Campusnesia.co.id - Sudah hampir 3 minggu, gang Iwenisari tempat kami ngantor ditutup sebagian secara mandiri oleh warga guna mengurangi lalu lalang sebagai upaya pencegahan virus covid-19. Akses antar RT ditutup dan hanya menuju jalan raya yang dibuka, praktis banyak warung yang dalam gang memilih tutup selain karena sepi juga.
Biasanya untuk sarapan, makan siang dan makan malam, andalan saya sekitar jalan Banjarsari sisi sebelah selatan biar gak nyebrang jalan, ada warteg citra muncul, batagor bandung depan warung bu dartasih, pecel uleg mbak rini, nasi padang era baru, burjo pak amat, jauh dikit ke fsc atau eks. sbc. Sambil jalan kaki untuk olahraga.
Nah tadi menjelang ashar, tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing dan dulu sebelum era corona sering dinantikan setiap sore, "te..sate..mas.." iya penjual sate keliling, ibu-ibu yang biasa menggendong dunak dan menyunggi panci, sate basah khas madura.
berbeda dengan ibu-ibu yang biasanya lewat setiap jam 5 sore, tapi gak ada salahnya dicoba, saya pesan 1 porsi, harganya murah hanya Rp 10.000,- sudah dapat 7 tusuk sate basah, 1 lontong, satu ceker atau kepala bisa milih, bonus satu tulang, tapi gak jelas ya tulang bagian mana karena berlumur bumbu, tadinya saya berharap dapat tulang rusuk, eaa...
Tentu saja dapat sambel kacang, agak kentel dari yang biasanya saya makan, ekstra 2 siung bawnag merah diiris tipis-tipis dan beberapa biji cabe setan yang pedesnya minta ampun, heran katanya cabe mahal tapi si ibu penjual ngasihnya banyak banget.
Review
Rasa jelas enak lah ya, saya kan gak bisa masak sendiri he he, pedesnya cukup membuat kepala berkeringat dan menghabiskan segelas kopi herbal hangat, porsinya cukup bagi saya yang kalau makan di warteg minta setengah porsi karena lebih banget "kurangen" daripada gak habis.
Harga sesuai porsi, dibanding yang biasanya seharga 8.000 dengan 3 tusuk sate, 10.000 ini lebih worth t lah, rekomended untuk anak kost. Sayangnya saya lupa nanya nama si ibu, jadwal dan area jualan, nanti deh kalau ketemu ibunya lagi saya update.
Ceker dan tulang, jujur tidak bikin kenyang, tapi memang bukan itu fungsinya, melainkan sebagai hidangan penutup, "dicemuti" dan dikunyah hingga tulangnya, diisep bumbunya, beuh.sesnasinya..nikmat tuhan mana lagi yang kamu dustakan.
Oke guys, demikian review kuliner kita kali ini, pernah nyicipi Te Sate Ayam keliling Tembalang juga? bagaiman pendapatmu? share di kolom komentarnya.
Jangan lupa jaga kesehatan, olahraga, rajin cuci tangan, pastikan mengenakan masker jika harus ke luar rumah dan #dirumahaja sampai jumpa.
penulis: Nandar
foto: Mumun
editor: Muna