bangga menggunakan bahasa Indonesia di pertunjukan Stand up-nya meskipun pertunjukan itu sendiri diselenggarakan di luar negeri. Dia tidak menggunakan bahasa inggris disana melainkan bahasa sehari-harinya yaitu bahasa Indonesia, dia mendapat apresiasi dari luar sedangkan mendapat hujatan di negerinya sendiri. Beberapa pertanyaan muncul setelahnya, “Untuk apa menggelar world tour dan tampil di berbagai negara tetapi menggunakan bahasa Indonesia, lebih baik membuat acara di Indonesia saja!”
Ini adalah jawaban cerdas yang ia jawab untuk pertanyaan tersebut. Pandji menjelaskan bahwa dia bangga dengan bahasa Indonesia maka dari itu dia membawakan dan mengenalkan bahasa Indonesia ke luar, kita ambil contoh ada girl band asal Korea dia mengadakan konser di Indonesia, apa dia akan menyanyi menggunakan bahasa Indonesia? Tentu saja tidak, dia tetap menggunakan bahasanya, malah dengan itu orang-orang menjadi tertarik untuk mempelajari bahasa itu. Lantas mengapa harus kita terus yang mengikuti mereka mengapa tidak mereka saja yang mempelajari bahasa kita dan itu malah membuat bahasa kita dikenal di seluruh dunia hingga kemudian timbul rasa ingin mempelajarinya.
Perkembangan zaman memang sudah membuat dunia menjadi tidak ada batasnya, berbagai kebudayaan dengan mudah kita lihat dan kita ambil. Mempelajari bahasa asing tentu bagus karena kita mengikuti perkembangan zaman dan membuat kita tidak hanya diam ditempat, yang perlu ditekankan adalah kita boleh menjelajah dunia asal jangan lupa darimana kita berasal.
Penulis: Daffa Azrial
Gambar: Freepik.com
**Artikel ini adalah bagian dari program magang Online Campusnesia