Campusnesia.co.id - Sejak tahun 2022 kemarin ada pergeseran tren startup yang dilirik oleh para founder dan ventures capital dalam menentukan satartup mana yang akan didanai.
Jika di awal kemunculannya, banyak startupyang berbasis ecomerce, selanjutnya software as a serveice atau SaaS, health dan sekarang yang sedang tren adalah startup tentang climate change atau dikenal dengan green startup.
Secara sederhana Green Startup yaitu perusahaan-perusahaan rintisan yang fokus memproduksi dan menawarkan produk-produk ramah lingkungan yang mendukung keberlanjutan, termasuk di dalamnya adalah startup tentang pertanian dan perikanan karena masuk dalam hal ketahanan pangan.
Tren baru ini menarik yang bisa diartikan masyarakat pelaku industri dan startup sadar akan pentingnya isu climate change dan dampaknya pada kehidupan masyarakat.
Perubahan iklim yang mulai bisa kita rasakan misalnya, musim yang anomali, ketika hujan sering terjadi banjir, saat kemarau mudah sekali kekeringan, suhu bumi yang mulai panas, kualitas udara semakin memburuk, menurunnya produksi pangan, permasalahan sampah yang tidak bisa didaur ulang dll yang perlu disikapi dengan kesadaran pola hidup dan teknologi.
Khusu di Indonesia yang sedang booming bahkan juga diendorse dan didukung pemerintah adalah penggalakkan penggunaan kendaraan EV atau (Electric Vehicle). Angin segar dari produsen motor dan mobil listrik, baterai listrik hingga aplikasi pendukung dan aksesoris pelengkap.
Untuk sobat Campusnesia yang sedag berfikir ingin membangun start up bisa banget memilih tren green startup baru ini sebagai altenatif.
Nah sebagai referensi kali ini Campusnesia akan hadirkan daftar Startup yang bergerak dalam climate change issue dan green startup, apa saja? ini daftarnya:
1. BLUE
BLUE (Bina Usaha Lintas Ekonomi) adalah salah satu startup di bidang energi terbarukan yang didirikan pada 2018 Oleh Abu Bakar Abdul Karim Almukmin.
BLUE ini menyediakan solusi satu atap untuk barang dan jasa energi terbarukan melalui pasar Warung Energi. Selain itu, BLUE juga mengembangkan solusi energi surya B2B untuk sistem energi surya komersial, industri, dan terpusat untuk wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia.
Debut pendanaan BLUE sendiri berasal dari New Energy Nexus yang telah mendanai 16 Startup climate change maupun renewable energy.
2. BuMoon.io
Salah satu startup social yang bergerak pada bidang IoT (Internet of Things), Blockchain, dan Artificial Intelegences yaitu BuMoon.io memiliki project juga untuk mengatasi climate change melalui token crypto.
BuMoon.io sendiri didirikan pada tahun 2021 oleh Dian Agustian Hadi dan Adya Kemara. Selain climate change, BuMoon.io juga mengatasi limbah sampah plastik yang ada. Hal ini bisa dijadikan salah satu hal yang baik untuk diikuti.
Konsep dari BuMoon.io ini sangat unik yaitu mereka memberlakukan "Eco Living Token", pengguna dapat menyetor sampah ke BuMonn.io setelah itu kita akan mendapatkan benefit (uang, token, dan semacamnya). Model bisnis yang satu ini dilakukan secara periodik.
Tidak hanya Eco Living Token saja, BuMoon.io memliki proyek untuk pemasangan panel surya yang diambil dari data carbon trading, sehingga menjadi salah satu transaksi program yang cukup menarik.
3. Carboon Addons
Startup ini didirikan pada Agustus 2020. Carboon Addons menghadirkan solusi untuk menggerkakan dampak limbah serta startup untuk mengimbangi emisi karbon dari setiap pembelian seperti produk online dan tiket transportasi melalui add-on sebelum memeriksa produk.
Carbon Addons ini memungkinkan pengguna untuk mengimbangi jejak karbon dari pembelian produk/layanan mereka dengan menambahkan dana karbon tambahan sebelum checkout melalui plugin aplikasi perangkat lunak yang dapat diintegrasikan dengan platform seperti e-commerce.
