Campusnesia.co.id -- "Nahnu Du’at qabla Kulli Syai in" prinsip tersebut saya pelajari ketika semasa mahasiswa bergabung dengan organisasi rohis di kampus, maknanya "kami adalah da'i sebelum jadi apapun" secara sederhana jadi apapun kelak di masa depan sebagai seorang da'i harus senantiasa menyeru, mengajak & memberi contoh dalam hal kebaikan.
Terinspirasi prinsip di atas saya jadi ingin menulis coretan ini dengan tema yang berbeda, saya persembahkan untuk alumni & etoser beastudi etos semarang. Bahwa "kami adalah Dhuafa sebelum jadi apapun ".
Suatu hari ketika menerima rombongan etoser baru yang silaturahim ke tempat saya, saya bertanya " _sebutkan persamaan diantara kita sehingga hari ini kita berkumpul bersama di sini?_ " Ada yg menjawab " _kita sama-sama muslim mas_ " ada pula yg menjawab " _kita sama2 orang pintar mas, karena bisa lolos beasiswa_ " dll. Saya bilang semua benar, tapi ada lagi yang paling mendasar, persamaan yang membuat hari ini kita bersama adalah " _kita sama-sama *Dhuafa*_ " beberapa tersenyum & yang lain bingung dengan istilah saya.
Syarat masuk beasiswa ini, selain pintar juga harus dari keluarga kurang mampu yg namanya Dhuafa, itu fakta bukan sesuatu yang memalukan & jika meminjam istilah pak Bambang Suherman dr Dompet Dhuafa, kondisi Dhuafa kita masuk kategori Dhuafa Berpotensi. Dengan investasi pendidikan ada peluang besar kelak dikemudian hari menjadi Muzakki. Dompet Dhuafa menyebutnya dengan istilah misi Memutus Rantai Kemiskinan.
Kita perlu bangga dengan status asal sebagai Dhuafa itu, era 2007 Ada Istilah *DUREN* (Dhuafa Keren) ada nilai-nilai positif yang bisa membentuk karakter seseorang selama ia menjadi dhuafa dan akan menjadi karakter unggulkan ketika kelak ia menjadi orang yang lebih sukses.
Bahasa saya, proses perjuangan hidup dari Mustahik menjadi Muzaki dari Dhuafa jadi manusia yang sukses & mandiri ibarat kawah candradimuka, kita jadi tahu bagaimana kurang beruntungnya hidup dalam keadaan dhuafa dalam banyak hal, kondisi ini akan memupuk beberapa karakter unggul misal, pantang menyerah, jujur, disiplin, kerja keras, Tahan Banting, ke dekatan dengan Allah SWT (sholeh& sholehah) kepedulian terhadap sesama, Rendah hati, hidup sederhana dll.
Karakter ini diharapkan tetap ada bahkan ketika tak lagi menyandang gelar Dhuafa atau minimal sudah lebih sukses dari sebelumnya.
Ini yang akan membedakan orang sukses kebanyakan dengan Dhuafa yang jadi orang sukses, jadi apapun mereka hari ini; Pengusaha, Politikus, Pejabat, Abdi Negara, Guru, Dosen, Peneliti, Kiyai, dll mereka akan jadi apapun dengan segala kebaikan pada diri seorang Dhuafa, tak ada bedanya dengan saat mereka masih berjuang menjadi orang sukses.
Saya gak bilang sepenuhnya demikian, culture shock dari kehidupan yang serba terbatas, lalu tiba-tiba hidup dengan gaji & fasilitas yang mewah bisa saja mengubah karakter sesorang, oleh karena itu coretan ini merasa perlu saya tulis, sebagai pengingat pada diri sendiri dan semua rekan2. Bahwa *Kita adalah Dhuafa sebelum jadi Apapun*
penulis: Nandar
penulis: Nandar