Sekilas tentang Lensa.
Lensa adalah Komunitas Sosial Pendidikan yang didirikan mulai tahun 2013 bulan desember. Berawal dari inisiatif dari Mahasiswa Undip kini setelah 3 tahun berjalan sudah memiliki anggota sekitar 15 anggota pengurus aktif dan ratusan volunter yang tersebar di daerah Jawa Tangah dan Indonesia. komunitas fokus dalam membantu penyediaan buku di sekolah-sekolah sosial ataupun panti asuhan. tetapi tidak hanya itu juga aktif dalam berbbagai kegiatan sosial.
berikut rekam jejak Komunitas LENSA di berbagai media dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.
Tahun 2013
Menyebar Ke Nusantara
Lensa awalnya berasal dari beberapa mahasiswa Undip. Namun kini, Lensa ingin berkembang menjadi komunitas anak muda, yang bisa jadi lentera atau penerang di seluruh Nusantara.
Sesuai namanya Lentera Nusantara, para anggota Lensa pun punya mimpi agar komunitas ini nggak hanya bergerak di Jateng saja. Selama ini, program Ekspedisi Lensa memang baru dilaksanakan di provinsi tersebut karena keterbatasan tenaga dan kendala lain.
‘’Sayang banget kalau anak-anak yang berpotensi nggak mendapat pendidikan karena keterbatasan biaya. Karena kami masih komunitas kecil, sementara ini dulu yang bisa kami lakukan. Yang penting bergerak,’’ ujar Rifaul Qulub.
Yup, Qulub mengaku pernah tertegun saat ada yang bertanya, apakah hanya dengan buku dapat mencerdaskan dan memandirikan anak-anak kurang beruntung? Namun dengan yakin dia menjawab, saat ini Lensa memang masih begini, namun dengan perkembangan yang masif, suatu hari nanti komunitas ini bisa besar dan menjadi ‘’lentera’’ di Nusantara.
‘’Lewat kegiatan-kegiatan Lensa, minimal sudah ada upaya memajukan pendidikan anak-anak. Kalau bukan kita, siapa lagi yang beraksi sosial seperti ini?’’ sambung Noor Rochmad Ali, mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Walisongo Semarang.
Akankah impian menyebar di Nusantara itu dapat terwujud? Semoga. (62)
sumber: http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/menyebar-ke-nusantara/
Tahun 2013
Lensa Berbagi Buku dan Susu
Berbagi nggak pernah rugi. Sebagian dari kamu mungkin pernah mendengar istilah tersebut. Yup, berbagi apa yang kamu punya kepada mereka yang nggak punya, bisa jadi kebahagiaan tersendiri. Setidaknya itu yang dirasakan Rini Puspitasari, mahasiswa Jurusan Kesehatan Masyarakat Undip Semarang. Cewek berjilbab itu, peduli banget pada masalah sosial dan pendidikan. Akhirnya, bersama keempat temannya, ia membuat komunitas bernama Lentera Nusantara.
Komunitas Lentera Nusantara, atau biasa disingkat menjadi Lensa, merupakan komunitas anak-anak muda yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan. Berawal dari kesamaan hobi membaca dan mengoleksi buku, para anggota Lensa menggagas sebuah komunitas untuk memberikan manfaat buat anak-anak yang kurang mampu melalui buku. Dan, pada 19 Oktober 2012 dibentuklah komunitas tersebut.
''Suatu hari, aku dan teman-teman sedang ngobrol tentang koleksi buku kami. Lalu kami sadar, ada anak-anak yang tidak mampu beli buku. Bahkan, buat makan aja mungkin pas-pasan,'' urai Rini.
Sebuah gerakan pengumpulan buku pun dilakukan, diberi nama gerakan One Person One Book. Seperti namanya, gerakan ini berupa pengumpulan buku, baik buku bekas maupun baru, yang sudah tidak dipakai untuk disalurkan para anak-anak kurang mampu. Buku yang sudah terkumpul kemudian dijadidikan satu di sebuah perpustakaan di tempat-tempat yang membutuhkan. Tujuannya, agar anak-anak bisa membacanya dan memperoleh manfaat dari buku-buku tersebut. ''Gerakan One Person One Book ini sederhana, tapi insyaallah bermanfaat buat anak-anak. Sekaligus menumbuhkan minat baca di usia dini juga,'' imbuh cewek berkacamata itu.