Carboon Addons sendiri didirikan oleh Mohamad Naufal. Dengan adanya Carboon Addons sendiri, Mohama Naufal yakin bisa meminimalisir kerusakan lingkungan yang ada sehingga kita bisa menikmati keindahan alam terutama di Indonesia.
4. Duitin
Salah satu startup dengan waste management system yang aman adalah Duitin. Duitin adalah gerakan memilah, mengumpulkan, dan mengelola sampah agar bisa mendapatkan 'kehidupan kedua' melalui proses daur ulang.
Jadi Duitin, startup pengumpulan sampah, khususnya sampah anorganik. Apalagi, kampanye pengumpulan sampah anorganik – termasuk pemilahan sampah – terus berlanjut hingga saat ini.
Startup waste management yang satu ini didirikan oleh empat founder yaitu Agy (CEO), Adjiyo Prakoso (COO), Astriani L(CFO), dan Danni Fajariadi (CMO) yang pastinya akan membantu masyarakat Indonesia dalam mengelola limbah sampah dengan baik menggunakan Aplikasi Mobile yang terintegarasi yakni Duitin.
4. Gringgo
Salah satu startup waste management yang ada di Bali ini dapat menjadi salah satu perusahaan yang dapat berdampak pada lingkungan. Gringgo didirikan oleh Oliver Pouillon (CEO) dan Febriadi Pratama (CTO) pada tahun 2014.
Cara kerja dari Gringgo sendiri adalah memfasilitasi pengelolaan sampah dengan menggunakan website based application yang terintegrasi antara satu sama lain. Hal ini agar para user dapat mengangkut sampahnya melalui aplikasi Gringgo. Namun, pengangkutan sampah ini ada tujuannya yaitu Gringgo ingin membangun sebuah layanan network untuk waste collection.
Pastinya hal tersebut dapat menjadi hal yang baik untuk bank sampah dan kolektor sampah sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik.
Pada tahun 2019, Gringgo sendiri mendapatkan pendanaan sekitar $500.000 dari Google untuk mengekspansi bisnisnya ke beberapa wilayah kota seperti Jakarta dan Bali tentunya.
5. Hijauku.com
Hijauku.com adalah green portal yang menyediakan informasi terkini tentang gaya hidup hijau dan sehat. Startup climate change yang satu ini berisi ide-ide konten untuk penghijauan yang dibagikan menggunakan lisensi Creative Commons untuk mengedukasi orang-orang dan lebih jauh lagi menghijaukan bisnis dan kehidupan sehari-hari mereka.
Selain itu Hijauku.id ini adalah salah satu startup yang bisa digunakan untuk mengetahui emisi karbon di daerah sekitarnya. Hijauku sendiri berdiri pada Maret 2011 didirikan oleh Hizbullah Arief.
Selain emisi karbon, Hijauku.com juga memprediksi perubahan cuaca dan Iklim di Indonesia. Hal ini untuk mengetahui gambaran dasar yang baik untuk kamu gunakan dalam kehidupan sehari-hari dan beraktivitas.
6. Jangjo
Jangjo adalah startup baru di Indonesia. Startup yang satu ini ingin menciptakan ekosistem sinergi yang dapat mengintegrasikan setiap pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam pengelolaan sampah. Mulai dari rumah tangga, pemulung, perusahaan operator hingga industri.
Stakeholder yang dimaksud antara lain penghasil sampah (masyarakat), pengangkut sampah (operator), tempat penampungan sementara (hub), dan pengelolaan sampah (industri).
Untuk mengatasi permasalahan di atas, kata dia, Jangjo mengembangkan solusi utama yaitu edukasi pemilahan dan pengangkutan sampah terpilah untuk wilayah Jakarta. Warga yang terdidik memilah sampah bisa menggunakan jasa angkut sampah untuk didaur ulang oleh industri
Edukasi pemilahan sampah dilakukan door to door untuk kawasan pemukiman. Kemudian, Jangjo Rangers akan merekam data sampah yang telah dipilah melalui aplikasi.
