Campusnesia.co.id -- Jika Amerika punya film The Big Short, Korea punya film Default kesamaan 2 film ini adalah membahas tentang krisis ekonomi. The Big Short membahas krisis ekonomi di amerika tahun 2008, Default membahas krisis di korea tahun 1997 yang dampaknya juga dahsyat hingga Indonesia. Bagaimana reviewnya? yuk simak.
1. Judul, Pemeran dan Sutradara
Judulnya Default merujuk pada istilah gagal bayar. Dibintangi oleh Kim Hye-soo, Yoo Ah-in, Jo Woo-jin dan Heo Joon-ho di bangku sutradara ada Choi Kook-hee. Film ini dirilis pada 28 November 2018.
2. Jalan Cerita
Naif kalau saya bilang tidak identik dengan film Big Short sudut pandang film ini, diawali dengan seorang pegawai di bank sentral menyadari bahwa korea sesaat lagi akan mengalami krisis ekonomi, lalu scene berlanjut pada rapat-rapat dengan lembaga dan kementerian keuangan Korea.
Peran Yo Ah in yang bekerja di sebuah lembaga perodalan juga melihat benana ekonomi yang akan datang tersebut, ini yang saya bilang mirip, di The Big Short Christian Bale memerankan pialang yang bertaruh pada bank-bank bahwa sesaat lagi ekonomi amerika akan kolaps.
Jika penyebab amerika adalah bubble property, di korea karena banyak chek beredar tanpa uang real yang akhirnya gagal bayar dan gagal dicairkan, akhirnya banyak perusahaan besar dan kecil bangkrut.
3. Perbedaan
Di film default saya mendapat kesan bahwa ingin menonjolkan bagaimana awal mula IMF masuk dan mempengaruhi ekonomi Korea. Pilihan solusi ini tidak bisa dielakan karena taruhannya adalah negara. Tokoh utama yang diperankan Kim Hye-soo menentang pilihan solusi IMF karena dalam kesepakatanya mereka akan menyetir kebijakan ekonomi korea, ini juga yang terjadi di Indonesia.
Tapi ada hal menarik dalam film yang berbasis kisah nyata ini, disebutkan dalam Desertasi bapak Tulus Warsito saat ujian doktor di UGM, krisis ekonomi 1997 di Korea membuat rakyatnya bersatu untuk segera keluar dari masalah ekonomi mereka, maka tak heran justru pasca krisis 1998 korea menjadi negara yang maju hingga sekarang.
Dalam desertasi berjudul "Demokratisasi Pasca Krisis 1997 di Korea Selatan (Studi Hubungan Industrial)", beliau menyimpulkan bahwa pihak-pihak dalam hubungan industrial Korea Selatan beranggapan Krisis 1997 sebagai fakta politis, sebagai kenyataan ekonomi politik, sebagai musuh bersama, yang mempersempit pilihan-pilihan politik mereka sering bertikai karena pokok kepentingan mereka memang berbeda, maka dengan munculnya krisis 1997 pilihan mereka menjadi terbatas. Mereka meyakini bahwa pilihannya adalah maju bersama menanggulangi krisis atau hancur bersama. Rasionalitas semacam itulah yang menumbuhkan percepatan proses demokratisasi diantara mereka. (ugm.ac.id)
Ending film ini langsung menuju era 2008, di mana dunia juga terdampak krisis di amerika dan tim inti Kim Hye Soo diminta menangani kembali krisis yang terjadi.
Seru sih, dan saya sarankan sobat campusnesia juga menonton film lain yang bertema krisis ekonomi, selain ada The Big Short yang bicara krisis ekonomi amerika 1998 dan Too Big To Be Fail film yang juga berlatar krisis amerika 1998 tapi dari sudut pandang pemerintah. Selamat menonton.
penulis: Nandar
editor: Mumun