Hal tersebut disampaikan Prof. Dr. Diah Dhianawaty Djunaedi, dra. M.Si., saat membacakan Orasi Ilmiah berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Biokimia dan Biologi Molekuler pada Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, di Ruang Serba Guna Gedung 2 Lantai 4, Kamis (29/12). Orasi tersebut berjudul “Kajian Etnofarmakologi Tumbuhan untuk Mengatasi Batu Kandung Kemih”.
Dalam penelitiannya, Prof. Diah mengevaluasi aktivitas anti batu kandung kemih melalui uji in vitro dan in vivo. Selain daun tempuyung, Prof. Diah juga meneliti efektifitas daun kumis kucing dan herba meniran. Dari ketiga tumbuhan tersebut, daun tempuyunglah yang memiliki efek secara signifikan untuk pengobatan batu saluran kemih.
Penelitian dilakukan pada batu oksalat di dalam kandung kemih dengan model batu oksalat yang terinduksi di dalam kandung kemih tikus Galur Wistar jantan yang dibuat dengan metode matriks asam glikolat. Uji aktivitas anti batu dibagi dalam dua upaya perlakuan, yaitu upaya pencegahan dan upaya pengobatan.
“Kedua efek sinergis ini merupakan hal baru yang terungkap oleh penelitian ini, disamping kemampuan diuretiknya yang membantu melarutkan dan mengeluarkan melalui urinasi,” kata Prof. Diah.
Selanjutnya, penelitian pun ditujukan untuk menentukan senyawa aktif yang terkandung dalam tempuyung melalui proses fraksinasi. “Dari penelitian ini diperoleh metode baku yang singkat dan cepat untuk isolasi dan pemurnian luteolin dan apigenin dari daun tempuyung,” ungkapnya.
Selain pembuktian farmakologi, penelitian ini juga telah melalui dukungan uji biokimia medik. Menurut Prof. Diah, uji biokima berperan penting dalam bidang kedokteran modern. Uji biokima pada uji tumbuhan obat tradisional berperan sebagai parameter keamanan, termasuk khasiat, dari tumbuhan uji, baik dalam uji preklinik maupun klinik.
Untuk mengetahui keamanan pemanfaatan daun tempuyung sebagai anti batu kandung kemih, dilakukan uji toksisitas akut dari sediaan dekok daun tempuyung. Dari hasil uji tersebut, dapat disimpulkan bahwa dekok atau air rebusan daun tempuyung relatif aman terhadap organ hati dan ginjal.
“Dalam penelitian data empirik tradisional dari tumbuhan obat untuk penyakit batu ginjal dan batu kandung kemih telah dibuktikan secara eksperimen farmakologi dan keamanan praklinik telah diuji dengan dukungan uji biokimia medik. Hal ini menunjukkan, Ilmu Biokimia khususnya Biokimia Medik berhubungan dengan kesehatan dan penyakit manusia yang dapat memberikan landasan untuk mendukung diagnosis dan pemanfaatan obat tradisional,” tutur Prof. Diah.*
Laporan oleh Artanti Hendriyana/am