Campusnesia.co.id -- Sobat campusnesia, beberapa hari yang lalu kita dihebohkan dengan video dan berita tentang dua perempuan yang bunuh diri dengan melompat dari apartemen. Bicara kasus bunuh diri ini bukan kali pertama, sebelumnya bahkan lebih heboh karena pelaku menyiarkan aksinya di facebook live.
Tentang kasus bunuh diri, Berdasarkan rata-rata statistik, dalam sehari setidaknya ada dua hingga tiga orang yang melakukan bunuh diri di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat setidaknya ada 812 kasus bunuh diri di seluruh wilayah Indonesia pada tahun 2015. Angka tersebut adalah yang tercatat di kepolisian. Angka riil di lapangan bisa jadi lebih tinggi. (Kumparan.com /19 maret 2017)
Banyak faktor yang menyebabkan akhirnya orang berfikir pendek dan melakukan aksi yang nekat seperti di atas. Salah satunya adalah depresi akibat masalah yang dihadapi mungkin bagi pelaku terasa sangat berat dan tidak mampu diatasi lagi.
Melalui artikel ini saya ingin menyampaikan terutama untuk para generasi muda, agar menjauhi pikiran melakukan tindakan nekat bunuh diri. Bukan hanya masalah yang dihadapi tidak terselaikan bahkan juga akan menambah masalah bagi orang-orang yang kita sayangi, keluarga misalnya.
Masalah dan tantangan tidak pernah akan habis selama kita masih hidup. Cara terbaik adalah menjalaninya. So, bagaimana baiknya sikap kita dalam menghadapi masalah, berikut tips dari Mas Pariman Siregar seorang Psikolog, Trainer, Konselor dan Penulis. Buku pertama beliau berjudul Master fro Minder dan yang akan segera terbit berjudul Langkah Smart. yuk kita simak Tipsnya.
- Artikel di atas adalah kolaborasi Campsunesia dengan mas Pariman,M.Psi, Psikolog
(Penulis Buku “Langkah SMART: Jadi Pribadi Hebat, Banyak Manfaat”)
- Editor Nandar
Mereka
yang mengalami depresi pada dasarnya memiliki pandangan yang negatif terhadap
diri sendiri, masa depan, dan lingkungan. Pandangan negatif tersebut berkembang
karena cara berpikiran yang bias (distorsi kognitif). Berikut ini beberapa
diantara pikiran-pikiran bias:
1. Hiperbolis
Misalnya;
ada seorang remaja cewek yang mendapati satu jerawat kecil tumbuh di wajahnya.
Karena jerawat itu, dia menganggap kalau dirinya tidak cantik lagi.
2. Generalisasi yang
berlebihan
Misalnya;
ada seorang cewek yang pernah dikecewakan oleh cowok karena ternyata cowoknya
adalah lelaki buaya. Semenjak itu, dia sulit membangun hubungan baik dengan
cowok karena berpikiran bahwa semua cowok adalah buaya.
3. Biasa membuat prediksi
negatif
Misalnya;
ada seseorang sedang dalam perjalanan, tetiba ban motornya kempes. Lalu dia
berpikir kalau-kalau setelah itu terjadi kesialan-kesialan yang lainnya.
4. Personalisasi
Misalnya;
“Selalu saja kalau saya mau serius
belajar, lampunya mati”. Padahal sebenarnya, tidak ada hubungan anatara kemauan
belajar dan listrik mati.
Selain
empat tersebut, ada labeling (memberikan
stempel negatif), minimalisasi
(kebalikan dari hiperbolis), mind reading
(beranggapan bahwa orang lain berpikir negatif terhadap dirinya), all or nothing thinking (pikiran kaku
dan perfeksionis, “Kalau saya tidak dapat nilai A berarti saya gagal”), catastropizing (membuat
prediksi-prediksi yang justru membuatnya takut atau khawatir).
Berikut
ini sejumlah tips yang bisa digunakan untuk mencegah dan mengatasi depresi;
1. Miliki Pikiran yang Konstruktif
Pikiran,
perasaan, dan fisik saling berkaitan. Pikiran yang positif diikuti dengan
perasaan positif akan berpengaruh baik terhadap keadaan fisik. Cara penyikapan
segala hal yang datang secara konstruktif dan perasaan senang akan memunculkan
semangat untuk bertindak. Masalah dan tantangan yang datang tidak dianggap
sebagai bencana tetapi sebagai kesempatan untuk meningkatkan potensi diri dan
sebagai langkah menuju pencapaian yang lebih baik. Semua orang yang memiliki
masalahnya masing-masing, jadi sebenarnya tidak ada orang yang benar-benar
sendiri dalam menghadapi masalah. Olehkarena itu, tidak perlu larut dalam
kegalauan dan kesendirian, segera lanjutkan kehidupan.
2. Biasakan Relaksasi
Pikiran,
perasaan, dan fisik saling berkaitan. Pikiran yang tegang menimbulkan
keluhan-keluhan secara fisik. Olehkarena itu, penting untuk mengambil waktu
guna melakukan relaksasi pikiran, misalnya dengan berdzikir atau membaca buku
yang bisa membuat pikiran rileks. maupun fisik. Selain relaksasi pikiran juga
penting untuk melakukan relaksasi fisik terutama otot, misalnya dengan olahraga
ringan guna meregangkan otot-otot, jalan-jalan santai sembari melihat
pemandangan atau mengalokasikan waktu untuk refreshing
(liburan).
3. Mencari Pertolongan Pertama
Manusia
tidak bisa hidup sendiri karena pada dasarnya manusia adalah makluk sosial. Ketika
dihadapkan pada masalah dan kesulitan untuk mengatasinya sendiri, alangkah
lebih baik jika segera meminta bantuan orang lain. Keluarga dan teman menjadi
tempat yang umum untuk mendapatkan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
Dalam banyak kesempatan, orang lain memiliki pengalaman dan informasi untuk
menjawab suatu permasalahan. Jangan segan untuk mencari pertolongan pertama
pada mereka.
4. Mencari Bantuan Profesional
Tingkat
kesulitan permasalahan yang dihadapi seseorang beragam. Ada kalanya, masalah
yang dihadapi memang serius dan butuh bantuan profesional. Layanan psikologis
dari psikolog baik yang buka praktik sendiri atau ada di instansi-instansi akan
siap sedia membarikan bantuan secara profesional terhadap permasalahan-permasalahan
psikologi. Mereka sudah dibekali ilmu yang memadai dan praktik yang menjadikan
mereka terlatih untuk memberikan bantuan profesional bagi siapa saja yang
membutuhkan.
Nah itu tadi sobat Campusnesia tips mengatasi depresi langsung kai hadirkan dari pakarnya. Semoga bermanfaat buat para pembaca. dan sampai jupa di tulisan berikutnya. Berani ati mungkin hebat, tetapi bernai hidup jauh lebih hebat, salam Prestatif
- Artikel di atas adalah kolaborasi Campsunesia dengan mas Pariman,M.Psi, Psikolog
(Penulis Buku “Langkah SMART: Jadi Pribadi Hebat, Banyak Manfaat”)
- Editor Nandar