Sobat Campusnesia, siapa nih diantara kalian yang suka dengan kegiatan cinta alam misalnya naik gunung, menyelam, atau yang lain?. selain seru, penuh tantangan dan adrenalin juga bermanfaat untuk menumbuhkan jiwa cinta pada lingkungan dan alam.
Kali ini redaksi hadirkan lagi sesi wawancara dengan pemuda inspiratif yang pernah mewaikili undip dalam ajang PIMNAS dengan karyanya tentang shampo dari bonggol pisang, baca disini artikelnya. tapi bukan tentang akademiknya yang akan kita bahas melainkan aktivitas naik gunungnya.
Nama lengkapnya Muhamad Bahruddin, akrab disapa Udin pria berkacamata ini bersal dari Blora dan masih tercatat sebagai mahasiswa Undip Jurusan Teknik Sipil.
Selain sebagai mahasiswa kecintaannya pada alam mulai tumbuh sejak bergabung di MAPATEKSI (mahasiwa pecinta alam teknik sipil) undip. Pernah juga menjabat sebagi ketua. dan Mapala Etos Semarang, khusus kali ini redaksi akan hadirkan hasil bincang-bincang seputar naik gunung.
Beliau menyampaikan hingga 2017 ini paling tidak sudah belasan kali naik gungung, dimulai dari gunung Ungaran (2050 mdpl), Gunung Sindoro (3136 mdpl), Dieng, Gunung Prau (2565 mdpl) dan Gunung Sikunir (2463 mdpl) serta Merapi (2968 mdpl).
Ketka ditanya apa tujuan naik gunung selain bagian dari kegiatan ketika di organisasi pecinta alam juga untuk mencari ketengan hati.
Bagi pebaca yang ingin pula naik gunung mas udin memberikan tips agar melakukan persiapan terlebih dahulu, diantarany adalah persiapan fisik, mental logistik serta ilmu, misalnya tentang profile gunung yang akan didaki dan jalur-jalurnya.
Mendaki gunung juga tidak boleh asal-asalan lho, diantaranya tentang attidude dari pengalaman beliau ada 3 prinsip atau filosofi yang harus dipegang peadaki gunung yaitu: "jangan mengambil apapun kecuali gambar, jangan meninggalkan apapun kecuali jejak, dan jangan membunuh apapun kecuali waktu".
Dari sekian pengalaman naik gunung, mana yang dirasa paling berat beliau menceritakan ketika pertama kali naik gunung sindoro, karean faktor medan dimana gunung sindiro meiliki 3 medan yaitu kebun sayur, hutan dan padang ilalang serta jalanya yang menanjak terus hingga puncak butuh stamina dan tenaga yang mumpuni.
Untuk pengalaman yang tak terlupakan beliau membagi sebuah cerita horor sekaligus lucu, dimana suatu kali saat naik gunung sindoro bersama rekan-rekannya ada salah satu rekan yang sepat "hilang". kejadianya ketika rombongan sudah sampai di pos 3 pada malam hari satu temannya nekat naik ke puncak sendiri saat yang lain istirahat.
Ketika di susul mereka tidak bertemu langsung tetapi di seberang kawah. sempat saling sahut ketika dipanggil untuk turun, namun kenyataanya ketika kembali ke pos mereka tidak bertemu. usut punya usut ternyata temannya yang seorang diri tadi turun melalaui jalur yang berbeda ketika dia naik akibatnya terpisah dari rombongan, sempat panik dengan kejadian itu tapi syukur alhamdulllah rekannya yang sempat beda jalur ketika turun betemu di basecamp diantar oleh tukang ojek.
Diakhir sesi wawancara mas udin kembali menekankan tips untuk para pendaki yang akan pertama kali naik gunung agar mempersiapkan diri dengan berolahraga, jogging dan daya tahan, selian itu juga mempelajari tentang profile gunung yang akan didaki seputar tantangan, jalur dan medannya. persiapkan bekal dan tentu saja menjaga attuidue selama naik dan turun gunung. karena ibaratnya kita sedang bertamu harus menghormati tuan rumah.
Sebuah kata bijak dari beliau untuk para pembaca, pelajaran yang beliau dapat dari sekian kali naik gunung adalah "dalam naik gunung jangan mudah mengeluh". ibarat naik gunung yang dibutuhkan adalah jalan setapak demi setapak hingga mencapai puncak, kalau banyak mengeluh pasti akan gagal sampai puncak. demikian juga dalam hidup yang dibutuhkan adalah menjalaninya setapak-demi setapak dengan penuh semangat untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
sekian artikel kali ini, semoga bermanfaat sampai jumpa di artikel berikutnya. salam prestaif.
penulis : Nandar
editor : Najah
foto : Dokumentasi pribadi M. Bahruddin