Ekspedisi
Nah, sesudah buku-buku terkumpul, gerakan selanjutnya adalah Ekspedisi Lensa. Gerakan ini berupa pencarian tempat-tempat potensial untuk dibuatkan perpustakaan. Yang dimaksud tempat potensial itu, tempat di mana banyak anak-anak kurang mampu di sana, yang punya minat baca tinggi.
Sampai saat ini, Lensa sudah melakukan tiga ekspedisi, dan membuat perpustakaan di tiga tempat. Perpustakaan pertama dibuat di Indoshelter Semarang, sebuah penampungan anak-anak jalanan di kawasan Tandang, Semarang. Perpustakaan kedua bernama Bale Baca Simbah, terletak di Banyumas, bekerjasama dengan komunitas Banyumas Mengajar. Sedangkan perpustakaan ketiga dibuat di Panti dan Pondok Pesantren Nurul Quran Demak. ''Untuk membuat lemari buku di perpustakaan, alhamdulillah ada donatur yang membantu kami,'' kata Dewi Masitoh, salah seorang anggota Lensa.
Nggak cuman berbagi buku saja, Lensa juga punya kegiatan rutin, yaitu Gerakan Bagi Susu yang dilakukan sebulan dua kali. Gerakan ini berupa pembagian susu kepada anak-anak jalanan yang ditampung di Indoshelter Semarang. ''Lewat kegiatan-kegiatan itu, kami memberikan sumbangsih kecil untuk pendidikan dan perbaikan gizi anak-anak di Indonesia,'' sambung Dewi.
Para awak Lensa berharap, ke depannya mereka bisa bekerjasama dengan berbagai tempat di Semarang untuk menjadi tempat pengumpulan buku. Supaya, semakin banyak anak-anak muda yang gabung dalam kegiatan positif mereka. Dan, masih ada satu lagi impian besar para awak Lensa. Mereka ingin gerakan ini menyebar ke seluruh Nusantara, bukan hanya di Jateng saja. Nah, buat kamu yang ingin bergabung dengan Lensa, atau ingin menyumbangkan buku-buku buat adik-adik yang kurang mampu, silakan menghubungi mereka di Twitter @salamlensa. Juga, kamu bisa mengintip kegiatan mereka selama ini di situs lentera-nusantara.org. (62)
Sumber: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2013/08/20/234078/Lensa-Berbagi-Buku-dan-Susu
Tahun 2014
Mereka Jadi Lentera Pendidikan
Pernahkah kamu merenung, betapa kamu beruntung bisa bersekolah, mengenyam pendidikan dengan nyaman dan fasilitas cukup dari orang tua? Jika kamu jeli melihat sekitar, masih banyak saudara kita yang tak menikmati fasilitas pendidikan tersebut.
Kesadaran itu yang membuat teman-teman anggota komunitas Lentera Nusantara (Lensa) berbagi kepedulian buat mereka yang kurang beruntung. Komunitas ini bermula dari kesamaan hobi membaca dan mengoleksi buku beberapa anggota, lalu tergerak ingin memberi manfaat untuk anak-anak yang kurang mampu, melalui buku.
‘’Suatu hari, aku dan teman-teman sedang ngobrol tentang koleksi buku kami. Lalu kami sadar, ada anak-anak yang tidak mampu beli buku. Bahkan, buat makan aja mungkin pas-pasan,’’ urai Rini Puspitasari, salah seorang pendiri Lensa.
Lensa dibentuk pada tanggal 19 Oktober 2012. Komunitas ini beranggotakan anak-anak muda yang peduli pada bidang sosial pendidikan. Mereka punya gerakan ‘’One Person One Book’’, berupa pengumpulan buku masing-masing anggota untuk disalurkan pada anak-anak kurang mampu. Seluruh buku yang sudah terkumpul kemudian dijadidikan satu di sebuah perpustakaan di tempat-tempat yang membutuhkan. Tujuannya, agar anakanak bisa membacanya dan memperoleh manfaat dari buku-buku tersebut.
Lima Perpustakaan
Nah, setelah buku-buku terkumpul, gerakan selanjutnya adalah Ekspedisi Lensa. Gerakan ini berupa pencarian tempat-tempat potensial untuk dibuatkan perpustakaan. Yang dimaksud tempat potensial itu, tempat di mana banyak anak-anak kurang mampu di sana, yang punya minat baca tinggi.
‘’Lewat perpustakaan ini, kami ingin menumbuhkan minat baca kepada anak-anak. Sejauh ini sudah ada lima perpustakaan. Semoga bisa terus bertambah,’’sambung Rifaul Qulub.
