Campusnesia.co.id -- Lengkuas ditemukan menyebar diseluruh dunia. Penyebarannya termasuk
diseluruh indonesia, Asia tenggara, dibawah kaki pegunungan Himalaya sebelah
timur hingga laut cina dan India barat daya diantara Chats dan Lautan
Indonesia. Di Jawa tumbuh liar di hutan, semak belukar, umumnya ditanam
ditempat yang terbuka sampai ditempat yang kenaungan. Tumbuh pada ketinggian
tempat hingga ketiggian 1.200 meter diatas permukaan laut (Depkes RI, 1978).
Lengkuas atau laos adalah jenis tanaman terna, tanaman ini tumbuh tegak dan
memiliki tinggi sekitar 1-2 m. Biasanya hidup di dataran rendah dan dataran
tinggi, diketinggian 1200 m diatas permukaan laut (Ernawati, 2011:2).
Sebenarnya lengkuas ada dua macam, yaitu lengkuas merah dan putih. Lengkuas
putih banyak digunakan sebagai rempah atau bumbu dapur, sedangkan yang banyak
digunakan sebagai obat adalah lengkuas merah. Pohon lengkuas putih umumnya
lebih tinggi dari pada lengkuas merah. Pohon lengkuas putih dapat mencapai 3
meter, sedangkan pohon lengkuas merah hanya sampai 1-1,5 meter (Sinaga, 2009).
Lengkuas memiliki nama yang berbeda sesuai negara, Puar (Malaysia), Langkauas, Palia (Filipina),
Padagoji (Burma), Kom deng, Pras (Kamboja), Kha (Laos, Thailand), Hong dou ku
(Cina), Galangal, Greater galangal, Java galangal, Siamese ginger (Inggeris),
Grote galanga, Galanga de I'Inde (Belanda), Galanga (Perancis), Grosser galgant
(Jerman) (Sinaga, 2009). Adapun Lengkuas
di Indonesia memiliki nama yang berbeda beda pula seperti Lengkueus (Gayo),
Langkueueh (Aceh), Halawas (Simalungun), Halas (Batak Toba), Lakuwe (Nias),
Lengkuas (Melayu), lengkueh (Minang), Laja (Sunda), Laos (Jawa, Madura)
(Sinaga, 2009).
Lengkuas merupakan terna berbatang semu, tinggi sekitar 1 sampai 2
meter. Biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh
pelepah-pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak
keputih-putihan. Batang muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Daun
tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, tersusun berseling. Daun disebelah
atas dan bawah biasanya lebih kecil dari pada yang ditengah. Bentuk daun lanset
memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata. Pertulangan
daun menyirip, panjang daun sekitar 20-60 cm, dan lebarnya 4-15 cm. Pelepah
daun lebih kurang 15-30 cm, beralur, warnanya hijau. Pelepah daun ini saling
menutup membentuk batang semu berwarna hijau. Bunga lengkuas merupakan bunga
majemuk berbentuk lonceng, berbau harum, berwarna putih kehijauan atau putih
kekuningan, terdapat dalam tandan bergagang panjang dan ramping, yang terletak
tegak diujung batang (Sinaga, 2009).
Buahnya berbentuk bulat dan keras. Sewaktu masih muda berwarna
hijau-kekuningan, setelah tua berubah menjadi hitam kecoklatan, berdimeter
lebih kurang 1 cm. Ada juga yang buahnya berwarna merah. Bijinya kecilkecil,
berbentuk lonjong, berwarna hitam (Sinaga, 2009).
Rimpang kecil dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter
sekitar 2-4 cm, dan bercabang-cabang. Bagian luar agak coklat berwarna
kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik-sisik berwarna putih dan
kemerahan, keras mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih. Daging
rimpang yang sudah tua berserat kasar. Apabila udah dikeringkan rimpang berubah
menjadi agak kehijauan, dan seratnya menjadi keras dan liat. Untuk mendapat
rimpang yang masih berserat halus, panen harus dilakukan sebelum tanaman
berumur lebih kurang 3 bulan. Rasanya tajam pedas, menggigit dan berbau harum
karena kandungan minyak atsirinya (Sinaga, 2009).