Platform waste management ini didirikan oleh 4 Co-Founder Joe Hansen (Co-founder dan Commisioner), Nyoman Kwanhok (Co-founder dan CEO), Eki Setijadi (COO), dan Hendra Yubianto (CMO) pada tahun 2019.
Startup waste management yang satu ini mendapatkan seed funding dari Darmawan Capital dengan nominal yang dirahasiakan. Dengan Investasi yang satu ini Jangjo akan mengekspansi bisnisnya dan memodernisasi aplikasinya.
7. Jejak.in
Jejak.in merupakan salah satu startup climate change yang menggunakan teknologi IoT (Internet of Things) dan AI (Artificial Intelegences). Startup ini awalnya adalah berbentuk FMCG yang didirikan oleh Arfan Alandra pada tahun 2018.
Jejak.in memiliki misi untuk menginisiasi aksi iklim melalui solusi berbasis AI dan IoT. Salah satu produk andalan mereka adalah Tree and Carbon Storage Monitoring Platform, sebuah platform yang memanfaatkan teknologi seluler, drone, sensor IoT, LiDAR, dan satelit untuk mengumpulkan dan menganalisis data ekologi lingkungan.
Jejak.in ini sangat bagus untuk dimanfaatkan dengan baik karena dengan adanya aplikasi ini masyarakat mampu mengetahui perkembangan climate change serta emisi karbon dengan real time.
Selain itu, ada fitur lain yang berfungsi untuk mengukur dampak penyerapan karbon, infiltrasi udara, kondisi tanah dan udara, serta keanekaragaman hayati.
8. Nafas
Didirikan oleh Ex-CMO Gojek Piotr Jakubowski dan Zulu Nathan Roestandy pada tahun 2018. Startup climate change yang satu ini memiliki perbedaan dibandingkan dengan startup climate change yang lain. Nafas bisa menghadirkan kondisi dan situasi iklim serta kadar emisi karbon yang tepat secara real time dan akurasinyas sangat jitu.
Nafas sudah memasang 46 sensor yang tersebar di Jabodetabek. Sensor mereka dapat memperbarui data kualitas udara setiap 20 menit. Adapun data yang disajikan dalam aplikasi nafas berupa kadar Air Quality Index (AQI) dan Particulate Matter (PM) 2,5. Mereka juga kini menjual produk pembersih udara Aria. Yang penasaran bisa kunjungi websitenya https://nafas.co.id/
9. OCTOPUS
Octopus adalah platform agregator yang bisa dimanfaatkan oleh industri terkait untuk mendapatkan sampah daur ulang dari pemulung dan pengepul. Layanan ini telah memulai operasionalnya di kota lapis 2 dan 3.
Octopus didirikan pada tahun 2020 oleh Dimas Ario Rubianto, Hamish Daud Wyllie, Niko Adi Nugroho, Moehammad Ichsan. Octopus juga sudah melayani ampir 200 ribu pengguna yang tersebar di lima kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Tangerang Selatan, Bandung, Bali, dan Makassar. OCTOPUS juga telah bekerja sama dengan lebih dari 1.700 bank sampah dan 14.600 pemulung terlatih dan terverifikasi (mereka menyebutnya dengan "pelestari").
Saat ini Octopus telah mendalami fokus bisnisnya untuk mengembangkan hal tersebut. Salah satunya melakukan membukukan pendanaan awal dari Openspace Ventures.
9. Plumelabs
Plume Labs, sebuah startup yang khusus untuk mengukur kualitas udara, baru-baru ini meluncurkan API Plume.io berbayar yang memungkinkan siapa saja untuk menambahkan kualitas udara ke layanan pembeli API mereka. Sebelumnya Plume Labs telah mengembangkan aplikasi mobile dan pengukur kualitas udara.
Plume Labs sendiri didirikan oleh Romain Lacombe pada tahun 2021. Pastinya Plume Labs ini akan menahadirkan startup climate change yang berbeda dengan yang lainnya.
10. Rekosistem
Startup Zero Waste Management ini didirikan pada tahun 2018 oleh Ernest Layman dan Joshua Valentin. Rekosistem sendiri tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan Zero Waste Management terkemuka dan termutakhir.
