Campusnesia.co.id -- Hari ini siapa yang masih mendengarkan radio? bagi saya radio punya tempat tersendiri di hati. Banyak kenangan di dalamnya, selain ingatan akan lagu-lagu lawas yang nostalgik juga kenangan masa lalu. Saya generasi 90-an yang masih merasakan masa emas radio. Mulai dari radio kayu menggunakan batu baterai hingga yang sudah menggunakan listrik bahkan hadiah saat khitan saya adalah radio saku lengkap dengan earphonenya.
Masa remaja saya masih trend mengirim kartu atensi ke radio, kira-kira 100 perak per lembar. Selanjutnya diisi dengan nama samaran, kirim salam dan tentunya request lagu. Hingga jaman mulai berkembang kirim salam dengan SMS dan telpon saat SMA.
Pernah kejadian lucu, ngefan sekali dengan penyiar di sebuah radio di kota pati. Hingga suatu saat punya kesempatan bertemu dalam acara Radio Goes to School. Dalam bayangan suara penyiar yang enak banget didengar linier dengan kegantengan dan kecantikanya, ternyata ya gitu deh. Makanya syarat penyiar itu harus Smiling Voice.
Kini ketika dewasa, saya ingin bernostalgia mengenang kembali kebahagiaan dengan radio. Bukan dengan aplikasi di smartphone atau radio streaming di PC, tetapi radio real. Bahkan dengan box dari kayu jati.
Bagaimanapun pengalaman memutar Tuning mencari stasiun radio atau lagu favorit punya sentuhan personal tersendiri yang tidak tergantikan di era touch screen. Dan menurut saya mendengarkan radio lebih efektif dan produktif daripada menonton. Karena saat bersamaan dengan mendengarkan bisa melakukan aktifitas yang lain.
Saya tidak akan mengejar dari sisi teknologi radionya, karena pasti sudah ketinggalan jauh dengan yang ada dipasaran, para pemain teknologi sudah memulai lebih dahulu dengan segala risetnya. Saya akan mengangkat kembali radio dengan sentuhan etnik, utak-atik, berkreasi dengan bahan kayu.
Bahan kayu yang kami gunakanpun "Tidak Sembarangan", dari sisi bahan kami gunakan kayu jati, jelas kuat, bayangkan minimal 10-15 tahun sejak tanam baru bisa dipanen. Tapi yang lebih spesial adalah, kayu jati yang kami gunakan adalah "Perca Bahan" sisa penggunaan kayu untuk produksi mebe. Jelas misinya adalah pemanfaatan kayu dan meminimalisirkan bahan terbuang percuma.
Kapan lagi memiliki produk yang bisa membangkitkan kenangan, hiburan dan punya misi lingkungan. Saya sendiri tidak yakin apakah akan sukses atau gagal, tetapi setidaknya ketika muncul ide saya sudah berusaha mewujudkannya.
Saya bukan yang pertama, radio ini lahir dari inspirasi produk sejenis yang sudah dulu ada. Tak apa yang penting niatnya. Sampai jumpa.