Kandungan kimia dari lengkuas yaitu 1% minyak atsiri berwarna kuning
kehijauan yang terdiri dari metil-sinamat 48%, sineol 20-30%, eugenol, kamfer
1%, galangin, flavanoid, saponin, tanin dan lain-lain. Penelitian yang lebih
intensif menemukan bahwa rimpang lengkuas mengandung zat-zat yang dapat
bersifat sebagai antitumor atau antikanker, diantaranya Asetoksi Chavikol
Asetat yang mampu menghambat enzim xhantin oksidase (Anonimb , 2008). Lengkuas
adalah salah satu sumber alamiah terbaik dari kuersetin, suatu bioflavanoid
yang secara khusus baik untuk melawan radikal bebas. Di samping kemampuan
antioksidannya, kuersetin juga memiliki sifat mencegah kanker, anti jamur,
antibakteri, dan anti peradangan (Klohs, 2012). Sebagai antioksidan yang mampu
mencegah kerusakan oksidatif dan kematian sel, kuersetin memiliki beberapa
mekanisme kerja, antara lain menangkap radikal oksigen. Sifat antioksidan yang
dimiliki ini membuat kuersetin mempunyai aktivitas sitoprotektif terhadap tukak
lambung yang diinduksi oleh berbagai senyawa seperti etanol, asam asetat, dan
obat-obat antiinflamasi non steroid (Coskun, dkk., 2004).
Khasiat Tumbuhan Rimpang lengkuas sering digunakan untuk mengatasi
gangguan lambung, misalnya kolik dan untuk mengeluarkan angin dari perut
(stomachikum), menambah nafsu makan, menetralkan keracunan makanan,
menghilangkan rasa sakit (analgetikum), melancarkan buang air
kecil(diuretikum), mengatasi gangguan ginjal, dan mengobati penyakit herpes.
Juga digunakan untuk mengobati diare, disentri, demam, kejang karena demam,
sakit tenggorokan, sariawan, batuk berdahak, radang paru-paru, pembesaran
limpa. Dan untuk menghilangkan bau mulut. Disamping itu rimpang lengkuas juga
dianggap memiliki khasiat sebagai antitumor atau sebagai antikanker terutama
dibagian mulut dan lambung (Sinaga, 2009). Antioksidan pada lengkuas merah
dapat menekan efek karsinogenik dari senyawa radikal bebas penyebab kanker.
Minyak atsiri yang terkandung dalam lengkuas merah dapat digunakan sebagai obat
luar, untuk mengobati pegal linu, mematangkan bisul, mengatasi rambut rontok,
mengobati pilek/flu, mengusir nyamuk, bakterisida dan fungisida kulit
(Kurniawati, 2010).
Penelitian Yuharmen dkk. (2002) menunjukkan adanya aktifitas
penghambatan pertumbuhan mikrobia oleh minyak atsiri dan fraksi metanol rimpang
lengkuas pada beberapa spesies bakteri dan jamur. Penelitian Sundari dan
Winarno (2000) menunjukkan bahwa infus ekstrak etanol rimpang lengkuas yang
berisi minyak atsiri dapat menghambat pertumbuhan beberapa spesies jamur
patogen, yaitu: Tricophyton, Mycrosporum gypseum, dan Epidermo floccasum. Namun
penelitian dan penggunaan ekstrak rimpang lengkuas untuk menghambat pertumbuhan
jamur filamentus agaknya belum pernah dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifungi ekstrak rimpang lengkuasterhadap
jamur filamentus Fusarium moniliforme dan Aspergillus spp. yang mampu
memproduksi mikotoksin.
penulis: Sri Ayuni
editor: Nandar
penulis: Sri Ayuni
editor: Nandar
Daftar Pustaka
Depkes RI. (1978). Materia Medika Indonesia. Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Sinaga,E. (2009). Alpinia galanga (L.) Willd. http://free.vlsm.org/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/Lengkuas.pdf
Ernawati. (2011). Pengaruh Ekstrak Rimpang Lengkuas (Languas galanga) Terhadap Pertumbuhan Bakteri (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dan JAMUR Candida albicans. Makasar: Skripsi Program Studi Biologi Universitas Islam Negeri Alauddin makasar.
Yuharmen, Y., Y. Eryanti, dan Nurbalatif. 2002. Uji Aktivitas Antimikrobia Minyak Atsiri dan Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galanga). Jurnal Nature Indonesia, 4 (2): 178-183.
Sundari, D. dan M.W. Winarno. 2000. Informasi tumbuhan obat sebagai anti jamur. Jakarta: Puslitbang-Balitbangkes Depkes RI.
Klohs, W.D., Fry, D.W., dan Kraker, A.J. (2012). Inhibitors of Tyrosine Kinase. Curr Opin Oncol. 9:562-568.
Kurniawati, N. (2010). Sehat dan cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur. Kanita, Bandung. Halaman 116-119.