Campusnesia.co.id - Klaten 04/02/2023. Penduduk Indonesia pada umumnya lebih menyukai makanan yang digoreng. Berdasarkan riset yang dilakukan Lembaga kajian Traction Energy Asia konsumsi minyak jelantah di kota besar area Jawa-Bali mencapai 207170,65 Kiloliter (KL) per tahun.
Minyak jelantah selain menimbulkan bagi kesehatan manusia juga menimbulkan masalah lingkungan. Dimana, minyak jelantah yang terserap ke dalam tanah dapat mencemari sehingga berdampak pada penurunan tingkat kesuburan tanah serta terbukti mempengaruhi kandungan mineral dalam air bersih.
Selain dapat meminimalisit pencemaran, kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan limbah terbukti mampu untuk menciptakan ekonomi kreatif ramah lingkungan. Hal ini juga berlaku pada limbah minyak jelantah sebagai bahan baku untuk berbagai macam produk yang bernilai ekonomis.
Pemanfaatan minyak jelantah menjadi produk yang lebih bernilai tinggi dibidang ekonomi bermacam-macam dapat itu berupa pengharum ruangan, biodiesel, sabun cuci, lilin pewangi ruangan dan masih banyak lagi.
Pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan di Desa Pugeran, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten mahasiswa KKN TIM I Universitas Diponegoro melakukan suatu inovasi yang memanfaatkan minyak jelantah sebagai bahan baku pembuatan sabun cuci piring.
Uniknya, sabun cuci yang diciptakan oleh mahasiswa ini berwujudkan sebuah padatan sama halnya seperti sabun balok. Dalam pembuatan sabun ini dilakukan suatu pelatihan untuk ibu-ibu PKK desa pugeran yang pada dasarnya berhubungan erat dengan penggunaan minyak goreng.
Ujar Aditia Duris Tarigan “Pembuatan sabun yang berwujudkan padatan dengan bahan baku minyak jelantah sangat mudah dan efisien bagi warga sekitar karena bahan yang berupa soda api (NaOH) sangat mudah didapatkan dari toko bangunan. Berbeda dengan sabun cair yang harus melibatkan larutan KOH sebagai bahan dasar pembuatan produk tersebut”. Pelatihan ini sangat mendapatkan antusias dari pesertanya karena merupakan inovasi baru bagi yang bersangkutan.