Produk dan layanan dari Rekosistem ini cukup banyak model bisnisnya sangat luas di B2B serta B2C dan layanan dan produk rekosistem ini komperhensif seperti edukasi pengelolaan sampah, Mengirim dan menerima sampah agar mudah diolah serta energi terbaharukan seperti Biogas dan sebagainya.
Produk utama yang ditawarkan Rekosistem antara lain Layanan Penjemputan (Repickup Service) dan Penyetoran Sampah ke Tempat Sampah (Redrop Service). Layanan penjemputan ulang meliputi layanan pengumpulan dan penjemputan sampah untuk rumah tangga atau perumahan, bisnis, perkantoran, sekolah, fasilitas umum, fasilitas olahraga, dan tempat komersial.
Rekosistem juga mendapatkan pendanaan dari Bali Investment Club dan menjalin kerja sama strategis dengan Marubeni. Hal ini digunakan untuk melakukan eskpansi bisnis ke ranah yang lebih meluas lagi.
11. Sampangan
Salah satu startup waste management selanjutnya adalah Sampangan. Startup yang satu ini didirikan oleh Muhammad Fauzal Rizki (CEO) dengan Hana Punawarman (CPO) pada tahun 2019. Startup ini membantu para pengepul untuk mengelolaan sampah agar lebih berguna.
Carbonized Technology ini merupakan kombinasi proses Pyrolis dan Gasifikasi. Ini adalah proses penguraian materi menggunakan radiasi panas tanpa adanya oksigen (sehingga tidak ada pembakaran dan tidak ada polusi).
Magic Box ini beroperasi pada 100-400 derajat celcius dibandingkan dengan 700 dan 1200 derajat celcius untuk masing-masing diproses secara tradisional. Sumber energi adalah input limbah yang energi potensialnya diubah menjadi energi panas dalam prosesnya.
Secara sederhana konsepnya mirip dengan rice cooker atau oven. Tidak ada api. Hanya radiasi panas. Limbah masuk, karbon aktif + produk organik dan aman lainnya keluar.
Jadi secara tidak langsung sampang juga dapat mempengaruhi dan memperbaiki kualitas udara melalui pembakaran sampah dan limbah.
12. Waste4Change
Waste4Change adalah perusahaan pengelola sampah yang bertanggung jawab yang didirikan oleh Mohamad Bijaksana Junerosano pada tahun 2014 di Bekasi, Jawa Barat.
Waste4Change memberikan solusi pengelolaan sampah dari hulu hingga hilir yang terdiri dari 4 jalur, yaitu: Konsultasi : Penelitian dan kajian terkait persampahan Kampanye : Peningkatan kapasitas, edukasi, dan pendampingan Kumpulkan : Pengangkutan dan pengolahan sampah harian untuk zero waste to landfill Create : Daur ulang sampah dan program EPR (Extended Producer Responsibility).
Hingga saat ini, Waste4Change telah berhasil mengelola 5.400 ton sampah dan mengurangi 52% sampah yang berakhir di TPA. Saat ini, layanan pengelolaan sampah Waste4Change mencakup wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Surabaya, Sidoarjo, Semarang, Bandung, dan Medan.
13. Zerowaste
Zero Waste Indonesia (ZWID) adalah komunitas berbasis online yang didirikan pada tahun 2018 oleh Maurilla Imron dan Kirana Agustina dengan tujuan mengajak masyarakat Indonesia untuk menjalani gaya hidup zero waste. Zero Waste Lifestyle merupakan gaya hidup untuk meminimalkan produksi sampah yang dihasilkan dari setiap individu yang akan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dalam upaya melestarikan lingkungan.
ZWID berperan aktif untuk terus menyebarkan kesadaran penerapan pola pikir bijak dalam pengelolaan sampah dengan menerapkan 6R (Rethink, Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, dan Rot) dengan memberikan tips gaya zero waste yang bermanfaat dan informasi isu-isu pengelolaan sampah. dan kaitannya dengan kelestarian lingkungan.
