Campusnesia.co.id - Drama korea berjudul Mouse yang diperankan oleh Lee Seung Gi bertema Psikopat pembunuh berantai telah membuat netijen banyak berspekulasi tentang teori yang terjadi dalam drama yang mengambil tema Science Fiction ini.
Kami sudah buat dua tulisan, satu serial review dari episode 1 - 16 nanti, dan satu lagi tentang Telaah Imiah tema besarnya, sobat bisa baca melalui link berikut ini.
Saking serunya, review episode 8 dan 9 terlalu panjang untuk dimasukan dalam review episode yang kami rilis setap pekannya, oleh karena itu lewat posting kali ini akan kami pisahkan tersendiri pembahasannya mengenali 2 tema besar yang jadi perbincangan;
1. Apakah secara Medis Transplantasi Otak seperti dalam Drama Mouse episode 8 bisa dilakukan?
2. Benarkah Kepribadian Seseorang Bisa Berubah Setelah Menerima Donor Organ Tubuh?
Penyebab Ba Reum lupa ingatan, memotek burung peliharaannya, menjadi sensitif dan punya perasaan berbeda saat melihat korban pembunuhan, menjadi genius, bisa berfikir ala Psikopat, memiliki kilasan ingatan masa kecil Yo Han bahkan sudah banyak yang mengira ia adalah anak Han Seo Joon.
Semua teori di atas terpatahkan, TvN berhasil mengecoh semua penonton dengan sebuah plot twist. Rekan saya Ika berteori ala drama mistis bahwa saat keduanya di bawa ke ruang operasi "arwah dan ingatannya" saling "saling tertukar".
Tidak sepenuhnya salah, namun drama Mouse menggunakan pendekatan yang lebih ilmiah yaitu "Transplantasi Otak". Pelakunya tidak lain adalah Han Seo Joon, kita tahu bahwa ia adalah dokter ahli bedah syaraf yang genius sebelum di penjara, pada saat tahu anaknya kritis dan kemungkinan harapan untuk hidup kecil entah bagaimana dengan koneksinya berhasil masuk rumah sakit, mengoperasi Jung Ba Reum dan "menanamkan ingatan Sung Yo Han".
Dengan demikian semua hal yang dialami Jung Ba Reum menjadi masuk akal secara "Science Fiction", pertanyaanya, apakah metode medis Transplantasi Otak dalam dunia nyata sudah bisa dilakukan?
Dapatkah Teknologi Kedokteran Memindahkan Otak Manusia?
Jawabanya Belum.
Berdasar riset kecil-kecilan kami, pada tahun 2015 Seorang dokter dari Italia pernah mengumumkan bahwa dia akan melakukan transplantasi otak pertama di dunia pada akhir 2017.
Saat tiba tahun 2017 dokter yang bernama Dr Sergio Canavero itu, memimpin bedah transplantasi tersebut, tetapi bukan pada manusia hidup melainkan sebatas bedah uji coba dengan melakukan transplantasi kepala mayat ke badan mayat lainnya. Bahkan ilmuwan lain mengkritik klaim itu dan menunjuk klaim keberhasilannya sebelumnya dengan seekor monyet, yang tidak pernah sadar kembali dan akan tetap lumpuh jika melakukannya. Intinya Gagal Total.
Saya menemukan pendapat menarik dari prof Eka Julianta Wahjoepramono, ahli bedah saraf di Indonesia yang pernah melakukan prosedur pembedahan berisiko tinggi, pengangkatan tumor di batang otak, mengatakan, transplantasi otak hingga kini belum dapat dilakukan.
“Transplantasi dalam arti memindah otak belum bisa,” kata rof Eka kepada CNN Indonesia saat diwawancara pada 10/08/2015 di Rumah Sakit Siloam, Lippo Karawaci.
Lebih lanjut beliau menjelaskan, otak memiliki sifat berbeda dengan organ-organ tubuh lain. “Otak itu sekali dia mati, mati dalam arti tidak terkena aliran darah lima menit saja, maka dia akan mati. Dan rule-nya sampai saat ini, yang mati itu tidak bisa hidup kembali.” Hingga detik ini, banyak para ahli bedah saraf dari berbagai belahan dunia mencoba, tapi belum ada yang berhasil.
