Campusnesia.co.id - Mahkota dewa dinamai berdasarkan tempat asalnya, yaitu Phaleria papuana. Namun, ada pula yang memberikan nama berdasarkan ukuran buahnya yang besar (makro), yaitu Phaleria macrocarpa. Sebutan atau nama lain untuk mahkota dewa cukup banyak.
Ada yang menyebut dengan nama Mustaka Dewa, Derajat, Mahkota Ratu, Mahkota Raja, Trimahkota, dan masih banyak lagi. Di Jawa Tengah, orang orang menyebutnya dengan nama Makuto Mewo, Makuto Rojo dan Makuto Ratu. Ada pula orang banten yang menyebut mahkota dewa dengan sebutan Raja Obat (4).
Morfologi Mahkota Dewa
Tanaman ini memiliki tinggi batang pohon yang dapat mencapai hingga 4 meter, kulit batangnya berwarna coklat kehijauan dengan batang kayu dalam yang berwarna putih. Buah mahkota dewa saat masih muda berwarna hijau dan saat sudah mulai tua berwarna merah terang, bentuknya bulat dengan diameter 3cm-5cm.
Daging buah memiliki serat dan berair. Cangkang buah di bagian dalam setelah daging buah merupakan kulit biji dan strukturnya keras, bijinya berbentuk bulat lonjong berwarna coklat dengan bagian dalamnya berwarna putih. Bunganya berwarna putih dengan daun yang memanjang dengan satu tulang daun berjari dan ujung daun runcing (1).
Manfaat Mahkota Dewa
Tanaman mahkota dewa pada awalnya berasal dari Papua dan selanjutnya telah menyebar ke berbagai negara tropik. Tanaman ini, antara lain pada buahnya mengandung berbagai zat bioaktif dari jenis-jenis senyawa fenolik dan flavonoid yang memiliki daya kerja sebagai anti-oksidan dan anti-inflammatori.
Kandungan berbagai zat-zat tersebut menyebabkan tanaman mahkota dewa telah dikenal luas sebagai tanaman obat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit-penyakit seperti kanker, diabetes, penyakit hati, gangguan ginjal, stroke, migraine, serta berbagai penyakit kulit dan alergi (2).
Budidaya Mahkota Dewa
Tanaman herbal ini dapat hidup dengan baik di daerah beriklim tropis dan produksi buah tidak mengenal musim. Mahkota dewa dapat dibudidayakan pada ketinggian 10-1200 Mdpl. Lokasi pembudidayaannya sebaiknya di daerah yang jauh dari polusi agar tanaman tidak tercemar oleh unsur-unsur polutan berupa logam berat, arsen, dll.
Untuk kegiatan konservasi tanah, mahkota dewa dapat ditanam di bibir teras pengolahan lahan. Tujuannya, adalah sebagai tanaman penguat teras, menghindari erosi, dan longsor. Selain itu, penanaman mahkota dewa dapat ditumpangsari dengan tanaman obat lain. Dalam budidaya mahkota dewa, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar terhindar dari resiko yang tidak diinginkan, yaitu pengolahan lahan, pengadaan bibit, penanaman, perawatan, panen,dan pasca panen (3).
Penulis: Ika Shintya
Daftar Pustaka
- Harmanto N. 2003. Mahkota Dewa : Obat Pusaka Para Dewa. Jakarta: Agromedia Pustaka.
- Hendra, R. et al. 2011. Antioxidant, Anti-infammatory and Cytotoxicity of Phaleria macrocarpa (Boerl.) Scheff Fruit. BMC Complementary and Alternative Medicine. 11, 110-119.
- Winarto, W.P., 2003. Mahkota Dewa, Budidaya dan Memanfaatan untuk Obat. Jakarta: Penebar Swadaya.