Mengusung visi sebagai one-stop-solution platform dan payung informasi gaya hidup minim sampah di nusantara, ZWID juga menjadi wadah berkumpulnya individu, penggiat lingkungan, komunitas, dan semua pihak yang peduli terhadap kelestarian lingkungan.
14. Biome Makers
Memulihkan kesehatan tanah merupakan langkah penting menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Biome Makers, sebuah startup yang didirikan pada tahun 2015 oleh Alberto Acedo dan Adrián Ferrero di Silicon Valley, berdedikasi untuk meningkatkan kesehatan tanah dunia — satu pertanian dalam satu waktu. Sejak awal, startup biotek memprioritaskan pemulihan kesehatan tanah dengan mendukung petani di seluruh dunia untuk meningkatkan praktik pertanian dan bisnis mereka. Pelaporan dan analitik terperinci memberi petani kesuburan tanah, keanekaragaman hayati, dan statistik kesehatan untuk membantu mereka membuat perubahan yang terinformasi dan berdampak.
Saat ini, Biome Makers mengimplementasikan teknologi AI yang didukung keahlian mereka di bidang agronomi (ilmu pengelolaan tanah dan produksi tanaman) untuk menciptakan asisten virtual yang mampu membantu petani meningkatkan hasil dan kualitas tanaman.
15. Aurora Solar
Seiring meningkatnya permintaan akan sumber energi alternatif, perusahaan energi surya menjadi lebih populer dari sebelumnya. Aurora Solar memberi perusahaan energi surya perangkat lunak untuk merancang dan menjual sistem panel surya untuk pelanggan dari jarak jauh. Aurora Solar tidak hanya menghasilkan $50 juta dalam putaran pendanaan Seri B mereka, tetapi dengan rencana pemerintah AS untuk menginvestasikan hampir $2 triliun ke dalam industri, langit adalah batas untuk startup yang berkelanjutan seperti ini.
16. Treeapp
Bagaimana jika Anda bisa menanam pohon di seluruh dunia, dari ponsel Anda hanya dalam satu menit? Dengan Treeapp, Anda bisa. Startup ultra-sustainable ini diciptakan oleh tiga lulusan London Business School — Godefroy Harito, Jules Buker, dan Leo Ng — pada tahun 2019. Aplikasi ini resmi diluncurkan pada 22 April 2020, bertepatan dengan Hari Bumi. Dalam tahun pertamanya, ia menanam 230.000 pohon di seluruh dunia. Pelanggan cukup memilih proyek reboisasi untuk mendukung, menanam pohon, melacak dampak global secara gratis karena kemitraan Treeapp dengan bisnis dan organisasi di seluruh dunia yang sama-sama bersemangat tentang keberlanjutan.
17. EcoCart
EcoCart adalah perusahaan startup ekstensi browser yang memungkinkan pengguna untuk mengimbangi emisi karbon mereka secara gratis dari bisnis tertentu. Bermitra dengan lebih dari 10.000 bisnis seperti American Eagle dan Glossier, pelanggan yang memilih untuk mengimbangi emisi mereka menggunakan EcoCart diberi hadiah EcoPoints untuk menerima hadiah dan membantu menyediakan air bersih dan pepohonan di seluruh dunia.
Startup ramah lingkungan ini, didirikan pada 2019 oleh Peter Twomey dan Dane Baker, mengklaim telah mengimbangi 4 juta pon emisi karbon dioksida (CO2), menyelamatkan lebih dari 8.000 pohon, dan membantu memberi daya pada lebih dari 700 rumah sejauh ini. Selain ekstensi browser EcoCart, startup ini menawarkan layanan akuntansi lingkungan yang membantu bisnis melacak emisi karbon mereka sendiri. Selain itu, dengan dana baru sebesar $3 juta, tampaknya akan ada lebih banyak hal baik yang dapat dilakukan oleh startup ini.
