Campusnesia.co.id - Klaten, 8/2/23. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang bisa ibu berikan untuk bayi. Tidak heran apabila World Health Organization (WHO) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sangat menyarankan bayi hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya sejak lahir hingga usia 6 bulan.
Itulah yang disebut dengan ASI eksklusif. ASI dapat mencukupi kebutuhan bayi untuk 6 bulan pertama. Diatas usia 6 bulan, ASI saja tidak lagi mencukupi kebutuhan bayi sehingga perlu diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan ASI terus diberikan hingga anak usia 2 tahun.
Namun, pada kenyataannya tidak semudah itu Ibu dapat memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya. Adanya mitos yang beredar, kurangnya produksi ASI, dan kurangnya dukungan keluarga menjadi beberapa kendala yang dapat memengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Seperti halnya yang terjadi di Desa Soka, desa yang terletak di bagian barat Kabupaten Klaten Kecamatan Karangdowo. “Hampir 50% Ibu menyusui di sini tidak memberikan ASI eksklusif mbak, kebanyakan karena produksi ASI nya kurang dan minimnya dukungan dari pihak keluarga”, tutur Bidan Desa setempat.
Terdapat banyak mitos yang beredar di masyarakat khususnya di Desa Soka yang menghambat pemberian ASI eksklusif. Salah satu mitos tersebut adalah anggapan bahwa menyusui membuat payudara menjadi kendur faktanya payudara kendur terjadi bukan karena proses menyusui. Namun, sejatinya disebabkan oleh beberapa hal, seperti usia, frekuensi kehamilan, ukuran payudara yang memang besar sebelum hamil.
Kondisi tersebut melatarbelakangi mahasiswa KKN Undip Tim 1 Desa Soka, Rizki Alfitri Ramadhani dari Fakultas Kesehatan Masyarakat mencetuskan program kerja monodisiplin yaitu “Gerakan Desa Peduli ASI Eksklusif”. Program tersebut terbentuk atas arahan dan bimbingan dari dosen pembimbing lapangan Bapak Thomas, Bapak Fajrin, dan Ibu Dina.
Program berupa edukasi dan pembinaan mengenai “Gerakan Desa Peduli ASI Eksklusif” telah dilaksanakan pada tanggal 3 Februari 2023. Dengan menggandeng kader, gerakan tersebut diharapkan dapat menjadi solusi kurang maksimalnya pemberian ASI.
Kader dibina untuk dapat memberikan motivasi dan dukungan psikologis kepada ibu beserta keluarganya sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya diri pada ibu, pengadaan kelas ibu hamil dan ibu menyusui sebagai tempat bertukar pengalaman dan berdiskusi, termasuk kunjungan rumah kepada ibu yang baru melahirkan terkait pemberian ASI eksklusif. Kegiatan ditutup dengan pemberian leaflet ASI eksklusif dan tanaman katuk sebagai salah satu upaya untuk memperbanyak produksi ASI.