“Orang berlomba-lomba, tapi sampai saat ini belum bisa.” Eka melanjutkan, yang bisa dilakukan terhadap otak, bukan ditransplantasi melainkan diberi elektrik. “Misalnya pada otak yang lemah, seperti orang dengan parkinson. Parkinson itu berarti ada yang tidak beres dengan otak sehingga menyebabkan gerakan tubuh tidak normal.”
Membetulkan kelemahan otak pada penderita parkinson, menurut Eka, bisa lewat penanaman semacam barang elektrik ke dalam otak yang dapat membuat otak mendekati normal kembali.
“Nah itu ada, tapi bukan transplan, jadi sampai detik ini belum ada. Belum bisa, dan belum ada yang berhasil. Di kedokteran seperti itu, kalau belum terbukti, maka kita tidak boleh mencoba, dan terlalu berbahaya.”
Lebih lanjut, Eka menerangkan, otak tidak dapat hidup di tempat lain. “Otak tidak bisa dipindahkan di tempat orang lain. Sampai saat ini belum ditemukan bagaimana caranya.” Organ lain, misalnya ginjal, hati, bahkan jantung pun bisa ditransplantasi, tapi otak lain cerita. Memindahkan otak manusia adalah hal yang tidak bisa dilakukan.
“Caranya bagaimana? Kalau memindahkan berarti dipotong dulu. Kalau dipotong lima menit saja, maka otak bisa mati.”
Otak adalah kabel. Dia ibarat bongkahan kabel, yang isinya miliaran kabel. Eka bertanya, bagaimana bisa menyambung satu persatu kabel yang miliaran itu? “Berbeda dengan jantung atau bahkan jari tangan yang jika putus dia bisa ditempelkan dan hidup kembali, karena organ tersebut bukan kabel.”
“Kalau otak itu kabel, kabel yang hidup, sehingga sejauh ini tidak bisa. Karena sesama kabel ditempelin ya enggak nyambung kabelnya. Yah orang berlomba-lomba melakukan percobaan macam-macam, tapi sampai saat ini belum. Masih belum bisa dibuktikan.”
Jadi, buat penulis naskah drama korea Mouse yaitu bu Choi Ran dan pak sutradara Choi Joon-bae dan Kang Cheol-woo, fiksi ilmiahnya menarik dengan menambahkan unsur wacana transplantasi otak manusia yang mungkin memang bukan hal yang mustahil dilakukan di masa depan, sayangnya tidak untuk masa sekarang.
Berita Fakta tentang Translantasi Otak bisa dibaca di sini: cnnindonesia.com, kompas.com, liputan6.com
Kita nantikan kelanjutannya.
Review Drama Korea Mouse Episode 9 dan 10
Detail menarik dalam episode 9 dan 10 Han Seo Jon sebenarnya terobesi ingin mengalahkan science yang mengatakan bahwa transplantasi otak tidak bisa dilakukan, oleh karena itu ia sejak masih menjadi mahasiswa kedokteran terus menerus melakukan percobaan pada hewan, mulai dari tikus, kelinci hingga anjing. Premisnya, otak organ yang hanya punya berat sekitar 1,4kg itu menguasai dan menentukan seluruh kehidupan manusia, yang menurut society hanya bisa dilakukan oleh Tuhan, kalau berhasil maka Han Seo Joon merasa telah menang dan bisa menjadi Tuhan, emang Gila!.
Saat masih mahasiswa kedokteran ini pula ia bertemu dan berteman dengan dr. Lee yang berhasil menemukan obat untuk orang yang sudah divonis lumpuh, ketika mereka berbincang Han Seo Jon bertanya apa impian dr. Lee, ia menjawab ingin menemukan Gen Baik dalam diri manusia agar tidak ada lagi kejahatan dan tercipta kedamaian karena dunia di isi oleh orang baik semua. Han Seo Jon kemudian memberikan ide, daripada mencari DNA pembawa sifat Baik kenapa tidak mencari DNA pembawa sifat jahat saja dan meng-eliminir sejak masih dalam kandungan?.
Gara-gara ide penelitian yang diberikan, dr. Lee berhasil dan menjadi terkenal di korea dengan temuannya, rupanya Han Seo Jon tidak terima ada orang yang lebih dahulu menemukan Teori Rahasia Tuhan apalagi fakta bahwa ide tersebut berasal darinya.
Rasa iri dan marah itu yang lalu mendorongnya melakukan penelitin ke level selanjutnya yaitu menggunakan Otak Manusia beneran. Karena tidak mungkin mendapat ijin pemerintah maupun dunia medis karena alasan etis, kemanusiaan dll, ia memilih jalan instan yaitu dengan membunuh orang-orang di sekitarnya.
Fakta di atas menjawab metode pembunuhan Han Seo Jon dilakukan dengan memenggal kepala korbanya, karena ingin mendapatkan otak korbannya untuk bahan percobaanya. Gila memang!.
Terlepas dari sisi psikopatnya, keberhasilan dan selamatnya Jang Bae Rum berkat obsesi dan hipotesis Han Seo Jon bahwa "Transpalantasi Otak Manusia" bisa dilakukan, walau secara ilmu medis hingga sekarang belum bisa dilakukan, (sudah kami bahas di episode sebelumnya beserta alasannya).
Dalam drama ini juga diceritakan, bahwa transplantasi otak ternyata punya efek samping yaitu memori dari bagian otak donor akan memperngaruhi ingatan penerima donor, bukan hanya itu bahkan bisa ber-efek hingga ke perubahan perilaku dan karakter, teori ini menjawab kenapa terjadi perubahan pada katakter Bae Rum, selain genius juga seakan menjadi psikopat, bahkan sesekali ia mendengar Sun Yo Han berbicara kepadanya seakan dalam tubuhnya ada 2 kesadaran yang sedang menyetir prilakunya yaitu Jang Bae Rum (sisi baik) dan Sung Yo Han (sisi jahat).
Baiklah, penulis jadi penasaran dengan teori ini dan ingin membahasnya, walau teori Tranplastasi Otak sudah kami patahkan, tapi gak apa-apa mari kita bahas #mousetheory lagi tentang hipotesis...
Benarkah Kepribadian Seseorang Bisa Berubah
Setelah Menerima Donor Organ Tubuh?
Hipotesis ini mungkin dalam sebuah teori yang disebut "Teori Memori Sel"
Dalam teori memori sel, perubahan perilaku dan emosi yang didapat oleh penerima dari donor asli disebabkan oleh memori yang tersusun dan tersimpan dalam sel-sel saraf organ yang disumbangkan.
Karena transplantasi otak belum bisa dilakukan, saya akan gunakan contoh yang sudah bisa dilakukan oleh ilmu kedoteran yaitu Transplantasi jantung yang dikatakan paling rentan terhadap memori sel dimana penerima transplantasi mengalami perubahan pada organ jantungnya. Inilah yang disebut dengan teori memori sel dan teori tersebut mendukung bahwa transplantasi jantung dapat mengubah sifat penerimanya.
Sekali lagi untuk penonton drama Mouse...sayangnya, teori ini sama sekali belum terbukti kebenarannya. Bahkan sejumlah ilmuwan menepis gagasan utama pada teori memori sel. Pasalnya, kesadaran, perilaku, dan emosi manusia diatur oleh otak. Bila Anda melakukan tranplantasi jantung atau ginjal, maka tidak ada hubungannya dengan kesadaran atau perilaku Anda.
Lagipula, sampai saat ini para ahli masih terus mempelajari dari mana datangnya kesadaran atau identitas manusia. Jadi, masih terlalu jauh untuk menyimpulkan bahwa kesadaran, perilaku, dan emosi seseorang bisa dipindahkan melalui transplantasi organ tubuh tertentu.
Apakah ada bukti penelitiannya?
Menurut sebuah penelitian dalam jurnal Quality of Life Research, sebanyak 47 pasien yang menerima transplantasi jantung selama dua tahun di Wina, Austria diminta untuk diwawancarai. Mereka diwawancarai mengenai adanya perubahan sifat yang terjadi setelah transplantasi organ tersebut.
Hasilnya, diperoleh 3 kelompok berdasarkan jawabannya. Kelompok pertama, sebanyak 79 persen, menjawab bahwa mereka tidak mengalami perubahan sifat sama sekali usai operasi.
Kelompok kedua sebanyak 15 persen menyatakan bahwa kepribadian mereka memang telah berubah, tapi bukan karena organ donor, namun karena adanya penyakit dan operasi yang harus mereka jalani.
Lalu, kelompok tiga sebesar 6 persen (tiga orang pasien) melaporkan perubahan kepribadian yang berbeda karena hati mereka yang baru.
Kenapa ada orang yang mengaku
mengalami perubahan sifat setelah transplantasi organ?
Untuk menjawab pertanyaan ini, seorang ahli bedah sekaligus spesialis transplantasi dari University of Michigan, dr. Jeff Punch, menjelaskan dugaannya. Menurutnya, pasien sebenarnya tidak benar-benar berubah. Hanya saja, usai operasi tubuh mereka pasti terasa berbeda akibat konsumsi obat-obatan seperti prednisone.
Salah satu efek samping obat ini yaitu kehilangan nafsu makan. Jadi pasien yang biasanya makan nasi, mungkin jadi tidak minat lagi kalau harus makan nasi. Pasien kemudian minta makanan lain, misalnya roti. Ternyata diketahui bahwa pendonor organ suka makan roti juga. Dari situ, pasien dan keluarganya mungkin menyambung-nyambungkan sendiri hubungan antara pasien yang minta makan roti dengan makanan kesukaan pendonor organ.
**Sumber argumen ini saya kutip dari situs Hellosehat.com baca di sini.
Atau agar agak simpel coba kita turunkan pembahasan bukan pada transplantasi organ tapi pada Donor Darah?
Setelah Terima Transfusi Darah, Mungkinkah DNA pendonor akan Mempengaruhi Sifat Penerima Donor?
Menurut Michelle N. Gong dari Mount Sinai School of Medicine DNA asing tersebut tidak perlu dikhawatirkan karena tidak akan membawa perubahan berarti. Satu efek yang telah distudi adalah memang ada kemungkinan bila tes dilakukan dengan mengambil darah, maka DNA donor bisa terdeteksi.
Kemungkinan tersebut semakin besar apabila penerima mendapat banyak transfusi terutama sel darah putih. Di dalam sel darah putih tersimpan DNA sementara sel darah merah tidak.
"Studi menggunakan PCR untuk memperkuat gen pria pada penerima transfusi perempuan menunjukkan bahwa DNA donor dapat bertahan terdeteksi sampai tujuh hari. Satu studi lainnya melihat pasien trauma perempuan yang menerima transfusi besar bisa menunjukkan kehadiran leukosit donor sampai satu tahun setengah," kata Michelle seperti dikutip dari Scientific American, Rabu (23/11/2016).
Namun Michelle menambahkan studi tersebut menggunakan metode yang sensitif. DNA sang penerima sendiri tetap akan terdeteksi lebih dominan sehingga kehadiran DNA asing pada tes darah dapat dianggap sebagai ekstra saja. Seseorang tidak perlu khawatir bahwa DNA-nya akan berubah.
Hal yang lebih dikhawatirkan dalam transfusi bukan adanya DNA asing melainkan bagaimana tubuh bereaksi menerima darah. Reaksi alergi, demam, hingga berlebihnya deposit zat besi dalam tubuh lebih menjadi fokus perhatian.
Sumber artikel dari Detik.com baca selengkapnya di sini.
Jadi kesimpulan penulis, sejauh ini teori dalam drama korea Mouse yang menggambarkan penerima Transplantasi Otak akan memiliki ingatan pemberi donor bahkan mempengaruhi prilaku dan karakter penerina donor secara ilmu medis tidak terbukti.
Ya namanya juga fiksi ilmiah ya, jadi mari kita ikuti saja dramanya, tapi seru juga gara-gara drama Mouse saya jadi belajar banyak hal he he.
Penulis:
in collaboration
in collaboration
Ika Shintya & Nandar