Kabar prestasi mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) seolah tak pernah berhenti bergaung. Kali ini dating dari mahasiswa Jurusan Teknik Sipil ITS, M Syaifuddin Zuhri, Ika Kurnia Sari, dan Abid Farkhan. Melalui Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Nasional dalam acara Civil Expo Politeknik Negeri Sriwijaya, Rabu (2/3), merek berhasil menyabet posisi juara pertama.
Mengacu pada tema lomba yakni Konstruksi Masa Depan, M Syaifuddin Zuhri dan tim membuat karya berjudul Honeycomb Structural System (HONEYSS). Yakni sebuah sistem struktur bangunan Hexagrid atau struktur bangunan bertingkat yang berbentuk segi enam menyerupai sarang lebah, dengan menggunakan material baja.
"Filosofi awal yang kami gunakan dalam karya ini, mengacu pada Al-Quran Surat An-Nahl ayat 68 yang berbunyi Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat manusia," ujarnya kepada ITS Online.
Lanjut Ifud, sapaan akrabnya, dengan bentuk geometri segienam, jumlah lilin lebah (beeswax) dapat dimaksimalkan ruangnya. Karena menurutnya setiap dinding sel sarang lebah hanya mempunyai ketebalan 0,05 milimeter saja. "Sehingga dapat menampung beban sebanyak 25 kali ganda melebihi beratnya," tutur Ifud. Jadi dapat dikatakan, lanjutnya, dengan desain seperti sarang lebah dapat mengoptimalkan baik dari segi struktural maupun non-struktural.
Mahasiswa asal Lamongan ini mengungkapkan ia dan tim pun telah melakukan analisis struktur dengan menggunakan Structure Analysis Program (SAP) 2000. Hasilnya , setelah dibandingkan dengan struktur bangunan konvensional, ternyata struktur bangunan berbentuk hexagrid lebih efisien, lebih kaku, dan lebih kuat menerima gaya aksial. "Sementara keunggulan Hexagrid ini sendiri, dia lebih sedikit membutuhkan material, lebih kokoh, dan juga lebih tahan terhadap gempa," lanjutnya.
Meski mengaku sempat mengalami beberapa kendala seperti hampir terlambatnya pengiriman karya dan keterbatasan dana dalam proses pembuatan prototype, Ifud merasa sangat bersyukur. "Tujuan kami mengikuti lomba ini untuk beribadah, membahagiakan orang tua, dan belajar banyak dari orang-orang hebat di Teknik Sipil. Jadi apapun hambatannya, kita serahkan kepada Allah SWT," ujarnya.
Ifud pun menyadari sebuah prestasi tidak dapat diperoleh semudah kita membalikkan telapak tangan. Ia bercerita, hari-harinya sering dilalui dengan mencari referensi di ruang baca kampus, selain itu konsultasi dengan dosen pembimbing pun tak henti-hentinya ia lakoni hingga mendapatkan hasil terbaik.
Di akhir, Ifud berharap dengan adanya beberapa perbaikan, semoga HONEYSS ini dapat benar-benar menjadi solusi terbaik untuk dunia konstruksi di masa depan. "Karena sudah seharusnya kami sebagai mahasiswa Teknik Sipil, untuk membagi secuil inovasi dan ide kami bagi dunia konstruksi di tanah air maupun global," tutupnya. (fai/man)
sumber: https://www.its.ac.id/berita/100026/en