18. Algenesis
Bukan rahasia lagi bahwa plastik mencemari lautan, tanah, dan udara kita. Algenesis, startup ramah lingkungan yang didirikan pada tahun 2016 oleh Dr. Stephen Mayfield, melakukan sesuatu untuk itu. Menggunakan teknologi Soleic™ yang telah dipatenkan, Algenesis memproduksi plastik yang dapat terurai sepenuhnya yang terbuat dari alga. Ini tidak hanya merupakan produk terbarukan, tetapi juga merupakan bahan berkinerja tinggi yang memungkinkannya bersaing dengan plastik yang kita gunakan saat ini. Saat ini perusahaan memproduksi alas kaki dan material keras untuk papan selancar; namun, mereka berencana untuk memperluas dengan memasukkan berbagai produk untuk mengurangi penggunaan plastik yang boros.
19. Botol+
Industri air soda memiliki ukuran pasar sebesar $29,7 miliar pada tahun 2020, dan diperkirakan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sebesar 12,6% dari tahun 2021 hingga 2028. Dengan jenis pertumbuhan tersebut, jumlah botol dan kaleng yang terbuang di seluruh dunia yang diproduksi untuk menahan air soda juga akan meningkat. Bottle+ bertujuan untuk mengatasi masalah ini dengan membuat botol air yang dapat digunakan kembali yang dapat mengubah air biasa menjadi air soda dengan menggunakan tangki CO2 kecil yang dipasang di bagian bawah botol.
Botol tersebut pada akhirnya akan mengurangi produksi sampah plastik sekali pakai yang berakhir di tempat pembuangan sampah dan di lautan kita. Botol baru harus menghasilkan setara dengan 15 botol air soda dan dapat dikonsumsi saat bekerja atau dalam kenyamanan rumah Anda. Konsumen akan dapat mengisi ulang tangki CO2 mereka menggunakan silinder yang dapat ditemukan di banyak toko kelontong atau perlengkapan rumah tangga setempat.
20. Daur Ulang Elektronik Homeboy
Kabira Stokes, pendiri Daur Ulang Elektronik Homeboy, telah menciptakan alternatif untuk membuang barang elektronik bekas di tempat pembuangan sampah dengan menawarkan program daur ulang nasional. Begini cara kerjanya: pelanggan mengirimkan barang elektronik mereka, kemudian Daur Ulang Elektronik Homeboy mendemanufaktur barang-barang yang tidak dapat digunakan untuk menyelamatkan plastik, logam, serta bahan lain yang dapat digunakan kembali yang dapat didaur ulang.
21. Heliogen
Mencoba memecahkan masalah CO2 dunia, Heliogen berupaya mengganti bahan bakar fosil dengan serangkaian produk inovatif. Perusahaan ini adalah startup teknologi energi terbarukan yang menggunakan sinar matahari untuk membantu menggantikan bahan bakar fosil.
HelioHeat mereka adalah panas suhu tinggi bebas karbon yang dapat menggerakkan proses industri yang menghasilkan baja, semen, dan petrokimia. Mereka juga memiliki HelioPower, yang menggunakan sinar matahari untuk menciptakan tenaga menggunakan turbin CO2 superkritis yang dapat membantu menghidupkan pusat data dan operasi penambangan. HelioFuel menggunakan hidrogen hijau untuk menggerakkan industri yang terkait dengan transportasi, alat berat, dan pemanas rumah tangga.
22. GoSun
Mengapa tidak memasukkan kekuatan energi matahari ke dalam lebih banyak segi kehidupan sehari-hari? Itulah misi di balik GoSun, sebuah startup berkelanjutan yang menawarkan berbagai produk bertenaga surya mulai dari oven bertenaga surya hingga seluruh rumah mungil di luar jaringan. Semua produk GoSun diciptakan untuk mobile dan ramah lingkungan agar dapat lebih sepenuhnya memasukkan energi matahari ke dalam kehidupan sehari-hari konsumen tanpa mengorbankan ketahanan dan kualitas produk.
Demikian atdi sobat Campusnesia postingan kita kali ini tentang Mengenal Apa Itu Green Startup, Daftar Climate Change Startup dan Peluangnya Di Masa Depan, akan kami update secara berkala, semoga bermanfaat sampai jumpa.
sumber:
====
Baca juga:
- Daftar Aplikasi dan Website Terbaik untuk Cek Kualitas Udara AQI (Air Quality Index) di Sekitar Kita