Qulub menjelaskan, lima perpustakaan Lensa berada di Indoshelter, Banyumas Mengajar, Panti Asuhan Nurul Quran Demak, Rumah Pintar Bang Jo, dan di Sahabat Tenggang. Nggak cuman berbagi buku saja, Lensa juga punya kegiatan rutin yaitu Gerakan Bagi Susu yang dilakukan sebulan dua kali. Gerakan ini berupa pembagian susu kepada anak-anak jalanan yang ditampung di Indoshelter Semarang.
‘’Jika lewat buku bentuk kepedulian kami di bidang pendidikan, dengan memberi susu, kami ingin berkontribusi di bidang perbaikan gizi anak-anak Indonesia,’’ imbuh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip itu.
Komunitas yang beranggotakan 15 pengurus dan 25 sukarelawan itu pun berbenah diri. Yup, sejak September lalu, ada masukan dari pembina, bahwa kontribusi di bidang sosial pendidikan nggak cukup lewat buku dan susu. Selanjutnya, adik-adik binaan Lensa akan diberi pelatihan dan pendampingan sesuai bakat dan minat.
‘’Kami mengadakan survei, pelatihan apa yang diperlukan. Akhirnya diputuskan, akan diberi pelatihan melukis, daur ulang sampah dan menjahit,’’ kata Dewi Masithoh, anggota Lensa.
Dengan pemberian pelatihan, para anggota Lensa berharap adik-adik binaan bisa makin mandiri. Hasil karya mereka dari pelatihan akan ditampung dan dibantu memasarkan. Rencananya, ada bantuan ruko untuk ruang pamer (showroom) hasil kerajinan anak-anak binaan yang juga bisa dijadikan tempat pelatihan.
Buat kamu yang tertarik ingin gabung dengan Lensa, silakan buka situs lenteranusantara.orgatau Twitter @lenteranusantra. Salurkan bantuan dan kepedulian kamu pada anak-anak yang kurang beruntung, dan tunjukkan kontribusimu untuk pendidikan anak di Indonesia.
sumber: http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/mereka-jadi-lentera-pendidikan/
Tahun 2015
Himpun Buku, Dirikan Perpustakaan Umum
Melongok Aktivitas Komunitas Lentara Nusantara (Lensa) Semarang
SALING berbagi kepada pihak yang membutuhkan adalah kegiatan mulia. Kebaikan yang diberikan kepada orang yang membutuhkan secara tulus ikhlas tanpa pamrih ini, ibarat sebuah lampu penerang di dalam kegelapan yang dapat membangkitkan semangat.
Keinginan untuk dapat menjadi sebuah penerang kegelapan layaknya lentera inilah yang menginspirasi terbentuknya sebuah komunitas bernama Lentera Nusantara. Sebuah komunitas pemuda di Kota Semarang yang berfokus pada bidang sosial pendidikan yang siap menjadi cahaya bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Wakil Ketua Komunitas Lentera Nusantara, Rifaul Qulub, mengatakan, komunitas yang dibentuk fokus pada pembuatan perpustakaan umum. Pihaknya menghimpun buku-buku bekas maupun baru dari berbagai kalangan masyarakat, kemudian berkoordinasi dengan komunitas sosial lainnya membuat sebuah perpustakaan.
Komunitas yang terbentuk sejak 19 Oktober 2012 ini juga kerap disingkat Komunitas Lensa agar mudah disebut. Nama komunitas ini memiliki filosofi yang menarik. Selayaknya lentera yang berarti memberikan cahaya di kegelapan, Komunitas Lensa juga ingin memiliki makna sebagai komunitas yang dapat memberikan cahaya bagi pihak-pihak kurang mampu di seluruh nusantara, khususnya dalam dunia pendidikan.
”Di dunia pendidikan itu banyak hal belum kita tahu. Hal ini seperti teori gunung es, kadang kalau dari atas terlihat cuma kecil saja. Padahal di dalam dasar laut itu terdapat banyak gumpalan es yang lebih besar. Itu yang kita lihat. Kadang teman-teman di pendidikan mungkin secara formal sudah berjalan, tapi di luar sana masih banyak anak-anak kurang mampu lainnya yang masih butuh bantuan,” papar Rifaul kepada Jawa Pos Radar Semarang.
Komunitas ini sudah mendirikan beberapa perpustakaan yang tersebar di berbagai wilayah Semarang dan beberapa kota di Indonesia. Seperti di basecamp Indoshelter Semarang yang berlokasi di dekat Pasar Kambing Semarang, Banyumas Mengajar, Panti Asuhan dan Pondok Pesantren Nurul Quran Demak, Sahabat Tenggang di Kaligawe Semarang, Rumpin Bangjo di Johar Semarang, serta rencananya akan segera membuat perpustakaan di daerah pesisir pantai di Rembang.
Dikatakan, Komunitas Lensa didirikan oleh 5 orang, yang saat itu masih berstatus mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan Teknik Kimia Universitas Diponegoro (Undip). Awal terbentuk, mereka mengajak teman-teman lainnya untuk bersama-sama menyumbang buku. ”Awalnya kita melakukan hal yang simpel dengan menyumbangkan buku saja, lalu seterusnya kami bersemangat untuk berbagi ilmu dan sharing ke lingkungan kampus, ke teman-teman kos, dan sebagainya,” cerita Rifaul.
Berkat kerja keras dan semangat teman-teman tersebut, komunitas yang mengusung tagline ’Donasi Bukumu Gerbang Masa Depan Mereka’ ini dapat mengumpulkan hampir 1.000 buku pada saat pertama melakukan launching komunitas di basecamp Indoshelter Semarang tiga tahun lalu.
Kesuksesan komunitas Lensa tersebut tak luput dari banyak support dari teman-teman komunitas lain. ”Kita dapat support dari banyak teman-teman komunitas lainnya. Dari situ kita merasa masih punya tanggung jawab yang lebih. Mungkin ini memang kelihatannya acaranya sukses, tapi di balik ini kita punya tugas yang lebih besar lagi untuk membantu teman-teman yang membutuhkan di luar sana,” papar Rifaul.
Komunitas yang memiliki anggota kisaran usia 17-30-an ini terdiri atas 15 pengurus, 10 volunteer, dan 80 anggota lainnya. Pengurus sebanyak 15 ini bertanggung jawab atas semua urusan yang ada komunitas. Sedangkan 10 volunteer merupakan orang-orang yang sudah dilibatkan dalam kegiatan Lensa, dan disiapkan untuk kaderisasi yang nantinya akan menggantikan pengurus. Lalu 80 anggota lainnya masih dilibatkan sebatas dalam kegiatan saat hari terselenggaranya event saja.
Komunitas yang memiliki basecamp di Cluster Edelweis No 29 Perum Permata Tembalang ini memiliki berbagai kegiatan rutin. Pertama, ada gerakan ’One Person One Book’, di mana dalam kegiatan ini Lensa mengumpulkan sumbangan buku dari banyak orang dengan ketentuan satu orang minimal menyumbang satu buku, bebas buku apa saja.
Kedua, ada Gerakan Bagi Susu, di mana Komunitas Lensa akan membagikan susu secara gratis kepada anak-anak yang membutuhkan, dengan tujuan mencerdaskan dari segi ilmu dan meningkatkan kualitas kesehatannya.
Ketiga ada Ekspedisi Lensa, yakni dia berkunjung ke berbagai tempat untuk survei lokasi yang berpotensi didirikan sebuah perpustakaan. Keempat, ada gerakan Drop Box, yaitu menyediakan boks yang diletakkan di berbagai tempat guna menghimpun sumbangan buku maupun memberikan kesempatan pengunjung untuk membaca buku-buku hasil sumbangan yang hanya dapat dibaca di tempat tersebut dan tidak boleh dibawa pulang.
Selain masih terus disibukkan dalam mengumpulkan dan berbagi buku, Komunitas Lensa ke depannya memiliki rencana untuk mencoba mengumpulkan donasi dari para donatur guna menjadikannya sebuah beasiswa bagi anak-anak yang memang benar-benar membutuhkan dan punya niat besar untuk terus belajar.
Sekarang ini, Komunitas Lensa masih fokus mengajar anak-anak di Indoshelter untuk belajar sambil bermain setiap Senin-Jumat. Jam pagi-siang dikhususkan bagi anak-anak TK hingga kelas 1-2 SD, lalu pukul 11.00-14.00 untuk kelas 3-6 SD, dan sore untuk siswa SMP atau SMA. ”Dalam kegiatan ini, kami berperan sebagai volunteer dan memantau buku di sana benar-benar bisa termanfaatkan atau tidak, dan nantinya akan diterapkan ke berbagai mitra perpustakaan Lensa lainnya,” katanya. (*/aro/ce1)
sumber: http://www.radarsemarang.com/20151028/himpun-buku-dirikan-perpustakaan-umum/3