Ilustrasi Virus. foto/istockphoto |
Campusnesia.co.id - Virus corona (CoV) adalah virus yang mengakibatkan demam, flu, sesak nafas, batuk-batuk, sampai sakit pernafasan ringan hingga berat. Pada kasus yang lebih parah lagi, infeksi ini menyebabkan pneumonia, yang kini jadi imbauan WHO: sakit pernafasan parah, yang dapat berakibat gagal ginjal, hingga kematian.
WHO menjelaskan bahwa virus corona termasuk jenis virus zoonosis, artinya ia ditularkan dari hewan ke manusia. Setelah itu, barulah transmisinya dari manusia ke manusia. Jadi asal virus corona ini dari hewan yang terinfeksi terlebih dahulu dan ditransmisikan kepada manusia.
Laman CDC membagi tujuh jenis virus corona yang dapat menginfeksi manusia, di antaranya yang paling berbahaya adalah 2019-nCoV yang baru-baru ini mewabah dari kota Wuhan, Cina, kemudian SARS, dan MERS.
Ketiga jenis virus corona ini menyebabkan sakit akut yang bahkan bisa mengakibatkan kematian. Berikut perbedaan antara ketiga jenis virus corona ini.
2019-nCoV (2019-Novel Coronavirus)
Virus corona jenis baru atau yang dikenal dengan sebutan 2019-nCoV ini diperkirakan muncul pertama kali di Kota Wuhan, Cina, sekitar November 2019. Kasus pertama pasien yang dirawat pada 1 Desember 2019 sebagaimana dilansir dari The Lancet.
Penyebaran virus corona baru ini terbilang cepat. Sejak pertama kali ditularkan, hingga saat ini WHO melaporkan 15 negara sudah terdampak virus corona 2019-nCoV.
CDC menulis bahwa gejala orang yang terkena virus corona baru ini adalah demam, batuk, sesak napas, serta mengalami gangguan pernafasan ringan hingga berat. Virus ini akan terlihat dampaknya dalam dua hingga 14 hari sejak pasien terpapar pertama kali.
Hingga saat ini, belum ditemukan obat, vaksin, atau antivirus untuk menangkal virus corona 2019-nCoV. Bagi yang terinfeksi, harus menjalani perawatan intensif guna meringankan gejala-gejala sakitnya. Apabila semakin parah, bantuan layanan medis harus dilakukan.
SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome)
SARS adalah sebutan bagi ancaman virus corona yang dicetuskan WHO pada 15 Maret 2003. Sebagaimana virus corona 2019-nCoV yang muncul dari Cina, SARS juga tak berbeda. Nyaris dua dekade lalu, Cina jadi titik tolak penyebaran SARS ke lebih dari 25 negara di seluruh dunia.
Virus corona SARS merupakan virus menular yang berkembang dari penampungan hewan, seperti kelelawar, kemudian menyebar ke hewan lain seperti kucing dan musang, lalu ditularkan ke manusia.
SARS amat menyita perhatian dunia. Bagaimana tidak, sejak mulai muncul pada 2002 sampai 2003, virus ini meluas hingga 26 negara dan 8000 kasus dilaporkan akibat SARS.
Gejalanya ditunjukkan dengan sakit kepala, diare, batuk, demam, lemas, nyeri otot, dan menggigil pada minggu pertama hingga minggu kedua infeksi penyakit.
Berbagai percobaan dilakukan untuk melawan virus corona SARS, tapi belum menunjukkan hasil memuaskan. Percobaan vaksin sempat dilakukan pada 2004, tetapi hingga sekarang belum ditemukan obat yang bisa menangkal virus SARS ini.
MERS (Middle East Respiratory Syndrome)
Jika virus corona SARS dan 2019-nCoV bertitik tolak dari Cina, MERS dilaporkan muncul pertama kali di Saudi Arabia. Dikarenakan timbul di sana, virus corona jenis ini dijuluki Middle East Respiratory Syndrome atau MERS, sindrom sakit pernafasan Timur Tengah.
CDC menulis bahwa gejala MERS meliputi gangguan pernafasan, demam, batuk-batuk, dan sesak nafas.
Laman The Guardian menulis bahwa awal mula MERS ini ditransmisikan dari unta, yang kemudian ditularkan ke manusia. Hingga saat ini, terdapat dugaan kuat bahwa unta Arab atau dromedaris adalah spesies kunci dari penyebaran wabah MERS ke manusia.
MERS terbilang jenis virus corona parah di antara jenis-jenis lainnya. Sejak muncul pertama kali pada 2012, ia telah ditularkan ke ribuan orang di lebih dari 26 negara.
Laman WHO menulis hingga November 2019, sekitar 2494 kasus dilaporkan terkait MERS, termasuk 858 sudah meninggal dunia. Sebagian besar kasus MERS terjadi di Saudi Arabia.
Baca selengkapnya di artikel "Beda Virus Corona 2019-nCoV, SARS dan MERS", https://tirto.id/evDG
Baca Juga: