Campusnesia.co.id - Penulis baru saja move on dari drama korea fenomenal Start Up (baa reviewnya di sini) yang hampir setiap episodenya trending di twitter, cuman sayang saja second leadnya tidak mendapat fan service yang mumpuni dalam hal asmara.
Ngikuti drama on going juga harus selektif menurut saya, walau ada tuntutan konten kalau kurang menikmati jadi gak seru juga. Indikator keseruan juga bisa sangat berbeda antar penonton, kadang kata orang bagus belum tentu bagi saya dan sebaliknya, yang unik kalau nemu sebuah drama unpopuler tapi mengena banget, contoh Stranger 2: Forest of Secrets bagi yang suka genre komedi dan romace pasti bosen nontonya, karena sepanjang 6 episode gak ada lucu-lucuan atau cinta-cintaan, tapi tetap saya ikuti hingga akhir.
Kali ini saya juga coba melakukan hal yang sama, tatkala semua orang nonton Mr. Queen atau True Beauty saya justru menonton drama Hush! melalui postingan ini, akan saya share pengalaman saya menonton drama yang bertema dunia jurnalistik.
1. Sinopsis Drama Korea Hush!
Hush merupakan drama adaptasi novel dengan judul Silence Warning (2018) yang ditulis oleh Jung Jin Young, sedangkan naskah drama akan ditulis oleh Kim Jung Min dan disutradarai oleh Choi Kyu Shik. Drama ini dijadwalkan mulai tayang pada 11 Desember menggantikan More Than Friends, mengisi slot drama Jumat-Sabtu di saluran JTBC.
Hush menceritakan tentang Han Joon Hyuk (Hwang Jung Min) yang merupakan seorang reporter senior dengan keinginan membangun keadilan. Namun kini ia menghadapi konflik antara kenyataan dan idealisme karena masalah pribadinya sebagai ayah dan suami.
Lee Ji Soo (Yoon A) merupakan seorang pegawai magang di perusahaan penerbitan surat kabar yang berani dan kompetitif. Ia mengalami berbagai proses pendewasaan diri dan dilema akan realitas dan idealisme selama menjalani karirnya. Ji Soo merupakan junior Joon Hyuk dan banyak belajar dari seniornya tersebut.
Masalah yang terjadi dalam drama ini menggambarkan bagaimana pekerja kantoran pada umumnya menjalani keseharian dan harus menjaga etika kerja.
2. Pemeran Drama Korea Hush!
Hwang Jung-min yang tahun ini juga membintangi film laga keren berjudul Deliver Us from Evil berperan sebagai Han Joon-hyuk wartawan senior di Harian Korea, karena sebuah berita yang menyudutkan seorang temanya hingga bunuh diri, dari wartawan idealis kini berubah menjadi wartawan yang masa bodoh dan terkenal dengan berita sampah clickbait.
Im Yoon-ah sebagai Lee Ji-soo anak magang di Harian Korea dan kebetulan pembimbingnya adalah Han Jooh Hyuk, yang banyak orang tidak tahu, Ji Soo adalah anak dari teman Han yang bunuh diri karena berita tendensiusnya.
Nama-nama besar turut membintangi drama ini seperti Son Byong-ho sebagai Na Sung-won, Kim Won-hae sebagai Jung Se-joon, Park Ho-san sebagai Uhm Sung-han dan Lee Seung-joon sebagai Kim Gi-ha.
3. Poster Resmi Drama Korea Hush
4. Trailer Drama Korea Hush
5. Review Drama Korea Hush Episode 1-2
Dalam dua episode pertama kita disajikan latar belakang masing-masing karakter dengan gamblang hingga bisa memaklumi dengan sikap dan karakternya dalam drama, menarik.
Hal yang lebih menarik bagi saya adalah temanya itu sendiri, tentang jurnalisme media massa koran yang sedang Sunset (istilah untuk bisnis yang mengalami masa surut) dan bagaimana media konvensional mencoba beralih ke media digital.
Tak ingin kecewa seperti saat menonton drama Start Up yang saya harap banyak porsi dunia bisnisnya ketimbang cinta segitiga, di drama Hush walau saya sebagai pelaku media Online berharap dapat banyak pelajaran tentang jurnalisme media terutama online berusaha ber-ekspektasi serendah mungkin, jika memang menginspirasi maka itu bonus.
Tapi dari episode 1 dan 2 sebenarnya juga sudah banyak hikmah yang bisa dipetik, sebagaimana drama atau film lainnya muatan sindiran terhadap dunia nyata juga kental terasa.
Misalnya bagaimana media bisa menjadi dua mata pisau yang beranfaat sekaligus berbahaya jika disalahgunakan, kita tahu ayah Lee Ji Soo bunuh diri akibat pemberitaan yang misleading dari harian korea. Hal ini pula yang membuat Han Joon Hyuk dari wartawan yang idealis penghasil konten eksklusif menjadi wartawan penghasil konten sampah sebagai wujud protesnya terhadap pimpinan redaksi yang menggunakan beritanya sebagai alat penghancur karir dan nama baik.
Praktik ini bukan hal fiksi dalam drama saja, di indonesia kita sering mendapati bagaimana media berlebihan mengangkat profile seseorang saat sedang hits dan setelahnya jika sang media darling bermasalah media pula yang membabi buta menyerang dan menjatuhkannya, miris.
Kritik sosial lainya adalah tentang rasisme dunia kerja hanya karena seseorang bukan lulusan kampus ternama ibu kota atau lulusan luar negeri. Di indonesia praktik semacam ini juga masih sering terjadi, mereka yang lulusan dari kampus daerah atau swasta tidak jarang sulit menembus perusahaan ternama hanya karena faktor kampus asal. Harusnya jika mau adil bukan hanya asal kampus yang dilihat tapi kualitas personalnya dan kemampuan sesuai bidang pekerjaannya.
Media Online dan Clickbait
Poin menarik lainnya adalah praktik berita online dalam menyajikan konten berita, alih-alih menghadirkan berita yang kredibel justru sebaliknya guna mendulang klik yang ada adalah berita-berita berjudul bombastis dengan plesetan intinya memancing rasa penasaran pembaca untuk melakukan klik, padahal antara judul dan isi bisa berbeda 180 derajat.
Dejavu? iya di Indonesia praktik berita click bait sudah lama dipraktikan oleh media sekelas tribunnews, isinya selain berbeda dengan judul juga dibuat berputar-putar dibagi menjadi beberapa halaman padahal inti beritanya hanya satu paragraf.
Mengapa media online melakukan praktik click bait, tidak lain tujuanya adalah mendulang klik yang banyak, pembagian halaman bertujuan agar pembaca berlama-lama di website berita tersebut.
Walau cara ini memang menyebalkan bagi pembaca tapi jangan salah dari sisi menaikan rating dan jumlah pembaca cukup berhasil, contoh saat artikel ini ditulis 16/12/2020 Tribunnews.com menduduki rangking 3 versi Alexa Indonesia mengalahkan Detik.com sang pelopor media online dan induk perusahaanya sendiri yaitu Kopas.com tentu ujung-ujungnya adalah agar banyak iklan berdatangan.
Terakhir adalah fenomena cara media online memproduksi konten, banyak keluhan dan misleading yag terjadi karena oknum-oknum wartawan media online yang menulis berita hanya berdasar media online lain tanpa terjun ke lapangan, tidak ada proses verifikasi kepada narasumber dan sekarang lagi tren, berita yang ditulis dengan sumber dari sosial media atau youtube, hm enak ya bund.
Oke karena drama ini direncanakan bakal tayang 16 episode kita nantikan kelanjutanya minggu depan, sampai jumpa.
Penulis:
Nandar
Penikmat Drama Korea
Iklan